"Non.. waktunya makan non" panggil pelayan di rumah kayla
"Nanti bi.." jawab kayla masih dengan posisi yang sama.
"Dari kemaren non.. jawabannya nanti nanti terus.. kalo gemuk kayak dulu mah bibi gak khawatir.. tapi kurus kerempeng gitu.. bibi mah gak tega non"
Kayla tersenyum "serius.. kali ini aku makan bi"
Mendengar jawaban itu akhirnya pelayan itu pergi. Kayla kembali menatap telapak kakinya yang baru saja diaolesi obat merah.
Ditatapnya juga jari tangannya yang kini bersih tanpa menggunakan cincing pertunangan. Masih ada bekas benang di bawah telapak jarinya yang dulu dia lilitkan diantara cincin agar cincin yang terlalu besar itu muat di jarinya.
Kayla kembali tersenyum "tanpa aku sadari.. aku sudah tertarik padanya sejak awal"
Dia kembali terlelap, setidaknya sudah 2 hari dia tak keluar sama sekali. Tanpa ada yang tau tentang luka yang dia punya. Dia terus memejamkan matanya menikmati angin dan hembusan nafasnya sendiri.
"Tok tok"
Pintu terbuka perlahan setelah bunyi ketukan pintu.
"Bersiaplah sebentar lagi kita berangkat"
Suara tak asing, suara yang paling ditakuti dan suara yang mampu membuat kayla selalu mengangguk patuh tanpa bertanya, akan kemana, menemui siapa dan dengan maksud apa.
Kayla berganti baju, dengan make up tak terlalu tebal dia siap berjalan menuju rak sepatunya. Setidaknya ada puluhan jenis sepatu yang dia punya, dari berbagai merk dan model yang tentunya diidamkan oleh hampir semua wanita. Dan rata rata dia memiliki koleksi sepatu high hells tinggi dengan warna mencolok.
Menatapnya sudah membuat kayla merinding. keputusannya jatuh pada sepatu nike dengan gaya sport. Tentu ini tidak mecing dengan pakainnya. Tapi biarlah daripada dia harus menahan sakit yang amat pada kakinya.
Sepanjang perjalanan terasa sunyi, dia duduk di kursi belakang bersama mamanya. Ibunya itu memegang tangan kayla dan sesekali mengelus rambut panjang kayla.
"Kayla tadi sudah makan?" Tanya ibunya
Kayla hanya mengangguk lemah, dia lelah dan malas berbicara kepada kedua orangtuanya yang dirasa tak pernah memperdulikannya.
Beberapa saat merekapun sampai, seperti biasa pertemuan keluarga yang membosankan, di tempat biasa, di depan meja makan, bercakap cakap.
Disana juga ada dika yang sudah stand bye bersama keluarganya. Mereka membicarakan tentang pernikahan yang belum tentu keduanya sepakat. Seakan akan pendapat mereka berdua tidaklah penting.
Kayla masih diam, dia menahan ucapannya begitu juga Dika yang hanya focus pada makanannya.
"Kayla.. bagaimana jika tahun depan awal bulan..? Kamu kan dah semester akhir?" Tanya bibi dika.
Saat itulah kayla menengadahkan wajahnya "aku tidak akan menikah"
Sontak semua orang menoleh kearahnya, tatapan bingung, tatapan marah dan tatapan kaget terus mengikuti setiap gerak geriknya.
"Apa maksudmu" ucap ayah kayla
Dika bangun dari kursinya "kita harus bicara" dengan menarik tangan kayla dengan kasar.
Mereka berbicara tepat di belakang gedung restoran "apa maksudmu"
"Sudah jelas aku nggak akan nikah sama kamu"
"Kita harus nikah" tegas Dika.
Dika ngotot Itu karena satu satunya cara agar ayahnya mau menerima dinda ke rumahnya lagi.
Kayla balik menatap Dika dengan dingin "lupakan"
Kayla kembali keruangan itu diikuti oleh dika yang memaksanya untuk merubah fikirannya. Di meja dia kembali dihadapkan dengan pertanyaan ayahnya mengenai ucapannya tadi.
"Aku tidak menyukai Dika.. aku punya laki laki lain" ucapnya berbohong.
Ini aman untuk Dika tapi tentu tidak aman untuk dirinya sendiri
Mendengar ucapan kayla tentu keluarga Dika menjadi marah mereka pergi tanpa berpamitan lebih dahulu.
Ayah kayla nampak marah dia bangun dari kursinya dan mendekat ke arah anaknya.
"Plak" tamparan keras mendarat di pipinya "anak tak tau diuntung" teriak ayahnya.
"Aku bukan boneka yang bisa ayah atur semaunya" jawaban itu membuat ayahnya semakin geram, Bukan hanya itu, ayahnya juga memukul wajah kayla dengan tangannya yang mengepal. Gadis itu terjatuh ke lantai diikuti oleh teriakan ibunya.
Tak puas ayahnya kemudian mengambil stick golf di salah satu pajangan ujung ruangan. Dia mengangkat stick itu ke arah kayla.
"Hentikan" ucap Dika yang baru saja kembali ke tempat itu.
Ibu kayla juga menangis sembari menarik suaminya keluar dari tempat itu.
"Kamu baik baik aja?" Tanya dika yang khawatir.
Dia membantu kayla untuk bangun, bibir gadis itu sedikit terluka, noda darah yang mencuat di bibir bawah sebelah kirinya. Pukulan itu sangatlah kuat, sesuai dengan emosi ayahnya yang meluap.
"Tindakan itu harus diikuti oleh akal"
Kayla hanya menunduk diam, yang dia rasakan saat ini adalah rasa pusing dan nyeri. Dia sudah membayangkan ini sebelumnya, karena itu dia takut selama ini dan memilih mengikuti kata kata ayahnya.
Tapi kali ini berbeda, dia tak takut menentang, dia tak takut melawan dia sudah siap menerima semua konsekuensi yang ada.
"Jangan memperumit masalah.. kita menikah saja.. aku membutuhkanmu dan kamu membutuhkanku" ucap dika dengan angkuhnya
"Maaf itu adalah pemikiranku dahulu.. tidak dengan sekarang"
"Apa sulitnya.. kamu bisa mati di tangan ayahmu"
Kayla menatap Dika dengan dingin "itu lebih baik daripada aku mati di tanganmu"
Dikit lagi ya...
Ikuti terus ceritanya..
Usaha double update tiap hari..
Tapi jangan lupa komen dan votenya..
KAMU SEDANG MEMBACA
annoying girl vs Good Boy
RomanceSeirang laki-laki tampan calon penerus perudahaan Kayla gadis licik, cantik dan pintar menggoda. Hobinya bergonta ganti pasangan. Dia tipe gadis yang tak ingin direpotkan oleh yang namanya CINTA. "Gue gak mau yang namanya CINTA mengendalikan hidup g...