22. Between Us

120 10 2
                                    

Audrey tak pernah terbayang bahwa akan sebahagia ini ketika pertama kali datang diacara pestival malam bersama Lucas.

Semenjak pulang sekolah hingga pukul tujuh malam, ia dan Lucas menghabiskan waktu bersama. Lucas benar-benar membuat dirinya seperti menemukan setitik rasa bahagia ketika ia rasa hidupnya menjadi orang terkacau di dunia.

"Ini maksud lo kencan?"

Padahal mereka baru merasakan hal ini untuk pertama kali.

"Lo nganggep ini kencan?" Lucas mengunyah kentang goreng dalam genggamannya.

Audrey menyugar rambutnya dengan sedikit tertawa, "Enggak sih, cuma gue seneng aja."

"Yaudah kalo lo emang nganggep ini kencan anggep aja. Kita udah jadian ini,"

"Apaansih, tengil tau gak lo hahaha...." Audrey tertawa mendengar hal itu. Dengan sedikit memberikan tinjuan di lengan Lucas membuat cowok itu sedikit tersentak yang berakibat beberapa kentangnya jatuh ke tanah.

Lucas tak mempermasalahkan kentangnya. Cowok itu justru ikut tertawa renyah, melanjutkan jalannya disusul oleh Audrey sebelum ponsel dalam sakunya berdering, membuat Lucas menghentikan langkahnya. Melihat username yang tertera, membuat ia mempererat genggaman pada ponselnya.

Audrey, disebelahnya merenyit ketika Lucas meminta ia memegangi sebentar kentang cowok itu. Meninggalkan dirinya sejenak dan menyuruh untuk menepi dari tengah keramaian disana.

Lucas menjauh, mencari tempat kosong dan terpaksa mengangkat teleponnya.

"Sudah beberapa kali Lucas, papa katakan jangan suka mengecewakan orang."

Cowok itu menghela napasnya berat.

"Papa gak tau harus apalagi ketika kamu sudah lima kali meninggalkan jamuan makan malam dengan Alfachandra. Kamu tau etika?!"

Lucas tahu papanya sedang marah karena dirinya kembali meninggalkan jamuan antara keluarganya dan keluarga Alfachandra untuk yang kesekian kali nya. Dan menjadikan Audrey, sebagai tempat pelarian tentunya.

"Lucas?!"

"Aku denger pah."

"Kalau begitu kamu pulang sekarang!"

Itu titah, tak boleh dibantah namun Lucas tak mau ia diperintah. Sekalipun ayahnya sendiri, Panji Alofa.

"Aku sibuk dan aku gak pernah sudi gabung disana." Setelah mengucapkan hal itu, Lucas segera mematikan sambungan sepihak, melipat bibirnya guna mereda emosi dan segera menghampiri Audrey yang tengah menunggunya.

"Lama banget sialan!" Audrey bangun dari duduknya dikursi panjang yang tersedia disana ketika ia melihat Lucas menghampirinya. Kemudian, cewek itu segera menyodorkan kentang goreng milik Lucas agar ia bisa melanjutkan kembali menghabiskan popcornnya.

"Sorry, tadi ada urusan di lintasan." Alibinya sembari melanjutkan jalan ke arah panggung besar di pusat pestival.

Audrey mengunyah popcornnya, "Kenapa disana?"

Lucas menoleh pada Audrey, menarik sudut bibirnya mencari alasan yang logis. "Zidni nyari masalah sama gue." Ungkapnya.

Audrey mengangguk saja mempercayai.

Dan itu memang benar. Zidni memang kembali mencari masalah dengannya. Dengan kembali menantang ia di lintasan sebagai Audrey bayarannya. Zidni ingin Audrey ketika pertama kali lelaki itu melihat Audrey sendirian di kubus. Dan seperti cowok brengsek bajingan lain diluar sana, tak perlu dibayangkan kembali apa yang akan Zidni lakukan setelah mendapatkan Audrey.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang