🌛🌛🌛🌛
Kenza mengetuk pintu rumah Serla beberapa kali. Hingga beberapa detik kemudian seorang ibu-ibu khas pembantu rumah tangga membuka pintu di depannya. Kenza tersenyum simpul.
"Serlanya ada?"Bi Karti mengangguk. Masih sedikit terpana dengan wajah tampan Kenza. "Ada den. Ayo masuk dulu, atuh."
Bi Karti mempersilakan Kenza masuk dan lelaki itu mengikuti patuh. Dia duduk di ruang tamu sambil matanya menjelajah sekitar. Ini kali pertama Kenza memasuki rumah Serla. Makanya masih terlihat asing.
Serla menuruni tangga ketika suara Bi Karti menggelegar di seisi rumah. Serla sempat tertawa. Bi Karti memang ajaib. Mungkin jika ada Papanya, Bi Karti tidak akan berani. Bi Karti memang segan pada Bagas. Padahal baik Bagas maupun Miranda sudah menganggap Bi Karti seperti ibu mereka sendiri.
Begitu sampai di ruang tamu, Serla segera menghampiri Kenza. Lelaki itu memakai celana jeans biru tua dengan atasan putih dan paduan jaket jeans tebal berwarna hitam. Sedangkan Serla mengenakan celana jeans hitam yang sedikit berlubang di lututnya dan kaos pink pudar panjang.
Sling bag putih gadis itu kenakan senada dengan sneakersnya."Yuk!" seru Serla.
"Papa Mama lo?" tanya Kenza seraya berdiri.
"Lagi pergi. Pacaran kali," gurau Serla.
Kenza hanya mengangguk dan mereka berjalan beriringan keluar rumah. Serla pikir Kenza membawa motor, ternyata mobil. Bagus deh, Serla tidak perlu kedinginan nanti.
"Lo nggak berniat bukain?" alis Serla naik turun. Lucu.
Kenza hanya memutar bola mata malas sambil masuk ke dalam mobil. Kenza tahu gadis itu hanya menggodanya saja.
Sedangkan Serla mengerucutkan bibir dan masuk dengan tatapan tajam ke Kenza.
"Lo harusnya bukain pintu tadi. Biar kayak...""Pacar?" sahut Kenza cepat sebelum Serla melanjutkan.
"Bukan! Biar kayak sopir sama majikan."
Serla tertawa. Tidak peduli pada Kenza yang menatapnya malas. Apa-apaan dirinya disamakan dengan sopir."Iya in aja deh."
Kenza segera melanjukan mobilnya. Sampai sekarang, Serla tidak tahu kemana Kenza akan membawanya. Ehh tapi memang dia tidak bertanya sih.
"Lo mau nyulik gue kemana?" tanyanya kemudian."Ke KUA."
Serla hanya ber-oh ria. Tak begitu mengambil pusing jawaban Kenza. Tapi beberapa detik kemudian matanya melebar. Hingga pukulan mendarat di lengan Kenza. "Serius Ken!"
"Iya gue serius."
Serla mencebik. Kenza terkekeh dan kemudian menjawab, "Pasar Malam."
Mata Serla berbinar. Sudah lama dia tidak ke pasar malam. "Emang ada, ya?"
Kenza hanya mengangguk dengan fokus sepenuhnya pada kemudi. Namun sesekali ia melirik Serla, mencuri pandang.
Beberapa menit berlalu, kini mobil Kenza telah terparkir rapi di sebuah halaman yang luas bersama puluhan kendaraan lainnya. Dia dan Serla turun, berjalan beriringan menuju pintu masuk. Sedari tadi binar di mata gadis itu tidak pernah pudar. Membuat Serla bahagia ternyata mudah saja. Dan Kenza beruntung bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan gadis itu meski kebahagiaan yang dia beri tidak sebanding dengan yang Gerdan suguhkan pada Serla. Menjadi salah satunya saja Kenza sudah bahagia.
Setidaknya, Kenza pernah menjadi alasan gadis itu bahagia."Gue mau itu!" tunjuk Serla pada pedagang kerak telor.
Kenza ingin menjawab iya, tapi Serla malah menyebutkan banyak hal lagi. "Itu juga mau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...