◆◆◆◆
Begitu bel masuk beberapa menit lagi berbunyi, Serla segera mengembalikan buku yang baru saja selesai dia baca. Kenza sudah pergi sedari tadi setelah buku yang ia cari dia dapatkan. Katanya, dia harus segera menyelesaikan tugas dari gurunya. Serla pun tak masalah karena dia sebenarnya juga ingin sendiri.
Langkahnya lebar-lebar menuju kelas ketika mengingat guru jamnya sekarang termasuk salah satu guru yang begitu gila waktu. Beliau selalu saja tepat waktu ketika mengajar. Jadi, bahaya jika Serla telat sedikit saja.
Gadis itu tak tahu, ada seseorang yang sejak tadi setia berjalan mengikuti di belakangnya, dia Gerdan. Yang bahkan tidak berani berjalan beriringan dengan gadis itu seperti biasanya. Yang bahkan begitu merasa bersalah dengan ucapannya pagi tadi.
Begitu Serla ingin berbelok memasuki kelas, dengan reflek Gerdan meraih lengannya. Hingga Serla seketika terhuyung dan langsung menghadap laki-laki itu. Mata Serla sejenak melebar ketika tahu itu adalah Gerdan.
Tet...Tet...Tet...
"La, gu-"
"Sedang apa kalian di sini? Tidak dengar suara bel tadi?"
Ucapan Gerdan seketika terhenti dan otomatis dia melepaskan cekalannya pada lengan Serla. Gadis itu cepat-cepat masuk kelas karena gurunya telah tiba.
Gerdan menghela napas panjang dan berjalan menuju kelasnya setelah meminta maaf pada beliau.
Biar nanti saja dia bicara pada Serla.◆◆◆◆
Bel istirahat kedua baru saja berbunyi. Guru yang mengajar di kelas Serla juga baru saja keluar kelas setelah mengucap salam. Serempak, para murid menjawab salam tersebut dengan lantang dan ingin segera ke kantin.
Serla memasukkan buku-bukunya ke dalam tas hingga gebrakan di mejanya membuat kegiatannya terhenti. Ia menoleh dan mendapati Hilda tengah nyengir kearahnya. Ternyata gadis itulah yang menggebrak meja.
"Kantin nggak Ser?" tanya Anggra dengan kedua alis terangkat.
"Iya. Bentar beres-beres dulu," jawab Serla seraya meneruskan memasukkan bukunya. Dia membelakangi Hilda dan Anggra ketika membetulkan tas dan menutupnya.
Tau-tau begitu dia berbalik badan, yang dia temukan bukanlah Anggra atau pun Hilda. Malah yang membuat ia terheran-heran adalah adanya Gerdan yang tengah memandanginya dalam diam.
"Lohh? Hilda sama Anggra mana?"
"Gue suruh ke kantin duluan. Di sini aja."
Alis Serla bertaut, tak mengerti maksud Gerdan. Dan, kapan Gerdan menyuruh dua sahabatnya ke kantin? Serla sama sekali tidak mendengar suara Gerdan tadi.
"Di sini? Ngapain, Gerdan?"
Gerdan berdecak sebelum menunjukkan nasi goreng yang dia bawa pada Serla. Sebuah kotak bekal dengan tutup transparan sehingga Serla bisa melihat isinya. Entah dari mana Gerdan mendapatkannya.
Melihat Serla masih terdiam di tempatnya tanpa bergerak, Gerdan memilih meraih lengan gadis itu dan menyuruhnya duduk berhadapan dengan dirinya. Begitu Serla telah duduk manis di depannya, Gerdan mendorong kotak tadi hingga mengenai tangan Serla.
"Makan, La." Gerdan menjeda kalimatnya kemudian melanjutkan, "Istirahat tadi kenapa nggak makan? Tubuh lo butuh tenaga buat segala aktivitas."
Seakan melihat harta karun, Serla tersenyum senang seraya mulai menyantap makanan. Dirinya memang sedang kelaparan dan Gerdan memang sangatlah pengertian.
Senyum samar muncul di bibir Gerdan tatkala matanya menangkap raut wajah senang Serla. Gadis itu seperti tidak makan tiga hari sehingga membuatnya begitu lahap memakan nasi goreng tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerla (END)
Teen FictionHal yang Serla inginkan adalah : Dia dan Gerdan selalu bisa sama-sama seperti biasanya. Meski status masih tetap teman, Serla tak keberatan. Hampir seluruh murid SMA Rajawali tahu bahwa Gerdan Raka Bintang, dekat dengan Adelia Serla. Gadis dengan se...