Bahkan saat berada dalam kegelapan seperti saat ini, yang ada diingatanku hanya satu. Yaitu ingin keluar dari ruang gelap ini dan bisa melihat orang yang selalu kusayangi.
Althar Mahesa Dirgantara.
××××
Tubuh Althar yang terbaring lemah terus dibawa menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit besar itu dengan menggunakan sebuah brankar oleh para perawat.
Para perawat yang mendorong brankar itu terus mempercepat langkahnya, karena takut jika Althar akan kehilangan semakin banyak darah dan memperburuk kondisinya.
Dari arah pintu utama rumah sakit tersebut Nathline tampak berlari tergesa-gesa menyusul Althar yang kehilangan kesadarannya.
Nathline berjalan mengikuti brankar itu didorong sambil menangisi keadaan Althar yang terlihat sangat buruk.
"Please, be aware! Please bangun dong Al, jangan buat gue khawatir sama lo! Please!" ujar Nathline berusaha membujuk Althar agar membuka matanya.
Mereka sampai di depan ruang IGD yang ada di gedung rumah sakit besar itu dan para perawat pun melarang Nathline untuk masuk ke dalam.
Tirai pembatas antara tempat tidur Althar dan pasien lainnya ditutup karena Althar perlu segera dibersihkan tubuhya dan segera ditangani oleh dokter yang sudah siap dengan alat-alatnya disana.
Nathline meremas-remas rok abu-abunya dengan kepala menunduk sambil terus menangis. "Please be aware Althar."ujar Nathline lirih sambil berusaha manahan tangisnya.
Kemudian, Nathline teringat seseorang yang mungkin saja bisa membatu agar Althar cepat pulih.
Nathline mengambil ponselnya yang ia letakkan di saku kemejanya dan mencari kontak dengan nama Ayla di daftar kontak yang dimilikinya.
Nathline menghubungi nomor itu berulang-ulang namun tidak diangkat. Akhirnya Nathline mengirimkan pesan pada nomor Ayla tersebut.
NthlinPangestu: angkat telepon gue ini penting.
Beberapa menit berlalu, dokter yang menangani Althar belum kunjung keluar dari ruangan itu.
Nathline tampak berjalan arus mudik sambil terus melihat ke arah pintu ruang IGD dan ponselnya secara bergantian.
Namun tetap tidak ada satu pun yang merespon dirinya.
××××
Ayla baru saja turun dari pagar sekolah yang tinggi dibantu oleh Danu.
"Lo mau kemana sih pake cabut segala?" tanya Danu penasaran.
"Pulang. Btw thanks ya Danu lo udah tolongin gue." jawab Ayla sambil tampak mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya.
"Ini buat lo." ujar Ayla sambil memberikan selembar uang sepuluh ribu rupiah pada Danu.
"Yehh murahan amat gue cuma sepuluh rebu!" balas Danu tak terima.
Ayla menambah sepuluh ribu rupiah lagi yang kemudian langsung diterima oleh Danu.
"Oke. Hati-hati Ayla manis!" ujar Danu sambil melihat Ayla yang sudah menaiki sebuah taxi.
Entah apa yang ada dipikirannya hingga ia lebih memilih bolos daripada harus menelepon Maya dan menjemputnya ke sekolah.
Setelah beberapa lama diperjalanan, akhirnya Ayla tiba di depan rumahnya dan segera turun dari taxi itu setelah membayarnya terlebih dahulu.
Ayla berjalan masuk ke ke dalam rumahnya dengan kaki terpincang-pincang.
Saat ingin masuk ke dalam kamarnya, suara Maya membuatnya menghentikan kegiatannya yang ingin membuka pintu kamarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAR
Teen FictionAyla Larassati yang sedang berlibur bersama keluarganya, tidak sengaja bertemu dengan seorang pria tampan dengan tatapan tajam, Althar Mahesa Dirgantara. Pertemuan yang sangat tidak disengaja itu berujung pada hubungan jarak jauh yang mereka alami...