🌛🌛🌛🌛
Serla menyendok makanan di depannya dengan pandangan kosong. Pikirannya berkelana. Nafsu makannya hilang entah kemana. Mungkin jika ada Papa dan Mamanya, Serla akan berceloteh ria. Tapi kedua orang tuanya sudah berangkat kerja. Dan di sinilah Serla sekarang,ruang makan dan sarapan sendirian.
Serla ingin menyudahi sarapan ini dan berangkat sekolah, tetapi mamanya selalu berpesan agar Serla selalu menghabiskan makanannya bagaimanapun juga. Jadi, Serla mau tidak mau harus menghabiskannya.
Setelah makanannya habis, ia bangkit dan meraih tasnya. Berjalan keluar rumah untuk menghampiri mobil kesayangannya.
Perlahan mobil itu merayap di jalananan yang lumayan padat. Untung saja jarak rumahnya ke sekolah tidak terlalu jauh hingga harus membuatnya berlama-lama melihat ramainya Jakarta.
Pukul 06.30 pagi, mobil gadis itu memasuki gerbang dengan pelan. Kaca mobilnya dia buka, sedikit menunduk dan memberi senyumnya pada Pak Satpam yang berjaga.
Dari sudut pandangnya, Serla melihat sepasang manusia tengah berjalan berdekatan menuju koridor utama. Serla menghela napas. Melihat Gerdan memapah Agatha membuat moodnya kembali hilang entah kemana.
Gadis itu menutup pintu mobil dengan keras. Berjalan gontai meninggalkan monbilnya.
Soal Gerdan, gadis itu harus bicara padanya sesegera mungkin. Entah hanya untuk meminta maaf atau menjelaskan sekalian. Yang penting, Serla harus bisa membuat Gerdan tidak marah lagi padanya. Meski Serla juga merasa sedikit kecewa,emmm mungkin banyak.
"Buah durian kulitnya berduri.
Dibeli Pak Tarmin pas lagi belanja."Serla terperanjat. Kemudian mendengus keras ketika mendapati Duo A sudah berjalan di samping kanan kirinya.
"Hari ini Serla berangkat sendiri.
Pagi-pagi udah manyun aja."Serla mengerucutkan bibirnya. Kadang ia heran. Mengapa keduanya bisa sekompak itu? Apa mereka bisa membaca pikiran satu sama lain? Pantun saja keduanya sudah klop begitu.
Serla jadi ingin mempunyai kembaran."Kenapa Bu Boss? Kok tambah manyun. Nggak dapet uang jajan, ya?" canda Adam dan Alam tertawa. Serla sih masih diam saja.
"Udah deehhh, jangan ledekin gue terus." Serla menghentakkan kakinya.
"Lagi ada masalah sama Gerdan?" tanya Alam.
Seakan sudah saling memberi kode padahal tidak, salah satu tangan masing-masing dari mereka diletakkan di pundak Serla secara bersamaan. Kini ketiganya malah seperti saudara meski wajah Serla tidak ada miripnya.Serla menggerak-gerakkan pundaknya. Tak lain agar mereka mau menurunkan tangan dari pundaknya. Serla risi dan merasa tangan keduanya berat.
"Ishhh!"
"Kalau Gerdan nyakitin lo, bilang sama kita," kata Adam. Alam melanjutkan, "Kita emang temennya Gerdan, tapi kita juga nggak mau dia nyakitin lo gitu aja."
Serla speechless, terharu mendengar ucapan mereka. Ternyata, keduanya juga menaruh perhatian pada Serla. Dan gadis itu tentu menghargainya. "Gue terharu jadinya."
Kemudian Serla tertawa. Duo A malah menatapnya heran.
"Kenapa?" tanya mereka."Muka serius kalian, lucu."
Baik Adam maupun Alam mendengus. Serla tidak sempat menghindar ketika dua jitakan mendarat di kepalanya. Mata bulatnya semakin lebar. Kesal, dia mengejar Duo A yang sudah berhamburan menjauhinya. Paginya tidak jadi mengesalkan karena adanya mereka.
"Duo Bekicot! Sini lo!"
Alhasil, mereka bertiga berlarian di sepanjang koridor.
Sialnya, kini di depannya ada Gerdan dan Agatha yang tengah berjalan pelan. Serla tidak tahu harus berhenti atau terus mengejar Duo A. Kenapa dia yang biasanya bebas melakukan apa-apa, menjadi bingung hanya karena ada Gerdan dan Agatha di depan sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...