26. Anonymous

122 5 0
                                    




***
"WUUUUUUUUUU"
"YEEEEAYYYY"

Seulas garis kecewa tercetak diwajah Lucas. Ketika teriakan menggema tapi bukan berasal dari supporter yang mendukungnya. Karena Xilver, nama tim basket yang dipimpin oleh Lucas gagal menaru poin yang mengakibatkan posisi mereka menjadi dibawah tim Vilgard, tim lawannya dari SMA Triantara.

Tapi Lucas menampakan seulas senyumnya, mendekat ke arah Adit yang setidaknya sudah berusaha mencetak three point namun gagal. Mereka berdua lalu menyatukan kedua tangannya di udara, dan berpeluk dada.

"Sorry,"

"Santai bro," jawab Lucas mendapati Adit dengan wajah bersalah menghadap pada semua teman satu tim nya yang memaklumi tindakan Adit.

Lucas lalu berlari menepi bersamaan dengan habisnya waktu babak pertama dengan perolehan skor tim lawannya lebih unggul. Lucas duduk disana, menyiram rambut nya dengan sebotol air dingin pemberian coach dan menegaknya hingga setengah sedangkan matanya menari-nari memperhatijab sekitar tribun yang berada disekeliling stadion aula ini.

Awalnya pandangannya biasa saja, memperhatikan para supporter dari berbagai Sekolah dengan properti di tangan mereka sebagai penyemangat. Namun, tiba-tiba sorot matanya menajam, ketika matanya bersitatap dengan mata milik seseorang.

Zidni?. Dengan pakaian casual dan bukan seragam Sekolah. Tatapan Lucas tak surut begitu saja, mengabaikan segala ucapan coach di sampingnya yang sedang menjelaskan upaya strategi. Zidni berada disana. Baris teratas sebelum pojok kanan, sama menatapnya namun dengan tatapan menyepelekan, lalu berseringai.

"Lucas?" seketika cowok itu tersentak kala pundaknya ditepuk coach Rey dari samping. Lucas segera menaru sepenuh perhatiannya pada coach Rey disampingnya, mengangguk mengerti ketika mendengar penjelasan strategi dari nya tapi tatapannya sesekali berusaha melirik tempat Zidni, dimana orang itu, sudah hilang dari sana.

"Shit." Membuat Lucas mengumpat pelan namun terdengar di telinga coach Rey. "Tuan Alofa?" coach Rey, lelaki campuran Jerman itu menoleh menghadap Lucas dengan semua perhatian dari teman satu tim nya, membuat Lucas tersadar dan meralat ucapannya. "Im sorry coach. Saya gak ada maksud," katanya dan coach Rey hanya mengangkat bahu acuh.

***

Audrey disana, duduk dengan Alsa sedangkan disamping Alsa yang Audrey ketahui adalah salah satu teman sekelas Alsa yang cukup akrab dengan temannya itu bernama Desya. Alsa dan Desya asik bercengkama disela break Turnamen ini. Sedangkan Audrey lebih menaru perhatiannya pada ponsel, tak memiliki minat sama sekali pafa aktivitas bernama gibah. Ia membuka aplikasi instagram, melihat setiap story followers nya tanpa enggan bergabung dalam obrolan unfaedah Alsa dan Desya sembari menyedot jus kemasan yang sebelumnya ia beli.

Audrey sebenarnya tak pernah segabut ini. Ia tipikal orang yang tak begitu aktif di media sosial. Followers nya memang meraih angka cukup yaitu sekitar 10ribu. Tapi, postingannya hanya 5. Menyedot kembali jusnya, Audrey kembali menggeser story temannya sampai ia berinisiatif, mencari akun milik Lucas.

Dan tanpa basa-basi, Audrey segera pindah ke kolom pencarian, mengetik akun Lucas yang cepat ia temui karena di follow beberapa teman SMA nya tanpa ia klik ikuti. Untungnya, akun Lucas tak dikunci. Berisi tiga puluh postingan dan 11,1 followers sedangkan followingnya hanya ada 100 akun. Audrey tersenyum tanpa sadar, berniat menelaah setiap postingan Lucas namun tiba-tiba satu notif panggilan mencurigakan muncul dilayar ponselnya.

Audrey merenyitkan alisnya, membiarkan sejenak satu panggilan dengan username anonymous sebelum memilih menggeser tombol hijau, yang artinya, ia menjawab panggilan itu.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang