🌛🌛🌛🌛
Serla melambaikan tangan pada Tiara. Gadis itu sudah menyuruh Tiara untuk mampir barang sebentar saja, tapi Tiara menolak secara halus dengan alasan Gerdan di rumah sendirian. Serla terkekeh, Gerdan kan sudah biasa sendiri.
Setelah mobil Tiara hilang dari pandangannya, gadis itu melenggang memasuki rumah. Di ruang keluarga, mama serta papanya ada di sana. Tengah menonton salah satu acara televisi.
Serla menghampiri mereka. Tiba-tiba ia merasa ingin memeluk keduanya. Maka dia pun melakukannya. Bagas dan Miranda jelas terkejut mendapati Serla tiba-tiba ada di antara mereka dan memeluknya secara bersamaan.
Aneh."Serla sayang kalian. Tetep ada terus buat Serla ya? Serla nggak bisa kalau nggak ada kalian."
Serla melepaskan pelukannya. Kemudian duduk di antara Bagas dan Tiara. Berlagak seperti anak kecil.
"Kamu kenapa tiba-tiba gini?" tanya Bagas dengan kekehan. "Kenapa jam sembilan baru pulang? Kok Mamanya Gerdan nggak diajak masuk?"
Miranda memukul pelan Bagas. Kesal karena suaminya banyak bertanya. "Kamu ini Mas. Syukurlah anak kita udah akrab sama camernya."
"Ishh Mama sama aja," gerutu Serla dengan pipi menggembung.
Dia melepaskan tasnya dan melempar ke sofa sebelah."Serla sedih. Kasian Gerdan, selalu ngerasain kesepian. Tapi Serla juga seneng, Tante Tiara akhirnya sadar. Dia bahkan udah nggak kerja kantoran, lebih milih ngurus butik sendiri dan berusaha selalu ada buat Gerdan. Serla udah tau semuanya Ma, Pa. Tante Tiara tadi cerita."
Miranda dan Bagas sama-sama terkejut. Tiara memutuskan berhenti bekerja di kantor? Demi Gerdan? Tentu mereka tak mengira. Mengetahui sejak dulu Tiara adalah orang yang gila kerja.
"Maka dari itu kamu peluk mama sama papa?"
Serla mengangguk. Miranda mengusap rambut anak tunggalnya itu dengan lembut. "Makanya, kamu jangan sampai nyusahin Gerdan. Temenin dia dengan tulus, dia juga butuh seseorang yang benar-benar peduli. Kalau dia cerita, dengerin dengan perhatian, jangan cepat memberi saran. Karena bukan kamu yang ngalamin. Serla anak Mama paham kan?
Serla mengangguk. Memeluk keduanya kembali. Serla akan berusaha selalu ada untuk Gerdan. Tapi tentang menghindari menyusahkan Gerdan, apa dia bisa? Serla tersenyum kecil. Dia kan selalu menyusahkan Gerdan.
🌛🌛🌛🌛
Serla menghempaskan diri di kasur. Membentuk bintang besar setelah berganti baju tidur. Dia masih kepikiran perbincangannya tadi dengan Tiara. Tentang Agus yang berselingkuh. Tentang Tiara yang mencari pelarian. Dan tentang Gerdan yang menjadi imbasnya.
Serla tak membayangkan apa jadinya Gerdan saat tau papanya punya wanita lain, meski itu dulu. Pasti dia sakit hati. Karena selama ini, Gerdan tidak mempercayai tuduhan yang saling dilempar kedua orang tuanya. Dia memilih bungkam dan seakan tutup telinga.
Tapi jelas Gerdan harus tau.
Meski kebenaran lebih menyakitkan dibanding sebuah kebohongan, tetap lebih baik tau kebenarannya daripada tidak sama sekali.Dia kini berguling kesana-kesini. Mencari posisi wenaknya. Serla ingin tidur, tapi tidak bisa. Matanya serasa ingin terus terbuka. Dengan pikiran yang berkelana.
Tapi selalu tentang hal yang sama, Gerdan.Tangannya meraba kasur, mencari benda pipih yang terkenal pintar. Begitu mendapatkannya, dia mencari kontak Gerdan dan mencoba menghubunginya.
"Angkat Gerdan!" seru Serla jengkel. Pasalnya bukan suara lelaki itu yang didengarnya, melainkan orang asing. Operator. Serla berdecak kesal.
Beberapa kali menghubungi tapi hasilnya sama saja. Serla menyerah dan melempar HPnya. Untung saja masih berada di atas kasur. Jika tidak, rusak sudah HP kesayangannya.
Firasat gadis itu tidak enak. Rasanya tidak nyaman. Ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa itu.
Menghela napas panjang, dia menarik selimut dan menyembunyikan seluruh tubuhnya. Dipaksakan pun akhirnya dia tertidur juga tak lama kemudian.
🌛🌛🌛🌛
Drrttt... Drrttt...
Getaran itu terus mengganggu tidur Serla. Hingga akhirnya dia membuka mata. Setelah menguceknya sejenak, dia melirik jam dinding. "Jam satu?!" pekiknya.
Dia berdecak, meraih HPnya dan mengangkat telepon dari orang yang belum Serla baca namanya. Lagian, siapa sekiranya yang berani meneleponnya di tengah malam?"Hallo. Dengan Serla Adelia yang cantiknya nggak ketulungan. Ada yang bisa dipukul karena nelepon malam-malam?" ucap Serla dengan kesal. Tangannya memukul kasur karena jengkel.
"Gue di depan. Bisa lo turun?"
Otomatis, mata Serla yang awalnya setengah melek langsung terbuka lebar. Reflek, dia duduk dengan gerakan cepat. Memastikan dia tidak salah dengar.
Itu jelas suara Gerdan. Begitu melihat namanya, memang benar dia.Perasaan Serla tidak enak. Apalagi mendengar suara Gerdan yang terdengar serak tak bertenaga. Entah itu hanya candaan atau keisengan Gerdan, Serla tetap turun. Melangkah cepat melewati tangga menuju pintu utama. Dia bahkan lupa mengakhiri panggilan. Tapi akhirnya Gerdan juga yang memutuskan.
Dia tidak peduli ada orang rumah yang bangun atau tidak. Matanya meneliti depan rumah. Gerdan tidak ada. Ia hampir berpikir Gerdan membohonginya. Tapi dia baru ingat sesuatu. "Bego! Kan gerbangnya dikunci!" Serla menepuk jidatnya dan berlari menuju gerbang yang terasa jauh dari tempatnya.
Dilihatnya ada motor Gerdan di sana. Secepat mungkin Serla membuka gerbang dan menengok ke kiri. Dia mendekat.
Gerdan ada di sana. Duduk di pinggir jalan raya. Tangannya dia letakkan di atas lutut. Dan ia menenggelamkan wajahnya di sana.Serla berdiri tepat di depan Gerdan, menyentuh tangannya pelan. "Gue di sini."
Bahkan, Serla akan selalu ada untuknya tanpa diminta.Gerdan mendongak, kemudian bangkit. Ingin rasanya Serla memeluk tubuh di depannya ini.
Kali ini wajah Gerdan terlihat lelah. Matanya memerah. Dan rambutnya berantakan. Serla mengernyitkan dahi, menebak apa yang terjadi. Beberapa detik kemudian, Serla tahu apa jawabannya. Gerdan telah mengetahui semuanya."Gue udah tau semuanya, La. Mama tadi cerita. Gue pikir, apa yang saling mereka tuduhkan itu nggak bener. Tapi ternyata, dulu Papa emang menghianati Mama."
Serla menggigit bibir bawahnya. Benar, Gerdan sudah tahu.
Gerdan maju. Merengkuh tubuh di depannya dan mendekapnya erat. Dia hanya ingin bersama Serla seperti ini. Gadis itu seakan menjadi kekuatan bagi Gerdan. Dan Gerdan, dia selalu membutuhkan kekuatan itu.
"Sebentar aja. Gue butuh lo."
Dan Serla, semakin mengeratkan pelukannya.
"Gue akan selalu ada, Dan."
🌛🌛🌛🌛
Thanks buat yang sudah baca dan voment❤
271018
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...