18. Skak

130 13 2
                                    

Terdiam.

Mereka berdua saling terdiam masing-masing. Dengan Audrey yang menatap Lucas yang turut menatapnya. iBingung harus menjawab apa karena itu sudah masuk masalah hidupnya. Memberitahu Lucas tentang kejadian di makam sama saja membuka sedikit masalah hidupnya pada orang lain. Audrey tak ingin melakukannya. Dan sebagai jawabannya, ia kini mengembalikan ucapan Lucas sebagai serangan balik.

"Terus lo juga ngapain di makam?"

Pertanyaan itu seperti boomerang untuknya. Lucas mengerjap. Membuang mukanya dan mengusapnya kasar. Ia tak mungkin memberitahu Audrey. Dan mungkin, begitu pula dengan gadis itu yang juga tak mau memberitahunya. Karena itu masuk bagian privasi.

"Itu masalah gue"

"Dan itu masalah gue juga."

Iya memang.

Lucas menjentikan jarinya, "Oke deh. Kalau gitu, kita inpas aja gimana?"

"Maksud lo?"

"Ya kita sama-sama gausah kepo sama kejadian dimakam. Lupain aja" jawab Lucas menawarkan kesepakatan.

Audrey mendelik, "Yang kepo siapa? Lo kan? Yaudah. Fair." Katanya menyetujui mengibaskan kedua tangannya di depan dada. Sekaligus lega karena tak perlu memberi tahu cowok itu alasan mengapa ia menangis di depan makam Amora.

"Lo bakal kena masalah sama pak Diman Drey" Lucas kini mengalihkan topik sambil mengunyah es batu.

Audrey paham. Ia pun mengangguk, "Iya tau"

"Bandel ya lo"

Mendengar jawaban Lucas sama saja mendengar orang yang tak memiliki kaca dirumah. "Hello... lo gak ngaca?" makinya meninggi.

"Hampir tiap malem lo di lin—hhmmpfttt" Lucas buru-buru mendekap mulut Audrey sebelum cewek itu dengan sialannya melanjutkan omongannya.

Tentang Lintasan, semua itu benar-benar tak ada yang tahu kecuali ia dan ketiga temannya yang bergabung disana, juga Alif. Lintasan itu tempat taruhan balap liar yang dipenuhi manusia brengsek tak perduli iman. Yang juga sudah menjadi inceran polisi namun tak pernah ketahuan karena aktivitasnya selalu random. Jika malam ini tercium bau penggrebekan, maka tak akan ada lintasan disana. Dan selalu seperti itu. Entah siapa yang sudi membocorkan dan menjadi orang dalam jadwal gledah polisi disana.

Audrey menggigit telunjuk Lucas yang mendekap mulutnya. Membuat ia menjerit dan otomatis melepaskan bekapannya pada Audrey.

Lucas mengerjap, memperhatikan jari nya yang sedikit berdarah karena gigitan Audrey. "Drakula ya lo?!" Lucas memaki Audrey.

"Lebay."

"Sakit anjir" pekik Lucas mengibaskan telunjuknya sendiri berupaya mentralisir rasa perih. "Lagian lo ngedekep gue" Audrey membela dirinya tak mau salah dan kalah.

Hukum perempuan selalu benar mode on.

Lucas melirik Audrey, mendekatinya dan membisiki Audrey tepat di sela leher cewek itu. Membuat Audrey merasa geli dan merinding. "Lo bahas lintasan. Sedangkan itu haram dibahas" katanya pelan.

"Sstt.. geli monyet" Audrey menangkupkan wajah Lucas dan menyuruh laki-laki itu menjauh.

"Geli apa suka?" Lucas menggoda Audrey sembari menaik turunkan alisnya. Membuat Audrey terkekeh saat itu juga. "Jijik," katanya.

Sehabis itu, Audrey memperhatikan Lucas yang mencoba mengibaskan jarinya diudara agar tak terus merasa nyeri. Atas nama rasa kasihan, akhirnya cewek itu mendekat ke arah Lucas, menarik jari telunjuk cowok itu dan memperhatikan bekas gigitannya pelan. "Bakat juga gue ngegigit" celetuknya memperhatikan luka Lucas.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang