#Selasa_SenadaWarnaWLI

1 1 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Senada Warna'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. True Trea -- nolu_nov

"Yang identik dengan pelangi?" tanya Hae pada sepasang muda mudi yang tengah duduk di hadapannya dengan tampang cemberut. "Jawab aku!" bentak Hae menatap keduanya ikut manyun.
"Hujan..." sahut Wizel dengan nada malas.
"Pelangi..." sambung Joe bernada bosan.
"Aku laporkan pada Nenek?" ancam bocah perempuan berusia tujuh tahun itu, menatap keduanya dengan mata menyipit.
"Astaga, Hae, aku ingin pergi saja! Berada di sini sangat membuatku mual." ucap Wizel menatap pria di sampingnya dengan memutarkan kedua bola mata.
"Hae, kau jangan mencontoh wanita di sampingku ini. Mulutnya sangat pedas," sahut Joe menatap Wizel cemberut.
"Kak Joe memangnya sudah mencoba mulut Kak Wiz?" tanya Hae dengan tampang polos.
"TIDAK!!" sahut keduanya kompak dalam satu nada yang sama. Hae menatap keduanya dengan mata merah. Bibirnya mulai melebar dan drama air mata di mulai Hae.
"Hae, jangan menangis. Pria tampan tidak boleh menangis," ucap Wizel buru-buru memeluk adiknya.
"Aku benci kalian!!" isak Hae semakin mengeraskan tangisnya.
"Bantu aku, dipstik!" seru Wizel menepuk lengan Joe kencang.
"Ck!" Joe mendecak menatap Wizel. "Ini kan gara-gara ulahmu."
"Hae yang tampan. Sudah jangan menangis, ya..." bujuk Wizel mengusap kepala Hae lembut.
"Aku ingin main Ibu dan Ayah!" seru Hae masih menangis.
"Tapi, Hae," sahut Wizel merasa tidak enak.
"Aku merindukan Ayah dan Ibu..." rengek Hae menatap wajah Wizel, membuat hati Wizel teriris perih mengingat kejadian satu tahun silam tentang kedua orangtuanya yang tewas kecelakaan kereta.
"Aku juga, Hae," ucap Wizel memeluk Hae erat.
Hae semakin mengeraskan tangisnya. Wizel berusaha tegar. Disapu wajahnya dengan lengan lalu menatap Hae. "Baiklah, kita bermain. Aku menjadi Ibumu. Di mana semua peralatan masakmu?"
"Aku akan mengambilnya," sahut Hae segera berlari menuju kamarnya.
Joe terdiam menatap Wizel. Kedua tangannya mengusap pipi Wizel yang basah.
"Aku tahu kau kuat," ucap Joe menatap Wizel mencoba menguatkan wanita di hadapannya.
"Terima kasih. Terlalu sulit bagiku untuk menjelaskan pada Hae mengenai Ibu dan Ayah. Ketika dia bertanya mengenai keduanya, hatiku benar-benar sakit, seolah semuanya hitam atau abu-abu."
Joe menarik Wizel dalam pelukannya, "percayalah padaku, kau akan tahu warna indah di hidupku, bukan hanya abu dan hitam. Aku akan tunjukan warna-warna indah itu padamu."
Wizel mengeratkan pelukannya, "kenapa kita selalu bertengkar? Kita tak pernah ada dalam satu arah yang sama."
"Aku akan membuat kita kembali dalam satu nada, satu jalan, satu rasa dan satu cinta."
"Cinta?" ulang Wizel mencoba mencari penjelasan.
"Dalam pertemenan," sahut Joe tersenyum lebar.
--



The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang