•part 25

5.1K 313 16
                                    

Aku disini berdiri menunggu senja bersama sang embun. Aku disini menunggu matahari bersama bintang. Aku menunggu pelangi datang, ku terus menunggumu entah sampai pagi yang terang menjadi malam yang gelap.

Ayla Larassati.

××××

Ayla datang sambil membawa buah-buahan di tangannya dengan jalannya yang msih agak terpincang karena luka di kakinya yang melum sembuh. Walau perasaannya tidak sebaik senyumannya di pagi ini, tapi orang-orang akan menganggap bahwa gadis itu memang baik-baik saja.

Ayla membuka pintu kamar Althar dan Widya dan mendapati Widya sedang duduk di sebelah Althar yang masih setia menutup matanya entah sampai kapan itu sambil menangis.

Ayla bergegas meletakkan buah yang ia bawa di nakas yang berada di sebelah ranjang peristirahatan Althar dan menghampiri Widya yang tampak menangis.

Ayla mengusap punggung Widya yang tampak terguncang karena tangisnya dan berusaha menenangkan wanita paruh baya itu.

"Yang sabar ya tante." ujar Ayla lirih yang ikut terbawa suasana sedih itu.

Tanpa menjawab sepatah katapun dari Ayla, Widya langsung memeluk tubuh mungil Ayla dan menangis dipelukan gadis itu.

"Ini semua salah tante! Tante gak becus jadi mama buat Althar, tante selalu kasih luka buat dia. Tante-"

"Tante...Tante gak salah, ini semua terjadi karena keadaan yang memaksa ini terjadi, dan soal Althar bisa kaya gini, ini karena sebuah takdir." selak Ayla lirih sambil terus mengusap punggung Widya perlahan.

"Temen aku pernah bilang, jangan pernah salahin diri sendiri cuma karena kesalahan yang bukan kita buat. Tante gak bakalan ngelakuin ini kalau tante baik-baik aja kan?" sambung Ayla yang membuat Widya menjadi lebih tenang karenanya.

"Tante udah makan?" tanya Ayla sambil melihat ke arah Widya.

Widya hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Ayla.

"Kakek mana?" tanya Ayla lagi sambil melihat ke sekitarnya.

"Papa belum datang." jawab Widya lesu.

"Aku sulang tante makan ya?" tawar Ayla sambil tersenyum ke arah Widya yang kembali mengangguk untuk menjawab.

Ayla mengambil semangkuk bubur yang tersedia di atas nakas disamping ranjang peristirahatan Widya dan duduk disamping Widya sambil menyulangi wanita paruh baya itu bubur yang ia pegang.

"Alika pasti seneng banget kalau tau pacar kakaknya cantik dan baik kaya kamu." ujar Widya setelah menelan suapan bubur yang Ayla berikan.

Ayla membulatkan matanya karena terkejut dengan perkataan Widya yang tiba-tiba mengungkit tentang adik Althar yang sudah tiada.

"Tan..tante-"

"Tante udah ingat semuanya. Tante ngerasa gak pantes jadi mamanya Althar yang bisa selalu sabar walau harus tinggal bersama orang yang disayang dan orang itu gak ingat apapun. Tante jahat karena udah biarin Althar tanggung semua beban ini." ujar Widya kembali bersedih.

Kali ini Ayla tidak berkomentar apa pun dan memeluk tubuh Widya agar Widya tidak terlalu terbebani dengan pikiran itu.

"Pasti ini berat banget buat tante. Tapi, tante harus sembuh, biar tante bisa ngerawat Althar dan liat Althar sembuh. Tante tau, Althar sayang banget sama tante. Althar rela ngelakuin apa pun demi tante, karena cuma tante satu-satunya keluarga yang dia punya. Jadi tante jangan sedih lagi ya, biar Althar juga bisa cepet sadar dan ketemu kita lagi." balas Ayla kemudian.

ALTHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang