Part 26

14.1K 334 3
                                    

Rasa curiga masih ada. Dika memang orang yang tidak mudah percaya.

Kayla masih di ruangan itu, jangankan menuduh bertanyapun dia tidak berani. Sejak kecil dirinya dididik untuk takut dan menurut dengan semua kemauan ayahnya, sebagai gantinya dia bebas bermain tanpa pengawasan ketat sejak kecil.

Dika memutuskan pulang terlebih dahulu bersama ibunya ke rumah Sempat sang security rumah tidak mau membukakan pintu pagar, namun setelah melihat ibu Dika akhirnya pintu di buka dengan cepat. Dari wajahnya nampak sekali security itu masih baru bekerja jadi pantas jika tidak mengenali wajah anak tuannya.

"Kakak" dinda berlari dan langsung memeluk kakaknya.

Masih ingat ya di awal cerita jika Dika memiliki seorang adik perempuan yang manja dan berbanding terbalik dengan dirinya.

"Dah dewasa.. menjauhlah"

Dinda langsung manyun dan kecewa dengan reaksi Dika yang terlihat biasa saja melihatnya. Padahal mereka sangat jarang bertemu dan bertegur sapa karena Dika memilih untuk jauh dari keluarga.

Ini bukan berarti Dika membenci adiknya. Rasa curiganya membuat dirinya kesal pada Dinda. Selain tempramen dan wajah yang jauh dari Dika dan ayahnya. Dinda juga memiliki beberapa alergi terhadap beberapa makanan yang notabenya tak di derita orang kedua orangtuanya bahkan sang kakek.

"Kakak jahat" ucap Dinda.

Dia masih kelas 1 SMA dididik dengan sangat manja. Dika hanya menatap Dinda dengan dingin.

"Jangan seperti itu pada adikmu" ucap sang ibu.

Cara ibunya mendidik Dika dan Dinda sangatlah berbeda. Dika dibesarkan untuk patuh dengan ayahnya namun dinda dibesarkan dengan manja tanpa aturan dan larangan.

Dulu saat dika masih SMA sangat jarang ada waktu untuk berkumpul dengan temannya karena dia akan selalu di jemput tepat waktu.

Sementara dinda jarang di rumah dan banyak mengahabiskan waktunya di luar, di mall dan tempat tempat wisata lain.

"Dia akan terkena sindrom tuan putri  jika ibu terus memanjakannya.. dia akan terus merengek, menangis jika hidupnya tidak sesuai dengan keinginannya."

"Dika jangan berkata seperti itu pada adikmu"ucap ibunya lagi.

Dika segera pergi dari rumah penuh pengap dan masalah. Hpnya berbunyi tanda pesan teks masuk.

Kayla : aku pamit ada acara keluarga sampek malem, jadi gak bisa kesana

Pertanda dika tak perlu menjemput gadis itu hari ini. Setidaknya dia harus melewati halaman luas untuk menuju bagasi mobil. Kali ini satpam tua tadi langsung membuka pintu dan menunduk hormat ke arah Dika.

"Tak perlu seperti itu.. kamu pegawai ayahku.. bukan aku" ucap dika sambil menutup jendelanya.

Jalanan nampak santai, dan sepi tak seperti hari hari sebelumnya. Mungkin karena bertepatan jam siang dimana masih banyak orang yang bekerja. Biasanya jalanan akan macet di jalan berangkat kerja dan sore di jam pulang kerja.

Tepat di tempat sepi dan banyak pepohonan rindah di kanan kiri jalan beberapa orang menghentikannya dan menutup jalan dengan motor besar. Tentu Dika msnghentikan laju mobil yang dikendarainya.

Di kaca samping orang yang pernah dia temui sebelumnya mengetuk kaca mobil dan memaksanya keluar.

Laki laki itu tersenyum, di sampingnya ada sekitar 10 laki laki kekar dengan tato di beberapa tubuh.

"Membalas dendam?" Tanya dika

"Lo pikir lo siapa perlakuin gue kayak gitu" ucap dwiki

Dika tersenyum sinis "ini artinya kamu ngakuin kalo kamu gak bisa lawan aku sendirian.. 1 lawan 1"

"Untuk apa aku tengkar sendiri.. lalo aku bisa bayar orang langsung beres"

"Pengecut"

Wajah Dwiki semakain marah tangannya membeti aba aba agar orang sewaannya langsung menyerang Dika.

Ini bukan film dimana tokoh utamanya sangat hebat dan mampu memenangkan perkelahian walaupun lawannya banyak. Ini sudah terprediksi dalam benak Dika bahwa dirinya akan kalah, dia bukan super hero maupun mahluk hebat lainnya yang akan sanggup menahan pukulan bertubi tubi.

Awalnya dia mampu merobohkan atau melawan 3 orang, namun setelahnya dia terbating dengan keras oleh orang paling kekar dan paling tinggi di hadapannya. Dia bangkit kembali sambil berusaha menghindar. Lagi lagi badannya terangkat dan terbanting, ketika kedua kalinya dia berusaha bangkit, pukulan balok kayu mengenai kepalanya. Membuat darah segar mengalir ke wajahnya.

"Cukup.. dia bisa mati" ucap dwiki.

Dia mendekat dan berbisik ke telinga Dika. "Jangan coba coba ngelawan aku.. kamu nggk akan mampu" setelah ucapan itu dwiki memberikan tendangan perpisahan.

Mereka semua pergi terdengar dari bunyi motor yang semakin menjauh.

Kepala dika semakin pusing, dia berusaha bangun dan masuk ke dalam mobilnya. Rasanya badannya terasa remuk, dia tak akan bisa focus menyetir.

Pastinya dika memilih untuk beristirahat sejenak. Lebih parahnya lagi dia salah membuat hp. Yang dia bawa adalah hp khusus keluarga. Dimana kontak disana hanya ada kontak keluarga termasuk kayla. Gadis itupun juga tak bisa di hubungi.

2 jam lamanya Dika berdiam di sana, ada banyak orang berlalu lalang melewatinya. Tak sedikitpun terpikir di benaknya untuk meminta bantuan pada orang yang tidak dia kenal.

"Drrrttt" honya bergetar

Di layar tertera nama adiknya. Tentu dika langsung menolak panggilan itu. Seakan tak mau menyerah Dinda terus menelfonnya hingga 9 kali panggilan.

Penasaran Dika mengangkat telfon. "Kakak.. ibu dan ayah"

Suaranya terdengar menangis, kata katanya juga tak jelas. Teriakan teriakan juga terdegar

Apa yang terjadi? Jangan lupa komen dan votenya biar author makin rajin hehe..

annoying girl vs Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang