#Jumat_FlashbackWLI

2 1 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Flashback'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Chitra Nadya Pratami -- kairi10969

Ponselku semakin hari semakin dibanjiri oleh obrolan dari kawan-kawanku yang berkebangsaan Jepang. Terkadang hanya kulihat sekilas lalu melanjutkan kembali pekerjaanku setelah menyerap inti pembicaraan mereka. Ada yang menunggu dikirim hadiah pernikahan, ada juga yang menunggu kabar ketika aku akan berangkat ke Jepang lagi.

Jauh sebelum pemahaman itu terbentuk, pernah ada suatu kejadian kala pertama kalinya aku berbicara dengan satu dari seratus juta rakyat Negeri Matahari Terbit. Sekitar enam tahun silam.

Saat itu aku dan teman-teman ekskul Taekwondo sedang latihan fisik. Tepat sebelum giliranku untuk berlari, datang dua orang wanita yang baru memasuki area latihan kami. Salah satunya langsung menarik perhatianku. Wanita berambut pendek sebahu itu nampaknya bukan orang Indonesia.

Benar saja, aku menangkap beberapa patah kata berbahasa Jepang saat ia berbicara dengan wanita berjilbab di sampingnya. Mungkin itu penerjemahnya.

"Di sini ada yang bisa bahasa Jepang?" Sang penerjemah menarik atensi kami dengan pertanyaan itu. Mataku langsung berbinar, dadaku berdegup cepat sekali. Sebelum aku sempat menerima "tantangan", teman-teman sudah menyeretku lebih dulu untuk berdiri lebih dekat dengan wanita Jepang yang membuatku tertegun tadi.

Wanita Jepang itu melempar senyuman ramah kepadaku. Usianya mungkin sudah empat puluhan, tapi masih terlihat segar dan hanya ada sedikit kerutan di wajahnya. Wajar saja karena ia pasti sering berjalan kaki dengan jarak jauh dan mengonsumsi makanan segar seperti sushi. Aku membalas senyumnya setelah berusaha menelan kegugupan, sembari menggali ingatan kosakata bahasa Jepang hasil belajar otodidakku yang terkubur sedemikian dalam.

Mereka yang menyeretku lalu menghentikan sesi latihan Taekwondo untuk sementara dan berdiri mengelilingiku. Sabeum (pelatih) juga berada di antara mereka. Mata mereka penuh harap, menantikan percakapan macam apa yang akan berlangsung dalam bahasa yang tak pernah kami pelajari di sekolah. Untuk mencairkan suasana, aku membuka percakapan dengan sapaan : "Konnichiwa" (Halo).

Wanita paruh baya yang tingginya sejajar denganku itu tersenyum, lalu bertanya dengan ramah.

"Nihongo ga wakarimasu ka?" (Kamu mengerti bahasa Jepang?)

Aku yang tidak pernah sekalipun belajar listening secara otodidak, dengan ajaib dapat menangkap seluruh ucapannya.

Kemudian yang keluar dari lisanku hanya sepatah kata berbunyi : "Sukoshi dake" (Hanya sedikit). Babak pertama percakapan berjalan mulus. Keberanianku mulai tumbuh di sana.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Ia mengangguk-angguk dan melanjutkan percakapan dengan ritme yang cukup cepat. Alhasil aku tak dapat memahami kata-kata apa yang mengalir barusan. Keberanian yang tumbuh subur tadi perlahan semakin terinjak. Mungkin ia telanjur optimis dengan kemampuan percakapanku dari mulusnya babak pertama barusan.

Wanita itu tengah menanti respon dari aku yang mulai gelagapan. Tak sedikitpun inti yang kuserap dari perkataannya. Tatapan ramahnya masih menelusuri sudut wajahku. Namun aku menundukkan pandangan pada bagian ujung dobok (pakaian latihan) milikku. Begitu juga dengan teman-teman yang masih terdiam, tak tahu harus membantu dengan cara apa. Mungkin di dada mereka terselip doa agar aku bisa menjawabnya. Sayangnya aku tidak bisa, lalu bertanya pada penerjemah tentang maksudnya.

The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang