14 - Davin

10.4K 604 15
                                    

◆◆◆◆

"Kalian ngapain!" bentaknya, merasa marah. Serla segera berjalan cepat menuju belakang punggung lelaki itu. Mencari perlindungan.

"Gue nggak ngapa-ngapain,kok. Dia nih yang injek kaki gue," ucap Davin memasang wajah kesal.

Mata Aldo melirik Serla. "Dia apain lo?"

Serla tentu menjawab dengan jujur. "Dia bilang ada dendam sama anak Rajawali terus mau balesnya lewat gue. Dengan cara bakal ngurung gue di dalam bilik."
Serla mengatakan itu dengan sedikit kesal. Lama-lama di dalam bilik tentu akan membuatnya pengap! Apalagi jika biliknya bau. Serla bisa saja semaput. Sungguh, Serla ingin mencakar Davin sekarang. Dan apa dia bilang? Bercanda? Mana Serla percaya.

Aldo menggeram kesal. Alhasil, perkelahian tak bisa terelakkan.

Davin sendiri tidak menyangka Aldo akan menghajarnya karena hal sepele. Namun di sisi lain Davin bisa menebak kenapa Aldo dengan mudahnya menghajar dia. Bukan. Bukan karena gadis itu. Tapi karena hal lain yang seharusnya juga bukan salah Davin.

Dendam pribadi heh? batin Davin.

Serla pun yang merasa keadaan makin kacau segera mencari bantuan. Sungguh ini keberuntungannya karena dia melihat Gerdan tengah bersandar pada dinding dekat toilet. Sepertinya dia menunggu Serla yang ia kira ada di toilet wanita. Yang posisinya tepat di sebelah toilet pria.

"GERDAN!" Serla mendekat dan menarik-narik kostum basket Gerdan.

Gerdan menatap gadis itu dengan bingung. Wajah Serla terlihat panik dan Gerdan tak tahu mengapa.
"Lo Kenapa? Kenapa panik?"

"A-Aldo! Buruan!"
Serla menarik tangan Gerdan menuju toilet pria.
Gerdan yang bingung menurut saja.

"Aldo kenapa?" Begitu masuk toilet, Gerdan bisa melihat Aldo yang tengah dipisahkan oleh seseorang karena terus memukul dan dipukul siswa lain.

Gerdan sendiri tak mengerti mengapa Aldo seperti itu. Dan kenapa Serla bisa tahu?

"Do! Stop! Apaan sih!" Gerdan menarik paksa Aldo. Hingga setidaknya Aldo berhenti berkelahi.
"Lo kenapa sampai berantem sama dia?" tanya Gerdan heran setelah Aldo lumayan tenang.

Sedangkan Davin tengah memegangi perutnya kesakitan. Dia berdiri dibantu Putra. Aldo sama merasa sakitnya.

"Serla. Dia mau ngunciin Serla di toilet." Aldo menunjuk Davin yang menatapnya sengit. Sudut bibir Aldo sedikit mengeluarkan darah.

Gerdan merasakan rahangnya mengeras. Tahu begitu, dia tidak akan menghentikan Aldo tadi. Bahkan kini rasanya Gerdan ingin mematahkan tulang tangan lelaki di depannya itu kini.

"Mana sudi sekolah gue punya murid kayak dia, beraninya cuma sama cewek. Emang ya Vin, lo nggak pernah belajar dari kesalahan."

"Gue cuma bercanda! Kalian salah paham! Dan lo Do, apa lo masih marah karena dia? Karena nggak mungkin hanya karena hal ini lo sampai mukuli gue segininya." Ya, Davin bodoh dalam mengambil tindakan. Padahal dirinya hanya ingin menipu gadis itu saja. Bercanda, sungguh. Dan Aldo, Davin yakin Aldo masih marah padanya karena hal lain.

Cukup, Gerdan sudah tidak bisa menahan diri. Sedetik kemudian dia melayangkan beberapa tinjuan pada Davin. Serla menggigit bibir bawahnya. Kenapa Gerdan lebih parah? Keadaan malah semakin kacau. Apalagi Davin juga terus membalasnya.

Berkelahi di toilet? Serla tak pernah membayangkan kejadian ini sebelumnya. Sekarang, dia benar-benar merasa menjadi pembawa masalah.

Serla tak bisa diam. Dia mendekat. "Gerdan stop! Ayo pulang aja, gue nggak papa," ucap Serla sambil menarik baju Gerdan dari belakang. "Ayo pulang," ajak Serla dengan suara pelan. Berharap itu dapat membuat Gerdan luluh.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang