🌛🌛🌛🌛
Serla memejamkan mata. Pusing sedari tadi bersarang di kepalanya.
Berkali-kali gadis itu memijit pelipisnya, tapi sakit itu tetap ada.
Serla akhirnya menenggelamkan kepalanya di lipatan kedua tangan, berharap rasa sakitnya cepat hilang.
Dia mengingat-ingat, sekiranya apa yang membuat dia begitu pusing dan lemas.
Dan dia baru ingat, seharian ini dia belum makan. Bahkan kemarin, seingatnya dia hanya makan pagi saja.
Astagaaa, bagaimana bisa dia melewatkan jam makannya? Ditambah lagi, dia sedang banyak pikiran.Begitu bel istirahat kedua berbunyi, Serla bernapas lega. Setidaknya dia bisa berbaring di UKS.
Gawatnya, sakitnya semakin parah. Bahkan hanya dengan mengangkat kepalanya, dia merasa kewalahan."Ser? Lo kenapa? Sakit?"
Anggra menghampiri Serla dengan cepat ketika mendapati sahabatnya itu terlihat begitu lemas.Hilda yang mendengar ucapan Anggra segera memasukkan buku-bukunya dan ikut menghampiri Serla yang dahinya tengah dipegang Anggra.
"Kenapa Serla?"
"Badannya panas!" seru Hilda.
Serla tersenyum samar. Tidak mau membuat temannya khawatir. Tapi mana bisa? Wajahnya saja sudah kelewat pucat.
Jelas saja Hilda dan Anggra khawatir karenanya."Kita ke UKS sekarang," ucap Hilda.
Dia dan Anggra mulai membantu Serla berdiri. Tapi baru selangkah, tubuh Serla sudah limbung. Penglihatannya kabur dan seketika gelap menyergapnya.Hilda dan Anggra langsung panik melihat Serla yang ternyata pingsan. Akan kesusahan jika mereka membawa Serla berdua saja.
Maka Anggra berlari keluar kelas mencari bantuan. Sialnya, di kelas hanya ada mereka bertiga.
Dari arah kiri, entah kebetulan atau apa, ada Kenza yang berjalan sendirian dengan tumpukan kertas yang ada di tangannya. Terlihat lelaki itu membaca kertas-kertas tersebut dengan serius. Tak peduli Kenza sedang membaca apa, Anggra menghampirinya.
"Kenza!"
Kenza menoleh karena terkejut. Untung kertas penting tentang OSIS itu tidak jatuh dan berhamburan. Bisa pusing dia menyusunnya. "Kenapa?"
"Serla pingsan! Tolong bantu bawa ke UKS!" Anggra berujar panik.
Kenza jelas terkejut dan dengan cepat melangkah menuju kelas Serla. Di dapatinya gadis itu tengah terpejam dengan wajah pucat. Kenza sungguh menjadi khawatir dibuatnya.
Cepat, dia membopong Serla untuk menuju ke UKS. Kertas tadi pun langsung dia serahkan pada Hilda yang ada di sampingnya. Biar, itu urusannya nanti.
Kenza melangkah cepat. Hilda dan Anggra mengikuti di sampingnya. Rambut Serla terayun, matanya tetap terpejam erat.
Beberapa murid yang tengah berjalan di koridor seketika menyingkir. Keheranan melihat Kenza tengah membopong Serla yang matanya terpejam.
Beberapa juga keheranan mengapa malah Kenza yang membawa Serla. Lalu, kemana Gerdan?Dan di sisi lain, lelaki itu, Gerdan, melangkah beriringan dengan Agatha dari arah berlawanan dengan Kenza. Lelaki itu membantu Agatha berjalan.
Begitu matanya menangkap Kenza tengah membopong seseorang dari arah depannya, awalnya dia tak acuh. Namun heran ketika melihat ada juga Hilda dan Anggra.Raut terkejut seketika hadir di wajahnya ketika Kenza sudah sampai di dekatnya. Bukan apa, ternyata itu adalah Serla.
Melihat itu, Gerdan langsung khawatir dengan keadaan gadis itu. Ada apa dengan Serla?
Kenapa gadis itu pucat? Kenapa Serla pingsan?Tanpa sadar tangan Gerdan terkepal ketika mereka bertiga melewatinya tanpa ada sapa. Seharusnya dia yang ada untuk Serla. Bukan Kenza. Demi apapun, Gerdan benar-benar khawatir kepada Serla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...