22 - Tiara

9.2K 561 5
                                    

🌛🌛🌛🌛

Serla memasuki rumah Gerdan dan langsung melenggang menuju ruang keluarga. Dia duduk lesehan dengan kakinya yang berselonjoran. Punggungnya dia sandarkan pada sofa untuk mencari posisi nyaman. Kemudian ia meraih remote dan menyalakan televisi.

Sementara Gerdan masih menutup pintu utama, dengan tas punggung Serla yang juga dia bawa. Dasar, Serla memang suka semena-mena padanya.

Gerdan berjalan menghampiri Serla dan menaruh tas gadis itu di sofa. Kemudian duduk di sebelahnya. Gerah, dia melonggarkan sedikit dasinya dan bersandar dengan mata terpejam.

Serla menatap sekelilingnya, tidak ada makanan yang bisa dia makan. Maka ia memutuskan mengambilnya di dapur saja.

Baru beberapa langkah, langkah Serla berhenti. Semata karena seseorang berdiri di depannya, dengan pakaian santai khas ibu-ibu.
Mata Serla melirik Gerdan yang masih tak sadar akan kehadiran orang itu.

"Tante? Tante di rumah?" tanya Serla ceria. Di ciumnya punggung tangan Tiara.

Wanita itu tersenyum seraya mengangguk. "Iya. Udah lama ya tante nggak liat kamu."
Mata Tiara berganti melirik Gerdan yang masih juga tidak sadar akan kehadirannya. "Mungkin karena tante nggak ada waktu di rumah kali ya."

Serla salah tingkah, tidak tahu harus merespon seperti apa. Bingung, dia akhirnya menoleh terang-terangan pada Gerdan. "Gerdan, Tante Tiara di rumah."

Sontak, Gerdan membuka mata dan menoleh cepat ke sumber suara. Dimana Tiara dan Serla tengah berjalan menghampirinya.
Gerdan bangkit, menyalami Tiara yang kini sudah duduk. Tiara tersenyum, menyuruh Gerdan duduk. Begitu juga Serla.

"Mama nggak ada urusan?"

Tiara tersenyum pahit. Mengangguk. "Kamu urusan mama, Raka." Entah Serla salah lihat atau tidak, mata Tiara seperti berkaca-kaca. Ada sorot kesedihan yang bisa dengan mudah Serla tangkap.

Gerdan sendiri malah tak mengira mamanya terlihat seperti ibu-ibu rumah tangga biasanya. Dengan kaos putih polos dan celana selutut berwarna coklat. Tidak seperti Tiara yang biasanya berpakaian formal. Gerdan juga melihat ada noda di tangan dan di pipi Tiara. "Mama masak?" tanyanya menyuarakan kebingungannya.

Tiara mengangguk. "Iya. Udah lama mama nggak masak. Nanti makan sama-sama ya? Serla juga."

Gerdan terperangah dan Serla mengangguk kaku. Gadis itu senang rasanya.

Namun Gerdan belum mengerti semua ini. Mamanya salah minum obat atau kenapa? Tapi dalam hati Gerdan amat bersyukur, semoga mamanya selalu begini. Semoga, hal yang Gerdan inginkan dapat terwujud. Bersama mama, dan papanya dengan bahagia.

Gerdan bangkit, memeluk mamanya dengan erat meski singkat. Tiara tersenyum hangat, mengusap sejenak punggung Gerdan. "Ger... Raka sayang mama."

Tiara terkekeh. Dia sangat tau, Gerdan begitu menyayanginya dan sangat membutuhkannya. Tapi selama ini mungkin dia seakan menutup mata. Kemana dia selama ini?

Tiara pun hanya bisa menghela napas melihat kepergian Gerdan yang katanya ingin berganti baju.

Serla mengamati itu semua. Diam-diam dia tersenyum samar. Senang melihat Tiara ada untuk lelaki itu. Serla paham betul Gerdan pasti bahagia hanya karena sesederhana ini.

Tapi tak lama, Tiara mengeluarkan air mata. Serla yang heran segera mendekat dan menyentuh tangannya. "Tante kenapa?"

Tiara menggeleng. "Tante ngerasa gagal Ser. Tante merasa gagal jadi mama buat Raka. Pasti Raka benci punya mama seperti tante."

"Tante jangan ngomong gitu. Mau gimana pun tante, percaya sama Serla, Gerdan bakal selalu sayang sama tante. Apa pun keadaannya."

"Tante sekarang sadar, bukan hanya uang yang buat Raka bahagia. Tapi kasih sayang tante juga. Sayangnya, tante seakan menutup mata. Berpikir uang adalah cara terbaik menyalurkan kasih sayang tante pada Raka. Tante sayang banget sama dia Ser."

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang