◆◆◆◆
Serla memasuki alfamart yang untungnya buka tersebut dengan malas. Dinginnya AC seketika menusuk-nusuk kulitnya. Buru-buru dia menuju rak pembalut karena tak mau berlama-lama di sana. Bahkan dia hanya membeli pembalut saja meski yang dia beli 10 bungkus. Tak ada barang lain lagi.
Begitu keluar dengan kresek besar, dia merasa tubuhnya malah semakin menggigil. Udara malam ternyata mampu membuat dirinya menyesal tidak memakai jaket. Bukan lupa, tapi ini semua sungguh di luar rencananya.
Dia menyusuri trotoar dalam diam. Sesekali ia mengusap-usap lengannya sendiri karena yang sedang ia pakai adalah kaos pendek. Kalau ada sih dia ingin membeli jaket sekarang juga. Sayangnya dari tempatnya sekarang tidak ada penjual jaket terdekat.
Bulu kuduk Serla langsung berdiri tatkala dia mulai memasuki gang sepi yang dia bicarakan tadi. Padahal ketika tadi ia melewati gang ini sama sekali dia tidak takut. Tapi sekarang rasanya seperti berbeda. Apa waktu yang semakin malam penyebabnya? Entahlah.
Serla berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran negatifnya. Tapi rasa takut semakin membuatnya berjalan lebih cepat. Ia heran, mengapa gang ini hanya ada dua rumah saja? Itu pun hanya di ujung sana. Masih jauh dari tempat Serla berada. Ketidakadaan pengguna jalan lain pun rasanya semakin menambah aura jalanan yang mencekam.
Silaunya lampu dari beberapa motor membuat perhatian Serla teralihkan. Ia bahkan harus mengangkat tangan di atas dahi untuk melihat lebih jelas juga mengurangi silau. Deruman motor itu tak biasa. Membuat Serla jelas waspada. Apalagi ketiga motor itu berhenti tepat di depannya.
Sontak saja kaki Serla sedikit bergetar dan tangannya mencengkeram kuat pada kresek yang sedang ia pegang. Masing-masing motor dinaiki dua orang. Totalnya menjadi enam orang. Susah payah Serla menelan ludahnya ketika satu persatu orang itu turun. Perawakan mereka menyeramkan. Tato dimana-mana, anting yang terpasang di salah satu kuping, rambut acak-acakan, pakaian yang kacau. Bahkan penampilan mereka hampir sama berandalannya.
"Cantik banget sih neng. Main yuk sama abang."
"Santai dong bro. Main ajak aja lo."
"Nggak baik nganggurin cewek secantik dia. Nggak salah emang kita berhenti."
Mereka semua tertawa. Sedangkan Serla semakin ketakutan dibuatnya. Dia melangkah mundur perlahan. Kemudian berusaha berlari menjauhi mereka. Tapi bisa melarikan diri adalah sebuah angan saja karena dengan cepat tiga orang menghadang lari Serla.
"Kalian mau apa! Jangan deket-deket!" sergah Serla ketika seseorang mulai melangkah maju mendekatinya. Ia semakin tidak tahu harus berbuat apa. Dan ketika tangan salah satunya ingin memegang wajah Serla, dengan cepat Serla menepisnya kasar.
"Wooooo, agresif juga ya ternyata."
"Langsung aja bos. Sikat."
Yang dipanggil bos tersebut menyeringai. Dia dengan cepat langsung menangkup dan menekan pipi Serla keras dengan satu tangan. Membuat Serla memberontak kasar. Dua orang lainnya memegangi tangan Serla sehingga gadis itu tidak bisa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...