#Juli_7DosaMematikan #Kamis_AgresiWLI

4 0 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Agresi'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Dessy Yasmita S --

The rose fell on the floor as her hands were drained of the last remaining energy she had left. Love was no longer in her heart. Tick-tock. Tick-tock. As empty as her feeling. Or that was what we would feel about her.

She rose her head. Sharply looking and said, "Why do you need to make this dark story?"

What? Wait ... who are you talking with?

"You, of course you." She changed her way of sitting. A very good pose. A complete change. "You don't get it?" She pointed to the front of her. "You, writer. YOU."

Who? What? Me? We?

She sighed as if she felt tired of taking care a bunch of children. In instant, she grabbed the rose, crunched it, then threw it. Some broken petals swirled before they landed on the floor. "Stop making these depressive, gloomy stories. I'm done with you!" She abruptly stood, stomped, then walked away.

Leaving the room, her stomping steps slowly vanished. A little squeek. The door was opened. She yelled, "And NO! You're NOT that smart writer!" Then the door was slammed.

Wait, what? What had just been happened?

--

2. Dizha Samsudi -- Mas_Dizha

Tajuk : Resah dan Amarah

Setelah berlari menaiki puluhan anak tangga, nafasku memberat ketika berhenti, dadaku berdegup kencang, keringat dingin mengalir deras membasahi wajahku. Tubuh ini masih menggetar ketakutan karena serbuan para timah panas itu. Walau tidak mengenaiku, sampai kapanpun mereka pasti mengejarku, mereka akan membunuhku seperti yang lain. Untuk menghindari maut itu aku harus segera bersembunyi.

Aku menemukan dua pintu dengan jendela bundar. Ia membatasi dapur dengan restorannya. Entah kenapa, dari dalam dapur yang gelap itu kudengar suara tangis tertahan, juga bisikan. Lalu, kuintip apa di dalamnya.
Dari jendela pintu itu, kulihat beberapa orang meringkuk di atas lantai. Meski tak tampak, aku tahu kalau mereka sama takutnya sepertiku.

Ketika hendak memegang gagang pintu dapur itu aku berpikir. "Lalu, bagaimana jika aku masuk ke dapur dan robot-robot itu menemukanku bersama dengan mereka? Pasti aku dan mereka akan terbunuh."

Suara teriakan di lantai bawah memecah gendang telinga ini. Di saat kakiku tumbang, rasa sesal membebaniku. Inginku kututup rapat daun telinga ini namun pekikan mereka sekejap hilang bersama deru peluru mereka. Aku terduduk, lemas tidak bisa menopang ketakutan dan rasa bersalah.

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku membawa mereka ke sini. Ini .... ini semua salahku," bibirku menggemetar "Apa yang harus kulakukan? Aku harus bagaimana?"

Air mataku tak bisa keluar lagi karena hati cabar ini menahannya. Hanya membuat mataku hanya berkaca-kaca. Meski begitu, aku tetap mengusapnya. Dan saat itu juga, aku membayangkan satu ide gila.

"Apa aku harus melawan mereka?" Aku menggeleng kemudian "Yang benar saja? Aku pasti mati jika nekat melawan mereka," gumamku dengan tersenyum pahit.

Aku masih menggumam dengan suara yang parau, melihat sebilah pisau yang masih tergenggam. "Meskipun lamban, mereka punya senapan serbu. Bahkan sedetik saja aku tidak mampu mendekati mereka. Kalaupun bisa mendekatinya, pisau ini tidak akan mampu merusaknya."

The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang