#Kamis_MalamGemerlapWLI

5 0 0
                                    

Hari ini, Wattpad Lovers Indonesia memberikan tema berupa 'Malam Gemerlap'. Karya tulis di bagian ini ditulis dan dipertanggung jawabkan oleh penulisnya di grup Wattpad Lovers Indonesia.

Untuk kamu yang belum 'Join' ayo buruan gabung bersama kami di Facebook, dan untuk kamu yang mengikuti Daily Writter. Semangat yak! :)

--

1. Lentera Langit

TheLostGirlInLife

Blackened

Dia berdiri mematung di pinggir jalan. Kepalanya menengadah, matanya berusaha menembus kilatan lampu-lampu neon di atasnya. Tak terlihat apa pun, hanya hamparan gelap. Dia menyipitkan matanya, berkonsentrasi penuh mencari setitik cahaya di atas sana. Tetap gelap.

Dia sering mendengar cerita para orang-orang tua, dahulu banyak taburan titik cahaya di langit sana. Titik-titik yang saling berkerlip mengalahkan kegelapan malam. Mungkinkah pada masa lalu, langit adalah tempat tinggal para peri? Apakah cahaya itu adalah kerlipan lampu yang mengintip dari rumah-rumah mereka?

Dia bergeser beberapa langkah ke kanan, mencari tempat di mana ada celah gelap di antara dua gedung. Sekali lagi berkonsentrasi menatap langit, tetap gelap. Dia mendesah kecewa, mungkin kisah tentang taburan jutaan titik cahaya itu, sama seperti cerita peri dalam buku dongengnya.

--

2. Divaa Chen -- tan_diva

Gelang

"Indahnya," gumamku, melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam. "Terlihat dekat sekali."

"Ini salah satu tempat favoritku. Tenang dan sepi. Sangat jarang dikunjungi di malam hari."

Aku mengalihkan pandanganku. Mata hijau mudaku beradu pandang dengan mata biru tuanya. Aku tersenyum lembut, begitu juga dengannya.

"Terima kasih telah membawaku ke tempat favoritmu, Yang Mulia," ucapku. Senyuman di bibirku semakin mengembang. "Terima kasih telah mengabulkan permintaanku ini, memberikan kesempatan ini, kesempatan untuk mengenalmu lebih jauh."

Ia tertawa kecil sebelum kembali menghadap langit malam. Mata biru tuanya berpendar. Seakan aku bisa melihat kilauan bintang-bintang di langit pada matanya. Sangat indah.

Ia menghadap diriku. "Putri." Ia tersenyum dan mengambil tangan kananku, menggenggamnya.

Sensasi dingin menyelimuti pergelangan tanganku. Ia melepaskan tangannya, memperlihatkan sebuah gelang yang terlingkar dengan indah. Aku mengangkat tangan kananku, menyentuh lembut gelang berhiaskan batu permata berwarna biru tua. Permatanya berkilau, memantulkan cahaya langit malam. Warna yang mengingatkanku akan pemandangan ini. Warna yang mirip dengan matanya.

"Yang Mulia ...."

"Besok kau akan kembali ke kerajaanmu, bukan? Maafkan aku harus mengatakan ini, tetapi sepertinya aku belum bisa mengunjungimu dalam waktu dekat. Ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan terlebih dahulu." Ia melangkah mendekat. "Gelang itu, kuharap itu bisa menggantikanku sementara, Putri."

Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu meminta maaf, Yang Mulia. Aku mengerti. Terima kasih, aku pasti akan selalu menjaga gelang ini." Aku membalas senyumannya.

"Tunggulah aku."

--

3. Nur Rahmi Fadhliah -- lilong14

Judul: Lullaby

"Datang ... datanglah kau segera kekasih ... kunanti kau malam ini..." Suaranya terdengar sampai ke dalam kamarku. Dalam gemerlap malam, tetanggaku menyanyikan sebuah lirik lagu.

Sekitar pukul sepuluh atau sebelas, dengan ditemani gitar, dia akan duduk di dekat warung Pak Eko.

"Jangan kau siksa aku begini ... jangan paksa ... aku mencari ..."

"Cinta yang lain...," sambungku. Aku hampir hapal semua liriknya, meskipun tak kutahu judulnya apa. Semua itu gara-gara dia yang setiap malam melantunkannya.

Dan aku seperti malam sebelumnya, baring di tempat tidur ini tanpa ada pilihan lain, selain diam dan mendengarkan. Membisu, menatap langit-langit kamar.

Suaranya memang bagus. Kupikir, dia cocok menjadi seorang vokalis. Lebih baik daripada bernyanyi tidak jelas sampai larut malam begini. Kulihat jam dinding, hampir jam dua belas. Apa ia tak bosan juga?

"Datang ... datanglah kau segera kekasih ..." Dia menyanyikan lagi lirik yang sama, tapi dengan nada yang lebih tinggi. Yang lebih menyentuh dari sebelumnya. Sebenarnya, itulah bagian terbaik yang aku suka.

Menurutku bagian itu dua kali lebih mampu menyampaikan pesan dari isi lagu. Seakan dia benar-benar sedang memohon kepada kekasihnya untuk datang.

Membuatku merasa sesak. Mungkin karena tetanggaku adalah mantan kekasihku. Kami baru putus sebulan yang lalu.

Tapi sesaknya sesaat saja. Lagu itu, cukuplah menjadi lagu pengantar tidur.

--





The Daily Writer WLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang