Sebelas

351K 22.6K 953
                                    

***

Liana berdiri di samping ranjang tempat suaminya berbaring tidak sadarkan diri. Saat berlari menghindari suaminya, Liana mendapatkan teriakan orang-orang memanggil namanya. Begitu menoleh, ternyata suaminya tumbang kehilangan kesadaran. Sontak Liana berlari kembali ke arah Alka yang sudah dikerumuni mahasiswa yang hendak membopong tubuh Alka.

Liana langsung mengikuti kemana mahasiswa itu pergi, yang ternyata menuju ruang kesehatan. Tentu saja Liana takut dan khawatir perihal kesehatan Alka. Pasalnya ini pertama kalinya Alka bisa tumbang. Alka selalu kuat dan sehat.

Setelah mengucapkan terimakasih kepada 2 mahasiswa yang membantu membawa Alka ke ruang kesehatan, 2 mahasiswa itu langsung pamit pergi. Tenaga kesehatan yang berjaga, langsung memeriksa Alka. Tidak butuh waktu lama, sepuluh menit kemudian Bu Vera, panggilan dokter yang berjaga di ruang kesehatan itu selesai menangani Alka dan mengatakan jika Alka pingsan karena perutnya yang kosong dan kemungkinan pikirannya sedang kacau. Bu Vera berpesan pada Liana saat Alka terbangun nanti, berikan asupan makanan yang banyak untuk mengisi perut Alka yang kosong.

Sudah setengah jam Liana menunggu namun Alka tidak kunjung sadarkan diri. Liana sudah menyiapkan makanan untuk Alka nanti, tadi ia membelinya di kantin.

Perlahan kelopak mata Alka yang menutup terbuka membuat Liana sedikit bernapas lega. Mata Alka mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya sekitar. Sejenak Alka mengedarkan pandangan ke sekitar. Mencoba mencari tahu dimana ia berada karena ruangan ini terasa asing baginya. Saat menoleh ke kanan, Alka langsung bangkit dari tidurnya karena sangat antusias melihat keberadaan istrinya.

"Jangan bangun dulu, kondisi kamu masih belum pulih" ujar Liana sembari mendorong bahu Alka untuk kembali berbaring di tempatnya. Alka masih terlihat pucat, saat bersentuhan dengan kulit Alka, Liana juga merasakan seberapa dingin tubuh suaminya.

"Aku nggak sakit, sayang. Makasih Liana, kamu ada di sini, itu artinya kamu masih peduli. Maafkan aku yang sempat berpikir buruk kalau kamu udah nggak peduli lagi sama suami mu ini. "

"Kamu sakit! Kamu pingsan, apa kamu masih menyangkal?!"

"Nggak. Itu karena kamu nggak ada, sekarang aku sehat karena kamu ada di sini."

Liana masih diam mematung di posisinya. Tidak membuka mulutnya sedikit pun. Pandangannya tertuju pada Alka yang sendu.
Diraihnya tangan Liana lalu Alka genggam di atas dadanya.

"Jangan pergi lagi, ya? Pulang, sayang" ucap Alka nyaris tak terdengar oleh Liana. Suara Alka serak berat dan matanya kini sudah berkaca-kaca siap menjatuhkan cairan beningnya.

"Kita bahas ini nanti, sekarang kamu makan. Pikirin kesehatan kamu," ujar Liana menarik tangannya dari genggaman Alka. Lalu meraih piring nasi yang sudah ia persiapkan.

"Makan dulu, ya? Aku suapin"

"Enggak Liana, kita selesaikan semuanya. Kita bicarakan semua masalah kita, aku nggak bisa kayak gini terus"

"Makan atau aku tinggal dan kamu nggak bisa ketemu aku lagi?" ancaman dari Liana membuat Alka langsung mengangguk patuh.
Dengan telaten, Liana menyuapi Alka. Perut Alka bergejolak saat Alka memaksa menelan makanannya. Rasanya sangat mual namun Alka menahannya.

"Udah ya? Udah kenyang juga, tolong jangan maksa" pinta Alka. Melihat Alka yang terlihat sangat tersiksa, Liana akhirnya menuruti kemauan Alka. Diletakkannya piring yang isinya masih setengah lebih di meja kecil. Liana meraih botol mineral, lalu menyodorkan botol itu ke arah Alka.

"Bisa kita bicarakan sekarang, kan?" tanya Alka yang sudah berdiri di samping Liana.
Liana menggelengkan kepalanya.

"Jangan di sini, kita bicarakan di tempat lain"

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang