"Fahrez bukan gak bisa memilih antara lo atau Radea, dia cuma gak punya pilihan. Setidaknya lo terus disisinya selama yang lo bisa, sebelum perpisahan itu bener-bener ada dan lo akan menyesal karena memilih menghindar."
⚘⚘⚘
Waktu istirahat telah tiba, Amanda dengan segera merapikan alat tulisnya kedalam tas. Hanna melihatnya dengan kebingungan.
"Kamu ke kantin duluan aja ya Na, aku ada urusan sebentar. Kalau sudah selesai aku langsung susul kamu," ucap Amanda tergesa-gesa lalu dengan sekejap menghilang dari pandangan Hanna.
Hanna tersenyum tipis, "pantas kak Fahrez begitu menyayangi kamu Da." Lalu ia pergi menuju kantin setelah berucap.
Amanda berlari menuju kelas Fahrez yang berada dilantai paling atas. Gadis itu berharap akan menemukan Fahreznya disana, karena sedari tadi pagi ia tidak melihat batang hidung lelaki itu setitik pun. Lelaki itu juga tidak menjemputnya untuk berangkat sekolah seperti biasa.
Gadis itu sudah sampai didepan kelas XII IPA-1 dengan nafas yang tersenggal-senggal. Ia mencoba untuk masuk kedalam kelas itu. Namun, ia tidak dapat menemukan orang yang dicarinya. Melainkan yang ia lihat adalah sosok seorang perempuan yang sedikit membuatnya terkejut. Perempuan itu sedang marah pada ketiga laki-laki yang kini salah satunya menatap ke arahnya.
"Heii, ngapain disini ?" Ucap Panji lalu tersenyum.
Amanda terkejut dengan Panji yang tiba-tiba ada didepannya kini. "Eh, kakak sendiri kenapa bisa ada disini ?"
Panji manutkan kedua alisnya, "ini kan kelasku Amanda."
Amanda hanya ber'oh'ria lalu menampilkan sederet gigi putihnya. "Aku gak tahu kalau kak Panji sekelas sama kak fahrez."
"Kamu cari Fahrez ?" Tebak Panji.
Amanda mengangguk, "apa kakak tahu kak Fahrez dimana ? Soalnya aku gak lihat dia disini, daritadi pagi juga aku belum bertemu dengannya."
"Aku gak lihat Fahrez hari ini, sepertinya dia gak masuk." Ucap Panji.
"Oh begitu, makasih ya kak." Ucap Amanda.
"Persis seperti 3 tahun lalu ya Man, kamu datang ke kelas aku nyari Fahrez lalu setelahnya dia menghilang dan membiarkan kamu menunggu dalam ketidakpastian. Lalu apa sekarang dia akan melakukan hal yang sama ?" Ucap Panji.
Amanda begitu tertohok mendengarnya, gadis itu tidak bergeming ditempatnya.
"Apa kamu akan melakukan hal bodoh lagi dengan terus menunggu dan berharap ia kembali jika ia meninggalkan kamu lagi ?" Ucap Panji lalu menatap Amanda yang membeku ditempatnya.
Panji tersenyum miring ditempatnya, "apa lo ngerasa de ja vu saat ini ?"
Bahu Amanda bergetar, ia menundukkan kepalanya.
Arkan yang sedari tadi memperhatikan Amanda dan Panji, menatap Amanda dengan cemas. Ia tidak memperdulikan ocehan Radea yang sedari tadi menanyakan keberadaan Fahrez.
"Kalian denger gue gak sih, dimana Fahrez ? Om Rafi sama tante Farah itu khawatir." Ucap Radea, menatap Andre dan Deran secara bergantian.
"Kenapa kalian diem aja, jawab kalo gue tanya." Ucap Radea semakin kesal.
Salah satu dari mereka daritadi tidak ada yang menjawab pertanyaan Radea.
"Lo tuh bisa diem gak sih, berisik Ra." Ucap Deran.
"Gue gak akan diem sebelum kalian kasih tau Fahrez dimana. Ngerti!" Ucap Radea kekeuh.
Andre hanya memutar bola matanya, "cabut yuk kantin, gue haus."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Fireflies!
FanfictionAmanda merupakan gadis berparas cantik dan sempurna dalam segala hal, dengan fasilitas mewah, serta hidup yang sangat berkecukupan. Namun ia memilih untuk hidup sederhana dan menjadi orang biasa saja. Ia adalah gadis yang ceria, hingga saat ia kehil...