04 - Telat Rapat

16.1K 835 18
                                    

*Detik ini masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Detik ini masih sama. Rasa ini tetap ada. Namun, tidak tahu besok, bisa saja rasa cinta berpindah ke lain hati bukan?*

◆◆◆◆

"Pelan-pelan kali La," peringat Gerdan. Entah memang lapar atau sangat doyan, Serla makan sangat cepat hingga bibirnya belepotan.


"Kayak nggak makan setahun aja lo," ejek Hilda.

"Gue kelaperan tahu. Salahin Pak Joko yang udah buat tenaga gue berkurang drastis karena soal-soalnya itu. Mana nggak tanggung-tanggung lagi ngasih soal.

Lagian matematika kenapa nyusahin sih. Selalu buat masalah. Tapi nggak pernah mau mecahin sendiri. Manja," gerutu Serla. Setelah itu dia kembali melahap makanannya lagi.

Teman-temannya hanya menggelengkan kepala. Tapi benar juga apa kata Serla. Matematika kadang memang menyusahkan. Tapi disisi lain kita juga tertantang untuk memecahkan masalah itu sendiri.

"Bentar lagi ada acara pameran kan Ser?" tanya Anggra sambil meneguk minumannya.

"Iya. Kayak tahun lalu. Kalian bukannya dateng ya dulu?"

"Datenglah. Orang yang ngehabisin makanan gue sama Alam," ucap Adam sambil terkekeh. Dia dan Adam bertos ria.

"Alah palingan sama kayak tahun-tahun yang lalu. Acaranya biasa aja sih dulu."

Serla memelototkan matanya kearah Gerdan. Ia tidak suka. "Enak aja bilang gitu. Lo lihat ya, pameran kali ini bakal jadi pameran terbaik!! Apalagi rencananya tahun ini bakal terbuka buat umum," ucap Serla menggebu-gebu.

"Wahh asik dong! Bisa cari cewek cantik."

"Wahh bener tuh Dam! Ya kan Dan?"

Gerdan mengangguk. "Yoi."

Serla lagi-lagi memelototkan matanya. Mulutnya sudah terbuka untuk memperingatkan Gerdan agar tidak macam-macam. Tapi dia urungkan mengingat dia hanya teman bagi Gerdan. Mana bisa dia melarang Gerdan mencari cewek?

"Ahh kalian mah apa-apa cewek mulu."

"Kayak lo nggak bakal cari cogan aja Hil."

"Iya sih hehe. Selagi ada kesempatan ya gue mau lah," balas Hilda sambil terkekeh.

Merasa moodnya sedang menurun, Serla mengambil coklat di sampingnya lalu membuka bungkusnya.

"Bagi dong Ser," pinta Hilda. Mesti sesungguhnya dia tidak benar-benar minta.

"Iya. Coklat mahal tuh."

"Ogah. Ehh btw, tumben banget lo kasih gue coklat. Biasanya juga gue ngemis-ngemis dulu," tanya Serla pada Gerdan.

"Itu gue dapet dari Angel."

"Ohh." Serla nampak tak acuh dan tetap memakan coklat itu dengan tenang.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang