15. Bedroom, 00.00

116 12 3
                                    

Mata mu melemahkan ku...
.
.
***

"Bangsat."

Lucas terus saja melayangkan tinju nya pada Zidni dihadapannya. Mencengkram kerah baju lelaki itu dengan erat, memojokan badannya hinga kesudut dinding, dan terus memberi pukulan pada bagian sensitif diseluruh tubuh Zidni hingga sudut bibir dan mata lelaki itu kelewat lebam sampai berdarah.

"Ngepet lo anjing." Umpat Lucas, meninju perut Zidni yang belum melakukan perlawanan.

"Anjing. Dia bukan cewek murahan TOLOL. Otak lo di selangkangan?!" Suara Lucas kini semakin meninggi tepat didepan muka lelaki yang sedang memejamkan matanya sembari tersenyum itu.

"Santai bro, dia lumayan sih" Zidni justru mejawab santai, menyeka darah di sudut bibirnya dan menatap terang-terangan Lucas dengan tatapan sendu. "Pinter juga lo nyari cewek"

BUG
Satu pukulan kini kembali Zidni rasakan dibagian ulu hatinya. Membuat Zidni menampikan senyumnya sementara Lucas sudah dengan raut wajah penuh amarah. Kalau begini, demi Tuhan Lucas menyesal menyetujui taruhan dengan imbalan Audrey pada Zidni, walaupun kemungkinan ia kalah sangat minim.

"Lucas, Zidni!"

Maupun Lucas ataupun Zidni, keduanya tak menghiraukan suara panggilan orang yang kini sengaja meleraikan keduanya. Lucas masih dengan cengkramannya pada kerah baju Zidni. Sedangkan badannya sudah terus-terusan ditarik Adit dan Bagas untuk menjauh.

Robi disana segera mendekat kearah mereka berdua, meretangkan tangannya didepan Zidni agar Lucas tak lagi melakukan penyerangan.

"Bangsat lo anjing!." Maki Lucas dengan terang-terangan menunjuk Zidni yang sudah merasa kesakitan.

Lucas kemudian berlalu darisana, menghampiri Audrey yang sudah sayup-sayup sendu akibat pengaruh alkohol dan obat. Lucas sempat memegang kening milik Audrey, mengecek suhu badannya yang memang terasa sedikit hangat. Tatapannya justru kini beralih pada pakaian cewek itu. Lalu matanya beralih pada wine yang masih tersisa di meja, dihirupnya yang ternyata sudah dicampur racikan obat. "Anjing."

Luar biasa membuat Lucas mendengus keras. Dengan amat terpaksa dan terus menggumamkan kata maaf dengan pelan, Lucas pun kini menutup kancing seragam Audrey yang terbuka, menutupi bagian rok yang tertarik keatas dengan hoodie nya.

Lalu menggendong Audrey ala bridal style, sedangkan tas cewek itu kini ia sampirkan disatu pundaknya. Sesaat, ia pun merasa de javu, karena sudah dua kali membopong cewek itu dalam keadaan kesulitan dan ini untuk ketiga kalinya.

Kepala Audrey terasa semakin linglung dan tanpa disadari justru semakin bersender pada dadanya, sedangkan tangannya saling bertautan memeluk lehernya.

Sebelum keluar, Lucas pun memberi isyarat pada Adit agar mau meminjami mobil nya sebentar. Dan dengan senang hati cowok itu mau meminjamkannya karena melihat keadaan Audrey yang tak mungkin jika diantar dengan motor.

Adit lalu melempar kunci mobil nya kepada Lucas yang segera cowok itu tangkap dan digantikan dengan kunci motor milik Lucas. Untungnya, hari ini cowok itu membawa mobilnya karena motornya harus dirawat intensif di bengkel akibat tanding balap satu minggu yang lalu.

Lucas kini keluar, diikuti dengan ketiga temannya yang ikut menemani dirinya hingga sampai di parkiran tempat mobil Adit terpakir disana. Lucas pun menidurkan Audrey di kursi samping kemudi, tak lupa memasang seat belt nya, melempar asal tas cewek itu dikursi belakang. Ia pun menyalakan mobil audy hitam itu, lantas mengucap salam duluan kepada ketiga temannya yang kemudian dibalas oleh mereka.

"Gue duluan Dit, Gas, Ren"

"Yo bray.. tiati ini udah malem" teriak Daren mengingatkan pada mobil yang dikendarai Lucas yang mulai menjauh dengan cepat.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang