•part 41

4.4K 273 21
                                    

Pura-pura bahagia dan tertawa. Ya itu caraku. Caraku supaya kamu tahu kalau aku baik-baik saja. Dan supaya aku juga bisa lihat kamu terbiasa tanpaku dan menemukan alasan baru untuk tertawa selain bersamaku.

Ayla Larassati.

××××

Pagi ini, Ayla dan ketiga temannya tampak sedang berjalan di parkiran sekolahnya sambil memperbincangkan sesuatu.

"One fine day. Gila kemarin gue beneran ngelakuin hal terbaik dalam satu hari. Ngelakuin hal yang bener-bener gue suka bareng sama orang yang gue suka." ujar Ayla sambil tersenyum puas ketika mengingat hari yang dijalaninya kemarin bersama Althar.

"Bisa dibilang juga kencan gak sih?" tanya Sannica.

"Iya bener, kalian jalan, makan, main, bukannya itu kencan ya? Kaya yang gue nonton di film-film." tambah Azzalina.

"Uluh-uluh! Ada yang baru aja kencan nih ternyata." sambung Nadifa.

"Apaan sih lo? Mana ada kencan sama mantan! Lagian kita masih SMA, mana ada yang namanya kencan." ujar Ayla dengan wajah yang sudah merah padam dan langsung mempercepat langkahnya menuju kelas.

Karena rasa malu dan kesalnya akibat dijahili oleh teman-temannya, Ayla sampai melupakan kebiasaannya yang sering terjatuh jika berlari atau berjalan cepat. Dan akhirnya, benar saja. Ayla tak sengaja menabrak seseorang yang berada di hadapannya. Dan untung saja orang yang ditabraknya tidak terjatuh. Kalau tidak bisa bahaya.

"Maaf-maaf. Aku gak-" Kedua mata Ayla membulat sempurna ketika melihat orang yang ditabraknya tak lain dan tak bukan adalah Althar.

"Cieee!" sorak dari keempat teman-teman Ayla yang berdiri dibelakangnya. Perhatian Althar dan Ayla pun terpecah. Ayla sibuk merapihkan rambutnya dan Althar kembali melanjutkan langkahnya menuju kesuatu tempat yang hanya dirinya dan tuhan yang tahu.

"Ayla! My baby!" teriak Erina sambil berlari ke arah Ayla dan membuka kedua tangannya lebar-lebar.

"Mak Rin!" balas Ayla sambil memeluk temannya itu erat-erat yang membuat pertemanan itu menjadi tontonan para murid yang baru datang.

"Gila lo sama si muka tembok bin kutub es itu makin hari makin sweet aja ya." ujar Erina dengan senyuman jahilnya.

"Apaan sih? Malu gue! Liat ni muka udah mau kebakar rasanya!" rengek Ayla sambil menunjukkan wajahnya yang sudah sangat merah pada keempat temannya.

××××

Seperti yang biasa dilakukannya. Menyendiri adalah hal yang sangat nyaman dan bagus bagi Althar. Disaat semua murid berkumpul bersama temannya untuk memanfaatkan waktu istirahat mereka bersama, Althar malah sibuk dengan buku-buku dan lagu favoritnya.

Saat ini, mungkin adalah saat yang sangat menyibukkan bagi Althar. Bagaimana tidak? Tak lama lagi ia akan lulus SMA dan melanjutkan pendidikan kuliahnya, kemudian langsung mengurus bisnis keluarganya yang harus ditanggung oleh dirinya sendiri. Pulang sekolah hingga sore hari, waktunya dipadati oleh beberapa pelatihan yang diperintahkan oleh David. Althar memang bukan orang yang bodoh, namun David tetap melakukan itu karena mampunyai alasan tersendiri demi kebaikan cucu satu-satunya itu.

Althar mengadahkan kepalanya sambil menutup matanya sejenak. Mencerna apa yang baru saja dipelajarinya dengan tenang agar apa yang telah didapatnya tidak akan mudah hilang lagi.

Sebuah bayangan mengusik ketenangannya. Althar membuka matanya dan mendapati kedua tangan Ayla berada di ambang kepalanya.

"Panas disini." ujar Ayla sambil melihat ke arah matahari dengan kedua mata memicing akibat silau.

ALTHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang