43 - Siapa Sangka?

9.1K 512 15
                                    

🌛🌛🌛🌛

Serla merasa kesehatannya sudah membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serla merasa kesehatannya sudah membaik. Maka, dia memutuskan untuk berangkat sekolah untuk hari ini.

Mobilnya baru saja memasuki gerbang sekolahan. Terlalu pagi mungkin, karena ia lihat, baru sedikit kendaraan yang mengisi tempat parkir.

Serla menghembuskan napasnya dengan pelan kemudian mulai berjalan. Matanya menangkap sebuah motor merah tengah melintasi gerbang. Motor yang sudah sangat dia kenal milik siapa.
Jika bukan Gerdan, siapa lagi?

Rasa sesak menyergapnya dengan cepat ketika mata yang selalu menatapnya teduh itu kini menatapnya dengan cara yang tidak sama. Seperti sosok asing yang tak pernah mengenal satu sama lain.

Bagaimana bisa, Serla dan Gerdan menjadi sosok yang seperti ini? Seakan saling menunjukkan bahwa dirinya tidak salah, bukannya malah saling mengalah.

Tatapannya beralih pada orang yang ada di belakang Gerdan. Gadis itu melempar senyum, seakan dia baik-baik saja. Tapi Agatha, malah berpaling begitu saja. Mana sanggup, dia menatap Serla lama. Sosok yang begitu tegar di matanya. Dia takut, jika rasa bersalahnya yang semakin bertambah membawa dia pada kebimbangan yang tak ada akhirnya.

Perlahan senyum Serla pudar. Tak menyangka senyumnya tak mendapat balas.
Dengan perasaan campur aduk, Serla memilih tak lagi peduli dan berbelok menuju koridor utama.

🌛🌛🌛🌛

Mungkin benar, jika kita menginginkan waktu berjalan cepat, maka waktu malah berjalan lambat. Seperti yang sekarang Serla rasakan. Ia ingin cepat pulang, tapi waktu seakan sengaja memperlama jam pelajaran.

Gadis itu menguap beberapa kali. Selepas sakit, ia masih merasa begitu butuh istirahat.

Satu jam kemudian, seakan tiga jam bagi Serla. Namun dia bisa bernapas lega ketika bel pulang telah berbunyi dengan nyaring di sudut kelasnya.

"Akhirnyaaa," ucap Serla samar. Buru-buru dia merapikan buku seperti yang lainnya.

Begitu murid membalas salam guru tersebut, mereka berbondong-bondong keluar kelas. Begitu juga Serla.

"Langsung pulang Ser?"

Serla menoleh ke Hilda. "Iya."

"Tunggu dong!" Anggra berteriak di belakang mereka. Serla dan Hilda tertawa kecil.

Sampai parkiran, Serla segera menuju mobilnya terparkir. Sedangkan Hilda dijemput supir dan Anggra ingin kerja kelompok.

Mata Serla membelalak. Mengira matanya salah lihat, Serla semakin mendekati mobilnya. Dan ternyata benar. Gadis itu mengumpat. "Arggg!" Kemudian menendang ban mobilnya sendiri.
"Siapa sih yang sengaja ngebocorin ban gue!"
Serla mengusap wajah kesal.
Lalu? Harus apa dia sekarang?

"Kenapa Ser?"

Serla menoleh dan mendapati Kenza ada di sampingnya. "Ban lo bocor?"

"Iya!" seru Serla kesal.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang