#Juli_7DosaMematikan #Selasa_CuekWLI

3 1 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Cuek'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Dina -- diiinape

Tajuk : Si Pangeran Sekolah

Dia adalah orang yang akan melengos tak peduli ketika orang lain membutuhkan bantuan. Eh, jangankan menolong, disapa saja ia tak menoleh. Menyebalkan sekali pangeran yang satu ini.

Menurutku, dia tidak pantas menyandang gelar 'Pangeran Sekolah'. Cara ia berinteraksi dengan sesama makhluk hidup itu nol besar! Aku heran kenapa para gadis begitu memujanya.

Setiap pagi, kulihat dia sedang membuang hadiah yang diberikan para penggemarnya tanpa rasa bersalah. Tapi gadis-gadis itu tetap memberinya hadiah. Aku mendecak kesal, tapi tak bisa berkata apa-apa.

Kekesalanku pada manusia cuek itu semakin bertumpuk ketika aku mendengar dia membiarkan orang yang butuh pertolongan begitu saja. Dia jelas berkata kalau orang itu terjatuh dan berdarah, tapi tak berniat menolong.

"Aku tidak peduli, manusia itu makhluk individu. Jadi urus saja diri sendiri," ujarnya.

"Kalau begitu kubur dirimu sendiri jika meninggal nanti!" Aku berlalu sambil menghentakkan kaki.

Dia hanya terdiam, kuharap dia memikirkan apa yang aku katakan barusan. Semoga setelah ini perangainya berubah. Boleh cuek, tapi jika sudah berlebihan maka itu akan membuat orang lain darah tinggi. Percayalah.

--

2. Fik --

Tajuk : Gadis Malang

Embusan angin menemani gadis malang itu. Sejak berpuluh-puluh menit yang lalu ia duduk di sana. Berbicara pada kekasihnya yang mungkin tak lagi memiliki rasa cinta padanya. Namun, gadis itu tak mempedulikan hal itu. Ia bahkan tertawa terbahak-bahak saat menceritakan sinetron-komedi yang ia tonton malam tadi kepada kekasihnya. Ia tak sedikit pun merasa sedih, walau kekasihnya tak menggubris apapun yang diucapkan gadis itu

Drrtt...

"Sayang. Kamu denger gak? Ponsel aku bergetar. Eh? Emang kalo bergetar bisa didengerin yah? Hehe. Cuman bisa dirasain,"
ucap gadis itu sembari mengotak-atik layar ponselnya.

"Bisa didengerin sih. Tapi suaranya kecil," lanjutnya.

"Sayang. Mama minta pulsa nih," ucapnya.

"Hahahaha," Ia menertawakan dirinya sendiri. Tawanya singkat diikuti senyum yang lebar.

"Receh yah, sayang? Maaf, aku bukan pelawak," jelasnya kepada kekasihnya.

"Mama udah nyuruh pulang nih. Aku pulang dulu," katanya sambil tersenyum lebar.

"Seneng bisa bicara panjang lebar di sampingmu. Walau kamu masih seperti biasanya, cuek. Tapi enggak apa-apa," ucap gadis itu yang sangat terlihat tegar.

"Lain kali kalo aku datang, cueknya dikurangi. Aku rindu suara tawa kamu," lanjutnya kemudian berdiri.

"Bye," ia berjalan menjauh dan melambaikan tangannya.

"Inget. Cueknya dikurangi," teriakannya sangat keras, berharap kekasihnya dapat mendengarnya.

"Eh. Aku lupa," gadis itu segera kembali menuju kekasihnya berada.

"Maaf yah sayang. Aku lupa kirimin Al-Fatihah. Semoga tenang di alam sana," ucapnya lirih.

Setelah membacakan Al-fatihah. Gadis malang itu pergi, meninggalkan raga kekasihnya yang terbaring di bawah nisan.

--

3. Ingrid Nadya -- Ingridbatubata

Tajuk : Semua Karena Ketidakpedulianku

"Kapan kau akan pulang?" Kudengar suara Ibu bergetar di telepon. Aku tau dia berusaha menahan tangisannya.

"Secepatnya, Bu. Sudah dulu ya. Aku ada deadline kerjaan." Aku langsung menutup telepon dari Ibu tanpa mendengar apapun.

Jakarta memang sudah mengubahku menjadi seseorang yang acuh tak acuh, cuek terhadap keluarga sendiri. Tapi mereka kan tau apa? Mereka suka sekali memintaku untuk mengambil cuti untuk pulang ke kampung, mereka tidak tahu bahwa di kantorku untuk mendapat libur sabtu minggu saja susah mendapatkannya.

Ponselku kembali bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari kakakku.

"Tega sekali kau menutup telepon begitu saja. Kuharap kau tidak menyesal nanti."

Aku cuma gelang-geleng kepala melihat pesan itu. Sejak kapan Ibu jadi seorang pengadu seperti ini?

Saking kesalnya, aku berniat akan menghiraukan semua telepon dan pesan dari semua keluargaku hari ini. Kerjaanku sudah bikin pusing, kumohon jangan ditambah lagi.

Hari berlalu begitu saja. Beberapa kali ponselku berbunyi, tapi aku mengabaikan semua panggilan itu. Saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam, akhirnya aku menyelesaikan semua pekerjaanku. Setelah mematikan komputer kantor, aku berjalan keluar kantor sambil mengecek ponselku.

Ada beberapa panggilan dari Ayah dan Kakak. Tapi mereka tidak mengirimi satu pesan pun. Mungkin mereka hanya ingin memarahiku karena bersikap kasar pada Ibu. Jadi mungkin tidak ada yang penting.

Aku pun masuk ke dalam kamar kos-kosan dengan langkah yang berat. Ada keinginan di hati untuk menelpon Ayah tapi kuabaikan keinginan itu karena mataku terasa berat sekali.

Aku tertidur.

Lalu aku dibangunkan sebuah panggilan telepon. Dari paman. Jantungku langsung berdegub kencang. Tidak pernah sekalipun pamanku menelponku kalau itu bukan sesuatu yang serius.

Sebelum menjawab telepon, kulihat jam sekilas menunjukkan pukul 2 malam.

"Ningsih? Kau bangun?" Kudengar suara paman yang serak, seperti habis menangis.

Firasatku langsung tidak enak, "Iya, Paman. Kenapa?"

"Ningsih..." Paman malah menangis di ujung sana. Oh, tidak.

"Ibumu meninggal sejam yang lalu, Nak. Cepatlah pulang."

APA??? TIDAK, TIDAK!!!

Terngiang kata-kata kakakku di pesan.

Kau akan menyesal nanti...

Hatiku dipenuhi penyesalan. Aku tidak bisa membendung perasaanku. Aku jatuh pingsan.

--





The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang