15. Sweet talk

25K 1.5K 32
                                    

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun gadis ini masih setia menatap langit Bandung yang tampak terang dan bertabur bintang. Seakan mewakilkan perasaan nya yang sedang berbahagia hari ini. Dia kembali menyeruput teh manis hangat dengan campuran air rebusan jahe di dalamnya, membuat rasa hangat langsung mengalir di dalam tubuhnya.

(Namakamu) menoleh saat dia merasakan sebuah jaket yang menutupi tubuhnya disusul dengan datangnya Iqbaal dari arah belakang. Dia tersenyum dan meminta Iqbaal untuk duduk disampingnya.

Iqbaal merakul bahu (Namakamu) dan membawa gadis itu agar bersandar padanya. Dia tersenyum manis melihat (Namakamu) yang juga tersenyum menatap langit Bandung yang kini tampak cerah meskipun hawa dingin terasa menusuk kulitnya.

"Kamu ngapain disini malem-malem, bukannya istirahat?" tanya Iqbaal lembut.

"Lagi pengen aja disini, kenapa emang? Kamu sendiri aja belum tidur," kata (Namakamu) pelan.

"Gimana aku mau tidur kalo calon istri aku duduk di luar sendirian? Aku gak mau ambil resiko sampe kamu diambil orang, aku gak mau kehilangan kamu," ucap Iqbaal lembut.

Kedua pipi (Namakamu) merona mendengar ucapan Iqbaal beberapa detik lalu. Dia kembali menyesap teh manis hangat rasa jahe nya yang terasa semakin manis saat dia bersandar di bahu Iqbaal.

Iqbaal menunduk memberikan kecupan singkat di puncak kepala (Namakamu). Dia senang, sangat, apalagi dia tau kalau seluruh keluarganya menyetujui hubungannya dengan (Namakamu), rasa-rasanya ingin sekali ia menikahi gadis itu secepatnya agar dia tidak kehilangan gadis itu.

Tetapi, mungkin ini terlalu cepat, dia tau (Namakamu) tidak akan menyetujui keputusan nya. Lagi pula dia sudah berjanji untuk menyelesaikan pendidikannya dulu minimal sampai sarjana S1, mungkin setelah itu dia bisa melanjutkan memilih untuk lanjut berkarir atau lanjut bekerja membuka bisnis bersama dengan (Namakamu).

"Menurut kamu, habis lulus nanti aku lanjut kuliah atau langsung buka bisnis? Oh atau langsung lanjutin karir aja jadi pemain film?" tanya Iqbaal meminta pendapat.

"Kalo menurut aku sih pendidikan dulu, lagipula aku yakin Ayah kamu juga pasti mau kamu buat lanjut kuliah," jawab (Namakamu) pelan.

"Iya juga sih, terus kalo misalnya aku ada tawaran film lagi, terus dapet film romantis lagi, kira-kira kamu setuju gak? Kalo setuju emangnya kamu gak akan cemburu sama lawan main aku?" tanya Iqbaal panjang lebar.

"Aku setuju. Lagi pula aku udah capek kamu bikin cemburu terus," jawab (Namakamu) singkat.
"Ih, kapan aku bikin kamu cemburu?" tanya Iqbaal.

"Udah lama! Mulai dari gosip kamu sama Fey, kamu sama Dianty, kamu sama Bella, kamu sama Steffi, kamu sama Zidny, kamu sama Caitlin sampe kamu sama Vanesha juga itu udah termasuk kamu bikin aku cemburu!" jawabnya ketus.

Iqbaal menjauhkan dirinya membuat (Namakamu) menegakkan tubuhnya dan menoleh menatap Iqbaal dengan alis yang terangkat satu.

"Jadi, kemaren kamu cemburu dong sama Vanesha?" tanya Iqbaal menggoda.

"Ih, kalo itu mah enggak!" jawab (Namakamu).

"Ah masa sih?" tanya Iqbaal menggoda.

"Ihh! Iqbaal! Apaan sih kok malah bahas kemaren!" ketus (Namakamu) sebal.

Iqbaal tertawa geli melihat wajah (Namakamu) yang merah merona karena ulahnya. Oh ya Tuhan sekarang dia bisa melihat wajah gadis itu memerah secara langsung, dan ternyata terlihat semakin cantik meskipun hanya di terangi gemerlap malam.

Dia melayangkan tangannya untuk mengusap pipi (Namakamu) yang terasa hangat dan merah merona. Dia tersenyum manis sambil terus menatap wajah (Namakamu) membuat gadis itu salah tingkah hanya karena tatapan nya.

Iqbaal adalah Iqbaalku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang