39 - Kesakitan Sebenarnya

9K 579 44
                                    

🌛🌛🌛🌛

Serla lega, Davin sudah mendapat indekos untuk ia tinggali sementara waktu. Setidaknya, malam ini dan seterusnya Davin tidak perlu tidur di Musala.

Dari Davin Serla mengerti. Bahwa Tuhan bisa saja membolak-balikan takdir sesukaNya. Bahwa Davin yang dia pikir jahat, ternyata menyimpan luka yang sakitnya teramat.

Lelaki itu harus hidup sendiri. Bertahun-tahun tidak mengetahui siapa ayahnya. Dan satu-satunya orang yang selalu ada untuknya-Ibunya- pergi untuk selamanya. Serla tak bisa membayangkan seberapa sakit luka yang harus dia tanggung.
Dan Gerdan, sama sekali tidak mau mengerti.

Gerdan.

Serla mendesah pelan sebelum kembali ke alam sadarnya.

Di depannya, Davin tengah menyeruput es teh manisnya. Serla tahu, Davin sama lelahnya dengan dia. Karena sedari tadi, mereka sibuk membereskan dan menata indekos ini.
Davin sudah berkali-kali menyuruh Serla tidak usah membantu, tapi Serla mana mau?

Alhasil, karena lelah, keduanya membeli es teh manis dan duduk di kursi depan dekat pintu.

Davin tiba-tiba merogoh bagian kecil dari tasnya, mengambil sesuatu. Serla menyipit kala Davin mengulurkan sebuah coklat padanya.
"Buat lo. Anggap aja sebagai ucapan terima kasih," kata Davin.

Mata Serla berbinar seketika. Disambarnya coklat itu cepat dengan senyuman. "Makasih!"

Lalu tak sengaja, matanya menatap sebuah kertas putih di dekat tas Davin. Serla rasa kertas itu jatuh ketika Davin mengambil coklat tadi. Maka dia mengambilnya dan menyerahkan pada Davin. "Nih. Kayaknya jatuh dari tas lo."

Davin mengerutkan kening. Tidak tahu jika ada kertas, lebih tepatnya surat dalam tasnya. Kemudian dia membukanya, penasaran.

Dan ketika dia baca baris pertama suratnya. Badannya lemas seketika.

Itu, pesan dari Bundanya.

Teruntuk anak hebatnya Bunda.

Hai anak kesayangan Bunda?
Senyumnya mana?

Anak Bunda jangan sedih yaa.
Kamu tahu kan, kalau Bunda selalu tahu saat kamu lagi sedih?

Davin,
Bunda cuma mau ngomong.
Maafin Bunda,nak.

Maafin Bunda yang nggak bisa jaga kamu sampai kamu benar-benar dewasa.
Maafin Bunda yang nggak bisa jadi Bunda yang hebat buat kamu.
Maafin Bunda yang bisanya nyusahin kamu.
Maafin Bunda yang nggak bisa beliin kamu ini itu.
Maafin Bunda yang sakit-sakitan ini.
Maafin Bunda yang buat kamu harus kerja disaat temen kamu semuanya pada main.
Maafin Bunda yang bikin kamu malu.

Dan, Maafin Bunda, yang harus pergi meski bunda maunya jaga kamu terus.
Intinya, maafin Bunda, Nak.

Meski Bunda nggak ada, kamu jangan putus asa.
Kamu anak hebatnya Bunda kan?
Jadi kamu pasti bisa tanpa Bunda.

Makasih sudah sering bantu Bunda jualan.
Makasih sudah sering bantu Bunda bersih-bersih rumah.
Makasih sudah sering bantu Bunda menyapu halaman.
Makasih untuk semua kehebatan kamu membahagiakan Bunda.
Bunda sayang kamu, selalu.

Davin.
Bunda tahu kamu jadi anak bandel di sekolah.
Bunda tidak menyalahkan kamu.
Karena Bunda tahu, kamu butuh pengalih rasa sakit atas takdir kamu.

Seringkali Bunda keheranan, kenapa kamu tidak pernah tanya dimana ayah kamu.
Tapi kemudian Bunda tahu.
Kamu hanya tidak mau Bunda terluka dengan mengingat masalalu.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang