•part 22

4.8K 263 16
                                    

Kalau aku bisa menjadi alasanmu untuk tetap tersenyum, aku maju.
Tapi, kalau aku menjadi alasanmu untuk tidak tersenyum lagi, aku mundur.

Althar Mahesa Dirgantara.

××××

Ayla segera mengkhiri panggilannya ketika mendengar pernyataan seorang wanita yang tidak dikenalnya berbicara tentang pertunangannya bersama Althar yang masih menjadi pacarnya itu.

Sekian lama Ayla menatap layar ponsel yang masih ia genggam itu kembali menyala dan berdering dengan tatapan redup dan sendu.

Setelah beberapa lama bergeming sambil menatap layar ponselnya, Ayla akhirnya membalas panggilan masuk dari nama AltharMhsa itu.

"Ayla aku-"

"Jelasin." selak Ayla dingin pada Althar.

"Maaf Ayla aku-"

"Cuma itu yang bisa kamu bilang ke aku? Udah berapa lama kamu bohongin aku?" tanya Ayla beruntun dengan nada masih sama. Dingin.

"Mana kata-kata kamu yang waktu itu?! Kemana perginya semua omongan kamu?! Enak banget ya kamu minta maaf setelah apa yang kamu lakuin ke aku!" sambung Ayla yang meninggikan suaranya karena emosi, sesak dan sakit yang ia rasakan.

"Semua yang kamu bilang ke aku itu basi Al! Ternyata ngejalanin hubungan kaya gini tuh gak segampang yang aku pikirin!" sambung Ayla lagi masih dengan nada yang sama.

"Sekarang mau kamu apa?!" balas Althar yang ikut kesal karena beberapa hari ini pikirannya memang sedang tidak baik dan ditambah dengan masalah seperti ini yang membuatnya tidak bisa mengontrol emosi dan kata-katanya.

Ayla terkekeh miris menertawakan nasibnya sendiri. "Kamu tau? Aku itu orang paling bodoh yang pernah ada, karena bahkan sampai saat ini, aku masih berharap kamu akan perjuangain aku kaya yang selalu aku damba-dambain dari seorang cowok. Tapi sekarang apa? Aku malah kaya perempuan murahan yang terus ngejar kamu dan nunggu kabar dari kamu! Seandainya kamu tau, apa yang aku rasa saat ini, sakit Al, sakit banget." ujar Ayla lirih sambil meneteskan air matanya karena tidak tahan menahan rasa nyeri dan sesak di dadanya.

"Terus, kenapa kamu terima aku buat jadi pacar kamu kalau aku bukan cowok yang kamu damba-dambain? Dan gimana sama temen cowok kamu itu?" balas Althar kesal dengan nada dingin.

"Karena aku pikir, kamu bakalan berubah Al. Jadi selama ini, seburuk itu aku dimata kamu? Sampai kamu gak pecaya sama ucapan aku lagi. Kamu kenapa sih Al? Kamu anggap apa aku selama ini? Apa seenggak berguna itu aku sampai kamu gak bisa utarain apa yang lagi kamu rasain ke aku? Apa aku sebodoh itu untuk bisa mahamin perasaan dan duka kamu?! Jawab!" kesal Ayla mengeluarkan semua yang ia rasakan pada Althar dari balik benda pipih itu.

"Kamu tanya mau aku apa kan? Kalau memang aku gak bisa jadi apa-apa buat kamu,lebih baik kita putus." ujar Ayla kemudian mengakhiri panggilan telfon itu dengan isakan tangis yang tidak terbendung lagi.

××××

Karena pikirannya yang berantakan dan emosinya yang masih meluap-luap, Althar yang kesal pun melampiaskan kekesalannya pada ponsel yang sedang ia genggam erat dan membanting benda pipih itu hingga membentur lantai dengan keras dan benda pipih itu pun pecah berserakan.

Bukan itu saja, Althar bahkan memecahkan sebuah vas bunga dari kaca yang tidak terlalu tebal dengan genggaman tangannya yang cukup kuat hingga menyebabkan tangannya tergores kaca tersebut dan berdarah cukup banyak.

Dari belakang, Nathline terus berusaha mengahalangi Widya untuk mendekati Althar yang saat ini pikirannya sedang kacau.

"Tante aku mohon. Althar perlu waktu untuk sendiri dulu." mohon Nathline lirih pada Widya yang masih menatap ke arah Althar dengan tatapan sendu.

ALTHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang