"Aku pernah berjuang melawan harapan, merindu dalam penantian. Bertahan dalam ketidakpastian, menunggu hari ini datang. Menyerah, bagiku bukanlah pilihan."
⚘⚘⚘
Seorang gadis masih dengan seragam yang lengkap dan ransel dipunggungnya tengah berdiri didepan sebuah pintu apartement.
Gadis itu membuka pintu dengan kunci ditangannya. Perlahan pintu berhasil dibuka olehnya. Ia masuk kedalam apartement itu dengan hati-hati dan tak menimbulkan suara.
Ia melihat ruangan diapartement itu tertata rapi, ada dua kamar disana. Ia mencoba membukanya satu persatu. Salah satu kamar itu kosong, kemudian ia beralih ke kamar yang satunya. Namun ia juga tidak menemukan siapapun disana. Gadis itu terduduk lesu disamping tempat tidur. Hingga seseorang datang dengan penampilan berantakan berdiri dihadapannya.
Lelaki itu nampak terkejut melihat kehadiran gadis itu, begitupun dengan gadis itu yang terkejut melihat penampilan dari lelaki itu.
"Kak Fahrez ?" Ucap Amanda pada lelaki itu.
"Ngapain kamu disini, Manda." Ucap Fahrez pada gadis itu, yang ternyata Amanda.
"Aku kesini mau ketemu kakak," ucap Amanda.
Fahrez duduk disamping Amanda, keduanya sama-sama menatap lurus kedepan.
"Aku minta maaf soal kemarin," Amanda kembali mengingat kejadian kemarin saat ia menghindari Fahrez. Saat gadis itu pulang bersama Hanna dan tidak mengatakan apapun pada Fahrez. Saat gadis itu tidak menemui Fahrez pada jam istirahat. Saat gadis itu tidak menjawab telpon dari Fahrez yang berulang kali.
"Aku minta maaf, kalau aku bikin kakak khawatir." Ucap Amanda tulus.
Amanda tersenyum getir, "aku hanya bingung dengan apa yang harus aku lakukan, dan pengecutnya aku lebih memilih menghindar daripada harus menghadapi kenyataan ini."
Fahrez tak bergeming ditempatnya, ia masih setia mendengarkan gadisnya itu berbicara.
"Gak seharusnya aku menghakimi kakak apalagi menyalahkan kakak, aku terlalu childish dalam menghadapi masalah sesepele ini. Aku terlalu bodoh untuk melihat perasaan seseorang, harusnya aku tahu seberapa dalam kakak mencintai dan menyayangi aku selama ini." Ujar Amanda.
"Tapi aku sadar akan perasaan aku ke kakak, maka dari itu aku disini sekarang." Lanjutnya.
Fahrez menoleh menatap gadis disampingnya itu.
"Aku pernah berjuang melawan harapan, merindu dalam penantian. Bertahan dalam ketidakpastian, menunggu hari ini datang. Menyerah, bagiku bukanlah pilihan." Ucap Amanda tulus sambil tersenyum menatap Fahrez.
Fahrez menarik Amanda kedalam dekapannya, ia mencium puncak kepala gadis itu dengan lembut.
Amanda melepaskan pelukan itu, "kenapa kakak bau alkohol seperti ini ?"
Fahrez membisu ditempatnya, ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Pasti Amanda akan sangat marah padanya, atau malah sangat membencinya.
Amanda menghela nafas lelah, "berapa banyak kakak minum semalam ?" Ucapnya.
Fahrez menggeleng tanda tidak tahu, "maaf Amanda."
"Aku kecewa sama kakak, kenapa kakak melakukan hal bodoh seperti ini. Merusak diri kakak dengan meminum-minuman seperti itu." Ucap Amanda.
"Maafin aku Manda," ucap Fahrez tertunduk.
"Lihat diri kakak sekarang, bagaimana bisa kakak menjadi seorang imam buat aku kelak kalau kakak seperti ini." Ucap Amanda sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fireflies!
FanfictionAmanda merupakan gadis berparas cantik dan sempurna dalam segala hal, dengan fasilitas mewah, serta hidup yang sangat berkecukupan. Namun ia memilih untuk hidup sederhana dan menjadi orang biasa saja. Ia adalah gadis yang ceria, hingga saat ia kehil...