#Jumat_TawaDalamTangisWLI

22 7 0
                                    


Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Tawa dalam Tangis'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Bima -- BimaMFatwa

"Hanya laki-laki lemah yang menitikkan air mata pada masa krisisnya,"

Itu pesan terakhir Ayah. Ayah meninggal lima tahun lalu, tepat saat musim semi dimana bunga bermekeran secara glamor, menciptakan suatu indikasi eksotik yang langka pada area terbengkalai seperti Distrik 12. Penyebabnya sendiri adalah kanker paru-paru. Di distrik miskin kami, obat-obatan hanya seperti sekadar keinginan sekunder yang tak akan terpenuhi, harganya yang melejit tinggi bahkan dapat ditukar dengan pasokan makanan superior kami selama sebulan.

Meskipun Ibu bersikeras membawa Ayah ke rumah Mrs. Everdeen--meskipun berasal dari sumber yang sama, setidaknya olahan seorang profesional mempunyai pengaruh lebih dibanding amatir sepertinya (atau begitulah yang dikatakan Ibu dengan mata sembab dan raut tegar ketika kami berbincang sesaat pada tengah malam yang beku)--, Ayah membantah dengan keras kepala. Lima bulan kemudian, Ayah akhirnya kalah. Menghembuskan napas terakhir dengan garis rahangnya yang tangguh seperti biasa, sebelum akhirnya dibungkus pada peti mati mini dan dimakamkan secara serampangan.

Kematian Ayah tak terlalu membuatku sedih. Melenggang ke pangkuan Tuhan seharusnya menjadi kunci kebebasan alternatif dari tirani kediktatoran si Brengsek Snow. Satu hal yang membuatku dilanda rasa sesal, Ibu juga harus menyusulnya beberapa bulan kemudian. Hari itu Sabtu cerah, aku baru kembali dari area penambangan, bermandikan peluh sembari menenteng dua roti hangat hasil transaksi ilegal di Hob. Aku memangginya beberapa kali, ketika mulai merasa cemas aku memberanikan diri untuk mendobrak pintu kamarnya. Wajahku berubah datar ketika melihat Ibu terbaring dikasur dengan tangannya memegang pisau dapur, menusuk diri secara brutal.

Setelah melalui otopsi forensik dan serangkaian interogasi intimidatif, aku dinyatakan tidak bersalah. Tindakan Ibu murni bunuh diri. Ibu melakukan beberapa tusukan telak yang melukai beberapa isi perut dan pembuluh arteri sehingga menyebabkan beberapa organ dalam yang vital menjadi disfungsi, termasuk jantung--atau begitulah yang disebutkan oleh Divisi Pemindai Mayat Penjaga Perdamaian.

Tahun itu juga, aku terpilih sebagai Tribute. Mendampingi Tressbe Collins pada arena gersang Hunger Games keenampuluh sembilan dan secara mengejutkan keluar membawa trofi kemenangan. Suatu kebetulan tragis yang menyenangkan, kukira ini akan menjadi lelucon yang bagus ketika aku mempunyai anak-cucu nanti. Tapi, sayangnya, aku tahu itu tidak akan terjadi.

Era Baru telah bergulir. Capitol telah kalah dan Snow telah ditawan. Satu hal yang menyebalkan adalah Coin naik tahta menjadi penguasa--aku tak begitu mempercayai si rubah betin itu. Hari ini seharusnya menjadi perayaan besar;Eksekusi Publik si Arogan Snow yang akan menjadi awal dari revolusi sejarah memicu pemberontakan kedua. Katniss, seperti yang kuduga, memilih untuk mengarahkan anak panah pada jantung Coin yang tengah berpidato retorika.

Dalam hati aku tertawa ketika mata wanita itu mendelik keluar sembari merintih tertahan. Kesenanganku berakhir singkat, aku dan para pemenang ditangkap oleh para Tentara Pemberontak sementara para warga sipil yang mempunyai dendam kesumat pada Snow memilih untuk mengeroyok dan membunuhnya sendiri.

Aku, Katniss, dan Peeta ditempatkan pada satu sel yang sama--kupikir ini lebih cocok disebut ruangan privat dibanding penjara temporer. Setelah melalui hari-hari dengan harap-cemas, Paylor, presiden Panem baru yang dipilih langsung dari ketua duabelas distrik berbeda membuat keputusan. Seseorang diantara kami harus dikorbankan, Katniss tentu akan menjadi pilihan terakhir--tentu saja. Kematian Coin sepertinya telah menciptakan pro-kontra diantara masyarakat Panem modern, namun bukan berarti pihak yang berhutang budi sang Mockingjay telah raib. Paylor tentu tak mau mengambil resiko kembali terjadinya tindakan anarkis.

The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang