•part 36

5K 305 35
                                    

Kenyaman bukan dari siapa orang itu. Bukan juga dari seberapa lama kita mengenal.
Tetapi kenyamanan itu bagaikan rasa lapar, datang tanpa diduga namun dapat membawa pada sesuatu yang menyenangkan.

××××

Pagi ini, Althar sudah tiba disekolah lebih awal daripada hari-hari biasanya.

Althar berdiri seorang diri dibelakang perpustakaan sekolahnya sambil mengenangakan earphone  yang menyumbat kedua telinganya.

Sebenarnya Althar datang kesekolahnya lebih awal karena pesan yang dikirim Ayla kemarin. Namun malah ia yang menunggu Ayla datang.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa menuju ke arahnya. Althar melirik sekilas ke arah seseorang yang menuju ke arahnya itu dan benar saja itu adalah Ayla yang berlari kecil menuju ke arahnya sambil menggendong ransel berwarna merah muda miliknya.

"Maaf ya Al aku telat." ujar Ayla sambil merapikan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin.

"Mau ngomong apa?" tanya Althar to the point.

"Oh ini, bunda titip ini buat dikasi sama mama kamu. Bunda gak sempat kesana karena lagi sibuk ngurus toko. Ntar kalau ada waktu kami kesana. Gitu kata bunda." jawab Ayla sambil memberikan sebuah kotak yang berisi sebuah tas sling bag mewah di dalamnya. "Yaudah aku duluan ya Al?"

"Ayla."

"Hm? Ada apa?"

"Kamu pergi sama siapa?" tanya Althar datar walau ia saat ini sedang merasa sangat gugup setelah sekian lama tak berbicara pada Ayla.

"Tadi aku pergi sama Pak Anto."

"Dia mana?"

"Dia siapa?"

"Cowok itu."

"Oh Kak Kelvin, dia agak telat sampai sekolah hari ini karena ada rapat osis sebelum masuk jam pelajaran." jelas Ayla yang tidak dibalas ucapannya oleh Althar. "Kamu gak balik ke kelas?" tanya Ayla yang jantungnya ingin keluar dari tempatnya.

"Ya."

"Mau...bareng?" tawar Ayla yang mulai meremas rok abu-abunya sendiri karena takut akan ditolak.

"Iya." balas Althar kemudian berjalan beriringan dengan Ayla disampingnya.

Suasana hening. Belum banyak murid yang datang ke sekolah karena bel masuk masih sangat lama berbunyi.

Sesekali Ayla melihat ke arah Althar yang pandangannya masih menatap ke arah depan.

Jantungnya mulai berdegup cepat wajahnya mulai blushing ketika tidak sengaja kedua matanya bertemu dengan kedua mata Althar. Ayla segera menalingkan wajahnya ke sembarang arah untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

Sangking gugupnya diperhatikan oleh Althar, sampai-sampai gadis itu tidak melihat ada sebuah tonjolan di jalannya yang membuatnya tersandung dan jatuh di hadapan Althar dengan posisi tiarap.

"Aduh!" seru Ayla yang mengeluarkan kalimat itu secara spontan karena rasa sakit yang ia rasakan. "Ihh malu bego! Aduh gue pura-pura pingsan aja kali ya?" pikir Ayla yang mulai membatin sendiri kemudian gadis itu memejamkan matanya layaknya orang pingsan sambil menahan rasa perih di telapak tangannya yang terluka karena bergesekan dengan lantai kasar lapangan basket.

Althar yang khawatir pun langsung berjongkok dan berusaha membangunkan Ayla. Namun, gadis itu tetap dengan apa yang ingin ia lakukan. Pura pura pingsan agar tidak malu di hadapan mantannya.

Tanpa pikir panjang, Althar langsung mengangkat tubuh mungil Ayla dan membawanya ke ruang UKS.

Sepanjang perjalanan, rona wajah Ayla tidak berhenti mewarnai wajah manisnya. Ayla membuka sebelah matanya mengintip ekspresi wajah Althar yang panik sambil menggendongnya menuju ruang UKS.

ALTHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang