•part 29

4.8K 316 19
                                    

Status bukanlah sebuah alasan untuk tetap bertahan. Karena, bahkan dengan tanpa adanya status yang disematkan, sebuah hubungan bisa berjalan dengan lebih baik, jika kedua orang itu saling memahami.

××××

Ditengah-tengah perdebatannya bersama Althar, Danu datang dengan gaya santainya sambil menyapa Ayla dengan sapaan khas darinya.

"Hai mani-" ucapannya terhenti ketika melihat siapa pria yang sedang bersama Ayla.

"Lo...Althar?" tanya Danu agak pangling sambil menunjuk ke arah Althar dengan jari telunjuknya.

Althar hanya diam sambil menatap Danu dengan tatapan dingin darinya.

Ayla yang melihat keadaan menjadi canggung pun langsung menepuk keningnya pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Lo beneran Althar? Althar temen gue SMP dulu yang-"

"Lo penghianat?" tanya Althar sakartis.

Ayla langsung mendongakkan kepalanya melihat ke arah Danu dan Althar.

"Keep calm broo. Bahasa itu terlalu kasar buat gue." balas Danu santai.

Althar kembali diam sambil menatap Danu dengan tatapan kebencian darinya. Mungkin jika matanya bisa mengeluarkan api, maka Danu sudah hangus terbakar dibuatnya.

Danu berjalan mendekati Althar sambil menepuk bahu Althar yang langsung ditepis kasar oleh Althar.

"Udah lama ya kita gak ketemu. Hai teman lama gue!" ujar Danu santai.

"Eh lo jangan buat keributan deh. Mending lo pergi deh sekarang." usir Ayla yang mulai risih dengan kelakuan sok akrab Danu pada Althar.

"Gimana sih lo manis, gue kan lagi mau reuni sama temen SMP gue. Kok lo usir sih?" tanya Danu masih dengan nada santai.

"Bacot lo!" ujar Althar dengan penekanan disetiap katanya dengan suara yang pelan dan pergi dari tempat itu sambil menarik Ayla.

"Woi gue gak ditarik ni?!" tanya Danu sambil terkekeh di tempatnya.

××××

"Auh sakit tau gak! Kalau kamu mau marah jangan lampiasin ke aku dong! Aku juga gak mau ikut-ikut sama masalah kamu!" ujar Ayla sambil beranjak meninggalkan Althar yang masih sibuk menahan emosinya.

Karena kesal, Althar meninju tembok yang ada di hadapannya hingga terdengar suara detuman yang sangat keras.

Jari-jarinya mulai berwarna merah kebiruan karena kerasnya pukulannya pada benda mati dihadapannya itu.

Saat ingin kembali memukul tembok yang tidak bersalah itu, tangan seseorang memegang bahunya yang membuatnya mengurungkan apa yang ingin ia lakukan pada tembok itu.

"Frustasi banget lo jumpa gue bro?" ujar Danu dengan santainya yang membuat Althar yang emosinya sedang meluap makin menjadi-jadi karenanya.

Althar menarik kerah seragam Danu sambil memojokkan tubuh Danu ke tembok belakangnya. "Gak usah sok akrab lo penghianat!" ujar Althar yang kesal pada sikap Danu.

"Si manis mana? Dia lumayan. Gue suka, dia itu cewek yang-" sebuah pukulan berhasil menghajar wajahnya yang membuat Danu berhenti berbicara.

Karena kesal dengan sikap Althar yang terus meluapkan emosinya padanya, Danu bangkit dan membalas dengan meninju wajah Althar dengan sangat keras. "Gue udah baik lo malah ngelunjak!" ujar Danu yang mulai mengubah nada bicaranya menjadi sangat mengerikan.

"Gak butuh gue!" balas Althar dingin yang kembali memukul Danu yang pernah menjadi temannya SMPnya itu.

"Bangsat lo!" teriak Danu yang kemudian terjadilah perkelahian antara keduanya.

ALTHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang