Malam hari Dika merasa bimbang, rasanya sepi, berulang kali dia melihat layar handphonenya namun tidak ada satu pesan masuk. Biasanya minimal ada sekitar 8 pesan tiap hari memenuhi hpnya.
"Baguslah.. sepertinya gadis itu nggak ganggu aku lagi" berfikir positif.
Dika kembali meneguk air putih di gelasnya "tapi ini aneh tidak seperti biasanya" ucapnya sendiri sembari mondar mandir dalam rumah.
Suara mobil membuat Dika mendekati jendela rumah. Dia memerhatikan Kayla yang keluar dari dalam mobil melalui jendela atas lantai 2 dirumah.
Kayla terlihat melambaikan tangan ke arah lelaki dengan kemeja biru, terlalu gelap untuk mengenali wajahnya.
Saat kayla hendak memencet bell, laki laki itu kembali mengejarnya dan mencium tunangannya itu. Tangan Dika mengepal, dia merasa marah dan benci akan hal itu.
Tepat saat mobil itu pergi, Dika langsung berlari dan membuka pintu.
Kayla tersenyum lemas dengan wajah pucat "cepet banget bukanya?"
Mungkin karena alkohol atau hal lain, walaupun dia masih sadar sepenuhnya dan bisa berjalan dengan benar.
Dika langsung mengarahkan tangannya ke bibir kayla membersihkan lipstick yang sedikit belepotan di bibirnya.
Dika tersenyum mengejek "entah aksi apa yang lagi yang kamu lakuin"
Kayla diam dan hanya memilih duduk sembari melihat arah jarum jam di dinding rumah Dika.
"Kenapa kesini? Kenapa nggak pulang kerumahmu aja"
"Kamu tau.. ibu akan marah kalo tau aku pulang dengan laki laki lain" sambil memejamkan matanya karena sedikit pusing.
Dika rasanya sangat ingin marah, tapi urung setelah melihat ekspresi lelah dari gadis itu.
"Aku gak punya obat penghilang mabuk, ibumu pasti marah jika tau anaknya baru aja minum.. nanti bisa bisa dia nyalahinku juga.. aku mau beli obat dulu sekalian sama air. Abis disini" pungkasnya sambil berniat pergi
Kayla menghentikannya "aku ikut.. mungkin aku bisa lebih sadar kalo jalan"
Lokasi apotik dan swalayan memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Dika memang selalu memilih berjalan dibandingkan sibuk mengeluarkan motor dari rumah.
Kayla ikut seperti permintaannya, walaupun jalannya terkadang linglung, Dika hanya menghiraukan atau berpura pura tidak perduli. Dia segera memesan obat dan membeli sebotol air, tentu saja dia langsung menyodorkannya di tempat itu. Menyuruh Kayla langsung minum.
Sesudah itu mereka langsung berjalan kembali.
"Auw" kayla jatuh karena tersandung batu
"Bangunlah" ucap Dika
"Sakit.. keseleo" rengeknya
Menggunakan sepatu highhell memang sedikit berbahaya. Setelah mendesah sedikit keras, Dika langsung menggendong kayla tanpa izin.
Awalnya gadis itu kaget, namun akhirnya dia langsung berpegang pada leher Dika.
"Walaupun kamu terlihat dingin, tapi nyatanya kamu juga punya sisi hangat" sambil tersenyum, jujur kayla memang senang saat Dika memerhatikannya.
Menurut Kayla mendapatkan perhatian dari laki laki seperti Dika tidaklah mudah, karena Dika berbeda dengan laki laki lain yang mudah tergoda.
"Lain kali kalo kamu sampek jatuh gara gara sepatu hak lagi. Aiu gak bakal bantu"
Kayla tersenyum "akubharus makek"
Dika sedikit menoleh "kata siapa harus?"
"Biar aku lebih keliatan tinggi, glamor, dan makin sempurna"
Sampai di rumah, dika langsung menurunkan Kayla di kursi empuk dengan pelan "jangan terobsesi dengan penampilan, itu nggak ada gunanya, hanya menyiksa dirimu sendiri"
"Aku dapetin perhatian dari banyak pria, banyak yang menjadikanku gadis idola, jadi usahaku nggak sia sia" bela Kayla
Dika merasa heran entah mengapa gadis di hadapannya itu sangat terobsesi dengan kecantikan dan penampilan, padahal menurutnya, tanpa dandanan dan penampilan sederhana sekalipun Kayla tetap akan terlihat cantik.
Tidak ingin memperpanjang masalah, Dika memilih diam hingga sopir datang untuk menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
annoying girl vs Good Boy
RomanceSeirang laki-laki tampan calon penerus perudahaan Kayla gadis licik, cantik dan pintar menggoda. Hobinya bergonta ganti pasangan. Dia tipe gadis yang tak ingin direpotkan oleh yang namanya CINTA. "Gue gak mau yang namanya CINTA mengendalikan hidup g...