"Saya bukan robot, saya manusia. Saya juga punya kehidupan yang nyata. Kehidupan yang ingin saya jalani sendiri, sesuai kehendak hati saya. Bukan atas kehendak anda atau oranglain."
⚘⚘⚘
Sore itu setelah mengantar Amanda pulang ke rumahnya, Fahrez dengan segera menuju rumah Radea. Lelaki itu tampak stress sekali, sepertinya ini adalah sebuah masalah baginya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari rumah Amanda. Kini Fahrez sudah sampai dirumah Radea. Fahrez memijit bell rumah itu dan keluarlah seorang pembantu rumah tangga.
"Eh Den Fahrez, silahkan masuk. Sudah ditunggu sama nyonya," ucap pembantu itu.
Fahrez mengangguk, tanpa menjawab lagi lelaki itu langsung masuk kedalam rumah dan menemui Anggi (mamah Radea).
"Assalamualaikum tante," ucap Fahrez sopan lalu mencium tangan Anggi.
Anggi yang sedari tadi tampak menangis menjawab salam Fahrez dengan bergetar. "Waalaikumsalam, akhirnya kamu datang juga Fahrez. Tante bener-bener khawatir sama keadaan Radea."
"Sekarang tante tenang dulu, tante ceritain yang terjadi sama Radea ya." Fahrez mencoba menenangkan.
"Tante gak tahu Radea kenapa, saat pulang tadi tante lihat dia nangis-nangis terus langsung lari masuk kedalem kamar dan ngurung diri sendiri. Tante udah coba bujuk dia supaya buka pintunya tapi gak ada jawaban." Ucap Anggi disertai isakan.
"Apa kamu benar tidak tahu Radea kenapa ?" Tanya Anggi sungguh-sungguh.
"Fahrez beneran gak tahu Tan, tapi Fahrez bakalan coba bujuk Radea supaya buka pintu kamarnya." Ucap Fahrez meyakinkan.
Anggi mengangguk, "yasudah kalau begitu sekarang kita ke kamar Radea."
Fahrez mengangguk lalu melangkah mengekori Anggi yang sudah melangkah terlebih dahulu.
Sesampainya didepan pintu kamar Radea, Fahrez mencoba merayu Radea agar membuka pintu kamarnya.
"Raa.." Fahrez mengetuk pintu, "ini aku Ra, Fahrez. Buka pintunya Ra, kita perlu bicara."
Masih tak ada jawaban dari Radea.
Fahrez mencoba mengetuknya lagi, "Radea, kamu gak bisa kaya gini. Kasihan mamah kamu daritadi nangis karena khawatir sama kamu Ra."
Masih tak ada jawaban juga.
"Ra.. tolong buka pintunya. Aku mohon Ra," ucap Fahrez.
Namun masih tak ada jawaban juga.
"Oke, kalo kamu gak mau buka pintunya aku dob-" ucapnya terpotong karena pintu itu terbuka.
Fahrez menghela nafas lega karena Radea tidak melakukan hal bodoh seperti yang ada dalam pikirannya.
Akhirnya Fahrez dan Anggi masuk kedalam kamar.
Dengan lembut dan penuh kasih sayang, serta bercampur perasaan khawatir Anggi menarik Radea kedalam dekapannya. Sepasang anak dan ibu itu menangis bersama.
"Kenapa kamu kaya gini sayang ? Mamah khawatir," ucap Anggi.
"Maafin Radea Mah," ucapnya sambil terisak.
Anggi melepas pelukannya dan menatap wajah puterinya itu. "Apa yang terjadi ? Cerita sama mamah Nak ?" Ucapnya.
Radea menggeleng, "aku gak apa-apa Mah. Mamah gak perlu khawatir lagi, aku hanya perlu ketenangan Mah."
"Kamu benar-benar membuat mamah khawatir, sampai mamah telpon Nak Fahrez agar cepat kemari." Ucap Anggi.
Radea melirik Fahrez sekilas, lalu beralih kepada Anggi. "Mamah bisa tinggalin aku berdua dengan Fahrez ? Ada yang perlu aku bicarakan berdua dengannya Mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fireflies!
أدب الهواةAmanda merupakan gadis berparas cantik dan sempurna dalam segala hal, dengan fasilitas mewah, serta hidup yang sangat berkecukupan. Namun ia memilih untuk hidup sederhana dan menjadi orang biasa saja. Ia adalah gadis yang ceria, hingga saat ia kehil...