#Kamis_DukaWLI

3 2 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Duka'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Azzam -- nowknow

Keranda jenazah diangkat, mulai berjalan mengantarkan seorang bapak, yang telah meninggalkan empat orang anak dan seorang istri.

Dafa. Anak tertua yang tampan dan gagah.

Dilan. Anak kedua, yang tak kalah tampan.

Leo dan Leu. Anak kembar sebelas tahun, berambut ikal. Menggemaskan.

semuanya laki-laki.

Ke empatnya mengantar sang Ayah menuju liang lahatnya. Berjalan menunduk. Suasana haru terasa kuat. Tak lupa, Milea pasangan hidup dilan juga ikut mengantar, bersimpati.

Para kerabat yang juga mengiringi.

Ibu mereka Nissa ikut menyumbangkan tangisan dari rumah, badannya tak kuat lagi berdiri karena duka serta lara yang besar.

Dennis. Itu nama pemimpin keluarga harmonis itu.
Dia telah dimasukkan ke liang lahat, upacara kematian dimulai. Suasana semakin mengharukan, tangisan terdengar, air mata berjatuhan. Untuk sang pemimpin yang telah pergi.

***

Upacara kematian telah selesai. Anak-anak itu dan kerabatnya mematung, mengelilingi kuburan Dennis. Sangat lama hingga kerabat satu-persatu meninggalkan lokasi.

Mereka berempat dan tambah satu lagi Milea, masih disana. Jam lima sore.

"Ayah, aku akan sangat merindukanmu." Dilan mencurahkan kesedihan. Air matanya mulai kering.

Leo dan Leu, berjongkok didekat nisan Dennis. mengusap-usapnya.

Dafa, dia berbeda. Mulai mengumpulkan keteguhan hatinya. menghapus air mata. Merogoh suatu benda di balik Jas sederhananya.

"Salah satu harta adalah keluarga." Anak pertama Dennis itu biacara.

"Jika harta itu pergi. Tak ada pilihan lain, selain mencari harta baru." Dafa berhenti bicara, sudah menemukan benda yang dicarinya dibalik Jas.

Subuah pistol dikeluarkan, digenggam erat, tertuju pada Dilan.

[[Duar!]]

Tepat di jantung, mata Dilan terbelalak. Terjatuh dan tak sadarkan diri. Menyusul Dennis.

Milea menjerit histeris, mengoyang-goyangkan badan Dilan yang terkapar, tidak bergerak.

Leo dan Leu kaget. Menatap Dilan kemudian Dafa. Mereka berdua bingung. Apa yang sedang terjadi!

"What the **** ! you piece of **** !" Milea mengeluarkan sumpah serapahnya. menunjuk-nunjuk Dafa.

[[Duar!]]

Tepat di dahi Milea. Dia menyusul Dilan.

"Leo. Leu. Maafkan kakak, ini demi harta baru." Dafa mengisi peluru baru. siap mengacungkan kepada kedua adik kecilnya.

Si kembar takut, mata melebar, berkaca-kaca.

"Harta warisan." Dafa menyeringai.

Setan tertawa. Terbahak-bahak.

[[Duar!]] [[Duar!]] [[Duar!]] [[Duar!]] [[Duar!]] [[Duar!]]

Duka yang mengerikan.

--

2. Bayu Kholil -- KholilYukho

Puisi ngawur

Senja di mana saksi aku dan dia
Serta bait-bait penuh duka lara
Bukan bahasa sansekerta tapi manusia
Tentang perpisahan, tentang air mata

Senja di mana sang lelaki akan mencinta
Meski menyapa pasti halaman duka
Bahasa pahit baik arti lagi makna
Tentang sebuah kisah, tentang hilang separuh jiwa

--

3. Wahyu Nur

Tajuk: sesak yang lalu

Kristal itu mencair mengalir bersama duka, tanah terasa begitu dingin mencampakkan rerumputan yang mati terinjak mereka yang sedang bersedih, mentari enggan bersinar dan awan pekat menyelimuti perasaan mati yang membebankan mereka, di bawah pohon rimbun yang tertiup angin mereka bersimpuh membelai tubuhku.

"Kakak, aku datang...",
bibirnya bergemetar, dan kedua tangannya menggenggam pilu di atas namaku, mereka yang berdiri di belakang adikku adalah sahabat-sahabatku, aku ingat sebuah kenangan-kenangan terdahulu dan mereka menerjang seperti ombak yang memenuhi pikiranku.

"hei kawan, aku bawa kopi kesukaanmu, jujur saja aku rindu aroma hangat yang biasa kau seduh buat ku, maukah kau membuatkanku lagi?",
kalimat dari temanku memecah sunyi, tangannya menggenggam cangkir plastik dengan kopi yang sudah kehilangan hangatnya, tawa kecil di akhir masih seperti biasa dan itu membuatku sedikit bersedih lalu menyesal.

"Terima kasih kalian mau berkunjung, jujur saja aku sedikit kesepian",
Mulutku membisu, aku sadar mereka tak akan mendengar suaraku, jika bisa aku akan menangis saat ini.

Sahabatku mulai menaruh cangkir kopi itu di sebelahku dan memejamkan matanya seakan berbicara dalam hati, waktu terus berlalu, canda tawa mereka mengenang masa lalu membuatku sadar mereka menghapus sepi ku.

"Wah.. sudah sore, sepertinya kita harus pulang, kakak sampai berjumpa lagi--

"Kalian akan mampir lagi kan?",
aku berusaha sekuat tenaga untuk berbicara, namun...

--Aah, Tahun depan kami kesini lagi, jadi baik-baiklah di sana, kami sangat merindukanmu",
Ciuman terakhir di berikan adikku, aku tak bisa merasakan kehangatannya, namun air mata nya menetes dan menembus tanah, tanpa kusadari itu cukup memberikan kehangatan untukku yang sudah kehabisan waktu hidupnya, penyesalan menjadi alas tidurku, dan rasa sedih menjadi peti matiku.

"Kumohon, jangan pergi...

--





The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang