#Senin_PelakorWLI

12 1 1
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Pelakor'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Yoi Rei -- ciimeyqirrey

Suatu hari di sebuah mall ada sepasang ibu dan anak perempuan yang baru berumur 5 tahun sedang berjalan. Si anak tiba-tiba saja berteriak histeris sambil menunjuk-nunjuk wanita yang ternyata artis yang sedang naik daun karena issue kalau dia merebut suami orang a.k.a pelakor.
"Mah.. liat deh itu ada pelakor!" ucap si anak sambil terus menunjuk.

Mata ibu itu mengikuti arah telunjuk anak itu dan ikut berteriak histeris, "ehh iyaaa itu artis pelakor yang gak tau diri itu."

Si artis yang geram mendengar mereka berdua akhirnya menghampiri mereka berdua dan bertanya pada anak kecil tersebut. "Dek, kamu emang tau apa itu pelakor?" tanya si artis.

"Gak tau pasti si tante karena di sekolah aku belum belajar tentang itu. Tapi kata mamah aku pelakor itu lebih jahat dari monster." Anak itu menjawab dengan terus memandang ibu dan si artis bergantian.

Sekarang si artis beralih pandangannya pada si ibu anak dan berkata, "maaf ya bu, sepertinya anda terlalu sibuk menonton gosip dan kepo urusan orang lain yang bahkan tidak ibu kenal. Sehingga ibu lupa mengajarkan dan memantau anak ibu agar tidak berbicara yang tidak seharusnya." Artis itupun berjalan melewati mereka berdua.

"Saya menyarankan sekarang ibu harus lebih fokus mendidik anak ibu, siapa tau nanti dia kelak yang akan TIDAK PUNYA HARGA DIRI." Si artis menghentikan langkahnya sebentar, lalu berlalu pergi hingga tidak terlihat lagi, sementara si ibu hanya bisa melongo mendengar itu semua.

--

2. Chitra Nadia Pratami -- kairi10969
Dark Justice

"Hai Ferdian!"

Aku refleks memanggil sesosok lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam yang membentuk cambang cukup tebal. Orang yang kusapa itu menyadari kehadiranku dan melambaikan tangan kanannya yang kokoh. Segera aku melangkah cepat menghampirinya sehingga kedua lututku beradu dengan sapuan gaun sifon panjang berwarna peach. Langkahku membelah kerumunan orang yang bercakap-cakap dengan sahabat mereka semasa Sekolah Dasar dulu.

"Reika! Makin cantik aja nih," Lelaki berusia dua puluh satu itu untuk pertama kalinya menyebut namaku dengan suara yang lebih matang. Dan kelihatannya kini ia mulai jago berbasa-basi, berbeda jauh dengan Ferdian masa remaja yang agak cuek.

"Lama ngga ketemu, Fer! Kabarmu gimana? Baik?" tanyaku sembari menahan rasa senang tak terkira ketika bisa memenuhi ajakan dia untuk bertemu di acara reuni ini. Belakangan ini aku baru menyadari bahwa sahabat SMA-ku yang satu ini juga pernah satu kelas denganku saat SD meski hanya sampai kelas 2. Ya ampun, sifat pelupaku ternyata sudah separah itu! Sedangkan Ferdian di hadapanku hanya menaikkan alis tebalnya sebelum mengulas senyum manis, menandakan jawaban yang positif.

"Terus gimana kabar Mamamu?"

Aku terdiam. Tak biasanya seorang teman lama, terutama teman sekolah akan bertanya mengenai kabar orang tuaku sejak pertama kali berbasa-basi. Biasanya orang yang melakukan hal itu hanyalah kerabat dekat. Tapi biarlah, dia pasti hanya berniat untuk basa-basi.

"Baik kok. Orang tuamu gimana?"

Ferdian tampak manggut-manggut sambil merapikan setelan jas biru tuanya. Ia terdiam sambil menatapku nanar, seperti menyembunyikan seribu makna di balik sikapnya itu.

The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang