EMPAT PULUH SATU

11.7K 569 19
                                    

Pagi hari telah tiba. Efek dari menangis Semalam membuat kelopak mata Ara menjadi sembab, tak lupa bibir pucat Ara yang terlihat nyata membuat Ara sedikit menebalkan lip balm nya. Sebenarnya Ara mempunyai warna bibir pink Alami, namun entah karena apa tiba-tiba bibir Ara menjadi pucat tidak seperti biasanya.

Ara dengan segera turun menuju meja makan untuk menikmati sarapannya. Karena keluarga Ara memegang teguh pendiriannya, jika salah satu dari mereka belum duduk di mejanya masing-masing. Maka mereka tidak akan menyentuh makanan itu sama sekali sebelum pemilik kursi itu datang.

Ara duduk dikursi yang dibuat khusus untuknya terdapat ukiran namanya dibagian sandaran kursi tersebut bertuliskan PRINCESS ARA. Sebenarnya Ara tidak menginginkan kursi tersebut diberi nama, Ara berpikir seakan-akan merasa sangat di Istimewa-kan. Ara pun tak bisa menentang permintaan dari keluarganya karena percuma saja menentang pun tak ada artinya lagi pikir Ara.

" Pagi Dad, Mom, Bang Aro " sapa Ara sambil mengecup pipi mereka masing-masing.

" Pagi Princess " ujar Daddy

" Pagi juga Adeknya Abang " sapa Balik Aro.

" Pagi Sweety, Mau makan apa? Biar mama ambilin. " tanya Mommy

" Gak usah Mom, Ara lagi pengen Roti isi aja " pinta Ara

" Mau Mom bikinin? "

" Gak usah Mom, Ara bisa kok " Setelah Ara mengambil dua lembar Roti dan selainya Ara kembali berucap.

" Dad, Mom, Bang. Gimana nanti kalo Ara pergi ninggalin kalian semua duluan? " tanya Ara sambil mengoleskan rotinya dengan selai tanpa memandang ketiga orang tersebut dengan tatapan terkejut.

" Jangan ngelantur deh ngomong_nya " ucap Aro yang mencoba tidak memikirkan perkataan Ara.

" Princess jangan ngomong sembarangan deh " pinta Daddy

" Sudah-sudah Ara habiskan sarapannya! Enggak usah ngomong yang Aneh-aneh. " suruh Mommy yang mencoba mencairkan suasana diruang makan yang sedikit tegang.

Hening

Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu. Dan hanyut dalam pikiran meraka masing-masing.

Kini Ara sudah menyelesaikan sarapan paginya, " Dad, Mom, Bang. Ara sayang kalian, nanti kalo Ara pergi buat selamanya kalian jangan sedih ya. Kalau gitu Ara pamit berangkat sekolah dulu Dave udah nunggu didepan. " Ujar Ara yang memakai tas sekolahnya sambil berjalan mengecup pipi ketiga orang tersebut dan melenggang pergi meninggalkan meja makan dengan Senyuman tulus namun penuh dengan ketakutan dan Rahasia.

Dimeja makan pun masih dengan suasana tegang. Ketiga orang tersebut menatap kosong pandangan depannya selagi memikirkan kembali pernyataan yang Ara ucapkan.

••••

Ara dan Dave yang sudah sampai disekolah pun terus mengumbar kemesraan mereka berdua.

Bahu Ara yang dirangkul oleh Dave itu hanya bisa pasrah, melepaskannya pun percuma saja karna Dave merangkul Ara dengan erat.

Perjalanan menuju kelas Ara terus mengumbar senyum manisnya dan menyapa semua orang yang melewati koridor baik adik kelas maupun kakak kelas baik laki-laki maupun perempuan m, sedangkan Dave menatap tajam setiap laki-laki yang akan menjawab sapaan Gadisnya itu.

" Jangan terlalu mengumbar senyum mu untuk orang lain Ara! " titah Dave menata Ara yang berada disampingnya.

Ara pun mendongkakan kepalanya menatap Dave yang juga tengah menatapnya kembali.

" Emang kenapa Dave? " tanya Ara yang masih bingung dengan apa yang Dave ucapkan.

" senyumlah hanya untuk ku bukan untuk orang lain! " ujar Dave menatap intens Ara.

" Dave, kita itu harus terus tersenyum Dave. Dengan terseyum kita bisa menyembunyikan rahasia yang sangat besar dibalik setiap senyuman itu. " ujar Ara tersenyum penuh arti menatap Dave.

" Tapi tersenyum juga bisa membohongi semua orang! dan aku paling benci dengan pembohong! " sahut Dave.

" Setidaknya senyuman itu bisa membuat semua orang merasakan kebahagiaan Dave, walau pada akhirnya dapat menimbulkan kehancuran setiap akhir dari cerita. " ucap Ara menatap manik mata Dave. Dave pun mata Ara dengan tatapan sulit diartikan.

Tak terasa Ara sudah sampai didepan pintu kelasnya dengan Dave yang masih diam melamunkan sesuatu.

" Ara masuk dulu ya Dave " ujar Ara.

Dave pun tersadar dari lamunannya dan mengencup singkat kening Ara.

" Istirahat nanti temenin aku main basket " pinta Dave.

" Ara nanti kelapangan sama Vivi aja ya Dave "

Dave mengangguk tanpa menjawab ucapan Ara. Dan Ara pun langsung memasuki kelasnya saat Dave sudah pergi menuju kelasnya.

••••

Ara menuju bangku tempat dimana biasanya ia duduki bersama sang sahabat yang saat ini tengah serius mengerjakan sesuatu tanpa terganggu sama sekali dengan keadaan kelas yang sedikit riuh.

" Vi, ngerjain apa? " tanya Ara sambil menempatkan dirinya duduk disebelah Vivi.

" Gue lupa Ra bikin tugas Fisika " jawab Vivi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

" Emang kalo Vivi inget ada PR Fisika, Vivi bakal ngerjain? " tanya Ara menatap Vivi untuk menunggu jawaban dari pertannyaannya.

Vivi pun menghentikan kegiatan menulis tersebut dan menatap Ara dengan mata memicingkan matanya.

" Kaga lah! Mana mungkin gue bakal ngerjain. Gue bosen tiap hari dicekokin mulu sama itung-itungan mulu. " jawab Vivi panjang lebar.

Ara pun hanya memangutkan kepalanya pertanda mengerti maksud perkataan Vivi.

" Trus kenapa Vivi bisa masuk kelas IPA? " tanya Ara yang masih penasaran.

" karena ada masanya dimana gue harus serius disaat-saat tertentu aja. Contohnya kayak pas waktu ulangan sama tes. " jawab Vivi

" Yes!!! Akhirnya selesai juga. " pekik Vivi yang telah menyelesaikan tigas Fisika nya.

" Vi " panggil Ara.

" Apaan? " jawab Vivi yang sibuk memasukan bukunya kedalam tas.

" Vi! " Ara memanggil Vivi yang kedua kalinya.

" Apaan sih Ra?! " ujar Vivi tang nampak kesal dengan Ara karena terus memanggilnya.

" Tugas Matematika udah belom? " tanya Ara polos

Vivi pun menghentikan kegiatannya tersebut dan menatap Ara diam.

Dug

Vivi langsung membenturkan kepalanya pada meja dan bergumam.

" Kenapa lo baru bilang Ara?! Gantung gue sekarang Ra!! "

••••

Maaf guys baru update karena tiba-tiba wattpad eror dan gak bisa diperbarui.

Dan akhirnya baru malam ini bisa di update.

You're mine (DAVARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang