*Kita hanya teman. Tapi kenapa sering seperti orang pacaran?*
◆◆◆◆
"Gue udah di depan. Buruan turun."Begitu sambungan telepon terputus, Serla membuka pintu rumah dan berlari menuju motor Gerdan yang berhenti di pinggir jalan.
Jarak pintu utama dan jalanan yang lumayan jauh membuat Serla sampai ngos-ngosan. Salahkan saja mamanya yang sengaja membuat halaman rumah yang begitu besar.
"Kenapa di luar sih?! Biasanya juga di dalem," gerutu Serla ketika sampai di hadapan Gerdan. Lelaki itu sedang bersandar pada motornya dengan tangan bersidekap.
"Sengaja."
Setelah mengatakan itu, Gerdan meraih helm yang memang ia bawa khusus untuk Serla dan memakaikannya untuk gadis itu. Hal biasa dan seharusnya jantung Serla tidak kenapa-kenapa. Tapi malah sebaliknya.Begitu Gerdan sudah naik motor, Serla juga segera naik. Tentu saja dengan bantuan Gerdan. Tangan lelaki itu menggenggam erat sebelah tangan Serla agar gadis itu mudah untuk naik ke jok belakang.
"Yuk!"
Dan motor Gerdan mulai membelah jalanan.
Cuaca pagi ini cerah. Sama seperti suasana hati Serla. Ahh gadis itu sepertinya setiap hari selalu mempunyai suasana hati yang cerah.
Sepertinya Serla harus benar-benar bersyukur karena rumahnya searah dengan rumah Gerdan. Hal itu membuat dia tidak perlu repot-repot menyuruh sopir untuk mengantar ke sekolah. Dengan adanya Gerdan, dia juga bisa menghemat bensin.
Begitu mereka mulai memasuki gerbang, tentu saja mata beberapa siswa tak bisa lepas dari keduanya. Padahal pemandangan seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi anehnya mereka masih sering melihat diam-diam. Bahkan berharap yang dibonceng Gerdan adalah mereka, bukan Serla.
Serla turun lebih dulu dan menyerahkan helm pada Gerdan. Lalu tanpa menunggu lelaki itu, Serla segera beranjak pergi. Untung saja tangan Gerdan masih sampai untuk sekedar menarik kembali Serla di sisinya. Meski yang dapat dia gapai hanya tasnya saja.
"Lepas Gerdan!" Serla memberontak. Tentu saja Gerdan tidak perduli dan akhirnya turun dari motor setelah menaruh helmnya.
"Mau kemana lo? Enak aja gue ditinggal. Masih untung lo nggak gue turunin di tengah jalan ya."
"Gitu aja ngambek." Serla memutar bola malas dan selanjutnya menggenggam jemari Gerdan untuk ditariknya meninggalkan parkiran.
"Gue heran deh. Kenapa lo sampai digandrungi banyak cewek-cewek sih?" tanya Serla tiba-tiba. Matanya menatap siswi-siwi yang sengaja ada di depan kelas hanya untuk menatap Gerdan. Meski mereka tahu, selalu akan ada Serla di samping pujaannya.
"Gue kan ganteng. Wajar banyak yang suka. Emangnya elo? Nggak ada cantik-cantiknya gitu, mana ada fans?" ucap Gerdan dengan sedikit kekehan.
Serla berdecak. Sengaja mendengus keras-keras agar Gerdan dengar. Ia melepaskan genggaman tangannya tadi dan berjalan cepat meninggalkan lelaki itu.
Gerdan yang menyadari Serla ngambek langsung mengambil langkah lebar. Begitu ia bersejajar dengan Serla, ia langsung terkekeh lagi. Lucu melihat ekspresi sebal gadis itu.
"Ngambek ya?"Serla masih diam.
"Serla ngambek?" tanya Gerdan sekali lagi. Namun Serla masih terus berjalan tanpa perduli dengan ocehannya. Malah semakin cepat berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Novela JuvenilHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...