#Kamis_MenantangAgresiWLI

0 0 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Menantang Agresi'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Kirito Hoshimura -- Renji_Byakuga

Matahari sudah terbenam semenjak tiga jam yang lalu, tapi aku masih sibuk dengan kegiatanku.Sudah lebih dari enam jam aku tiarap di pegunungan sambil melihat aktivitas para tentara melalui scope senapan jarak jauhku.
"Kalian pikir bisa melancarkan agresi semudah itu? Tidak akan pernah! "
Begitulah hal terakhir yang aku gumamkan ... sebelum akhirnya tanpa kusadari aku menarik pelatuk senapanku.

Itu adalah sinyal bagi rekan-rekanku.Area yang sebelumnya tenang, sepi, berubah menjadi berisik oleh gempuran suara timah besi yang saling dilontarkan.
"Pertumpahan darah baru dimulai. Fufufufu! "
Entah kenapa ... rasanya aku sangat menikmati suasana pertempuran seperti ini.Aku tersenyum senang ketika melihat banyaknya cahaya oranye yang bermunculan di gelapnya hutan itu.

--

2. Vladimir Syarif Hidayat -- Syariffhi

Ku berdiri menatap ke depan,
AK 47 di tangan kananku,
Granat ditangan kiriku.

Ku berdiri siap mati,
Mati sebagai pejuang,
Bukan pecundang.

Tak peduli kau adidaya,
Tak peduli kau dewa,
Kau mengagresi,
Aku melawan.

Persetan dengan dirimu,
Tak peduli Iblis,
Kau kan kulawan.

--

3. Bima -- BimaMFatwa

Hari ini 10 Nox. Perayaan kudus bagi tiap pemeluk agama radikal;Royalia. Royalia adalah komunitas relijius barbar beranggotakan lebih dari seratus ribu orang, dan salah satu ritual suci yang biasa mereka lakukan sebagai selebrasi hari-hari besar adalah 'penghancuran'.

-

"Hari yang melelahkan,"

"Ini tidak bisa lagi disebut sebagai hari, kita akan mati."

"Sial, seharusnya sekarang aku masih nongkrong di bar, bercumbu mesra dengan Mirabelle lalu pergi meniduri Angeline."

"Dasar Max bodoh, jangankan mencumbu perempuan, kita bahkan tak dapat bernapas lagi setelah ini."

Max, Boundan, Vinnick, tiga panglima perang negeri Brianic yang agung. Ketiganya tengah meratapi sedih ibukota mereka yang porak-poranda bersamaan dengan para perwira Royalia yang menghentakkan kaki selaras dengan gagah.

Max adalah konglomerat satir, Boundah merupakan pria pesimis, sementara Vinnick yang paling baik; seorang pemimpin karismatik. Keberadaan mereka disini tak hanya menopang nyawa, tetapi sebagai tumpuan harapan dan harga diri para Afrin serta penduduk Brianic.

Sejak penyerangan mendadak para Royalia pagi tadi, hanya tersisa ketiganya populasi yang dapat bertahan ketika petang menjelang--beberapa mungkin masih meregang nyawa atau justru disiksa disuatu tempat oleh para fanatisme Royalia.

Brianic merupakan negeri terakhir di bagian barat Bumi yang menjadi tempat singgah nan aman bagi para Afrin sejak diaspora besar-besaran ratusan tahun lalu. Afrin sendiri adalah sekte penyembah entitas tak berwujud yang menjunjung netralitas dan perdamaian abadi; Shaloon. Afrin sempat berperang dengan para pemeluk agama samawi yang memilih untuk berdomisili di barat, namun, demi menjaga konsepsi Tuhan dan ajaran mereka, Afrin memilih berdamai dan menandantangi suatu perjanjian arkais dengan para samawi. Sejak itulah, Royalia tumbuh sebagai parasit berbahaya yang menghancurkan Afrin dari dalam. Pada dasarnya Royalia adalah para Afrin yang tendensius dan tak suka kinerja Brianic dan negeri-negeri Afrin lainnya yang terlalu lembut. Mengatasnamakan Tuhan, Royalia bertindak dan berubah menjadi organisasi massa yang anarkis.

Royalia memulai penghancuran--yang mereka metaforakan sebagai Pensucian-- dari wilayah barat, tempat dimana negara Naniac berada. Bermodalkan tekad dan kegilaan kalap, Royalia menang tak terduga hingga akhirnya berhasil menyerbu Brianic sebagai sasaran terakhir saat pagi.

"Mereka sudah dekat, dan kita akan mati," ujar Boundan, menggigil ketakutan. Max tersenyum sinis lalu mengambil tombaknya yang berbilah racun Naga Heroen, sementara Vinnick telah siap dengan pedang dan tameng bajanya. Zirah mereka compang-camping lengkap dengan tubuh dan wajah yang penuh luka memar serta merah darah.

Tiga melawan seribu, sehebat apapun, ketiganya sama sekali tak memiliki probabilitas untuk menang. Kekhawatiran Boundan saat ini tak nampak sama sekali berlebihan, meskipun begitu, Vinnick malah tersenyum simpul.

Boundan mengerling dan berujar membentak, "Apa yang kau lakukan? Kita akan mati dan kau gembira?"

Vinncik terkekeh diikuti Max, kali ini Max yang menjawab,"Hei, perfeksionis penakut. Apakah kau tak merasakan pacuan adrenalin ini?"

Boundan mengernyit, Max menoleh dan menyengir menggebu-gebu, "Inilah yang dinamakan gairah berperang. Sudah dua dasawarsa setelah ktia berhenti memerangi Templar, Royalia bisa menjadi penghibur yang menarik."

Vinnick mendengus, "Kawanku Maxy benar. Saudaraku Bondan, dalam hitungan ketiga, daku akan menyongsong ke medan. Ikut atau tidak, itu terserah pada kalian, Kawanku dan Saudaraku."

"Satu....," Vinnick mulai menghitung jari, Max sudah menyongsong lebih awal sembari berteriak semangat ke kecamuk pasukan kavaleri Royalia yang berseragam zirah abu.

"Seorang pria hanya butuh satu hitungan, eh? Kawanku Max memang yang terbaik." Vinncik mengerling kearah Boundan lalu berkedip, Boundan kembali mengernyit.

Para Royalia hanya berjarak sepersekian hasta karena itu, prosa perang mereka yang mengerikan sudah dapat jelas terdengar.

"Bersama, Saudaraku?" Vinnick mengulurkan tangan sembari tersenyum.

Boundan bimbang selama beberapa saat yang lama, sementara para Royalia sudah hampir sampai didekatnya. Gema suara Max sudah raib sedetik yang lalu.

Untuk beberapa detik, Boundan memandangi tangan kokoh Vinnick dan pasukan Royalia bergantian. Lalu menyambutnya dan mengangguk ragu.

"Baiklah."

Akhirnya, keduanya pergi berlari ke arah kerumunan massa Royalia yang terus mendendangkan nyanyian akbar. Menyongsong pada peperangan mereka yang sempat tertunda, melawan sekuat tenaga, meski akhirnya setengah jam kemudian jasad mereka dipenuhi pekatnya warna darah.

--



The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang