"Perut kamu sakit? Kenapa dari tadi diusap terus?" tanya Alka setelah menepikan mobilnya. Sedari tadi Alka melirik-lirik istrinya dan selalu mendapati istrinya yang tengah mengelus perutnya dengan pandangan kosong ke depan. Kadang juga senyum-senyum sendiri dan mengabaikan celoteh Alka.
Alka menarik tangan Liana, lalu menggantikan tangan Liana. Kini telapak tangan Alka mengusap perut rata istrinya dengan lembut membuat Liana menatap lekat ke arah Alka tanpa kedip.
"Apa perut kamu sakit? Kalau sakit kita balik ke rumah sakit, biar nanti aku periksa," ujar Alka menatap istrinya, tangannya masih mengusapi perut Liana."Enggak kok, Liana malah nggak sadar kalau ngusap perut. Udah deh ngusapnya, geli" Liana menarik telapak tangan Alka dari perutnya.
"Cuma perut aja nih yang mau diusap? Yang lainnya enggak?"
Liana langsung mendorong wajah Alka yang terlalu dekat dengan wajahnya."Jangan mulai mesumnya," ketus Liana yang paham arti tatapan mesum suaminya itu.
"Hampir satu Minggu, sayang. Nyiksa banget ini, seminggu nggak ekhem-ekhem," goda Alka membuat Liana memutar bola matanya dengan jangan. Alka terkekeh geli lalu menarik bahu Liana agar tubuh Liana mendekat. Dikecupnya puncak kepala istrinya cukup lama sebelum akhirnya Alka kembali melanjutkannya perjalanannya.
"Beneran mau makan bakso urat?" tanya Alka memastikan keinginan istrinya adalah benar.
"Iya, belinya tiga mangkuk," sahut Liana cepat membuat Alka menoleh. Satu mangkuk saja Alka tidak yakin Liana mampu menghabiskan, mengingat selama ini porsi makan istrinya memang sedikit, berbeda dengan porsi makan perut karetnya.
"Satu mangkuk dulu, nanti kalau kurang nambah lagi," ujar Alka mengusap pipi istrinya sembari menyingkirkan rambut nakal ke belakang telinga.
"Iya udah, nurut aja sama suami," ucap Liana dengan wajah yang terlihat sangat lucu, membuat Alka gemas sendiri pada istrinya itu.
Setelah menempuh perjalanan tidak terlalu lama karena untungnya jalanan tidak macet, akhirnya mobil yang Alka kemudikan sampai di kedai bakso urat terdekat. Kedainya tidak terlalu besar. Alka memperhatikan sejenak kondisi kedai, mengabaikan Liana yang terus memaksa untuk buru-buru keluar.
Pandangan Alka menyapu kondisi kedai apakah cukup bersih dan jika dilihat-lihat sepertinya kebersihan di situ sangat dijaga.
"Iya sudah sekarang kita turun, kamu tunggu sebentar biar aku bukain pintunya" ucap Alka lalu keluar dari mobilnya.Kepulan asap kuah bakso yang Alka cium membuat perutnya bergejolak. Benar-benar mual, Alka langsung menutup hidung dengan telapak tangannya. Ingat akan Liana, Alka langsung mengitari mobil membukakan pintu untuk istrinya.
"Kamu kenapa? Kok kayak pengin muntah gitu?" tanya Liana saat melihat Alka yang berulang kali ingin mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.
Alka menggelengkan kepalanya, rasanya sangat aneh. Ini bukan kali pertamanya Alka mencium aroma kuah bakso urat. Bahkan Alka sudah berulang kali memakan bakso urat dan tubuhnya tidak beraksi apapun. Dan sekarang, kenapa ia merasakan sangat mual hanya dengan mencium aromanya. Bagaimana jika nanti Alka menikmatinya? Apakah Alka akan pingsan?Alka teringat keberadaan masker di saku kemejanya. Segera ia mengeluarkan masker dan mengenakannya. Tangannya langsung melingkari pinggang Liana, menunjukkan hak kepemilikan mutlak pada Liana ke semua orang yang menatapnya.
Setelah memesan dua mangkuk bakso urat, Alka mengedarkan pandangan mencari tempat kosong. Kedai ini adalah kedai lesehan. Alka melihat di sudut ruangan ada meja kosong. Segera ia membimbing Liana untuk berjalan ke sana."Lesehan nggak papa kan? Kalau pengin pakai kursi biar aku minta ke penjualnya," ucap Alka khawatir Liana tidak mau duduk lesehan.
"Nggak papa kok, malah enak. Kan bisa sandaran di tembok. Tempat kita strategi kok" sahut Liana dengan senyum merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
Romance"Aku ingin menjaga, tidak untuk menyakiti" Alka Alfiano Putra Maurer, dokter muda yang begitu possessive dan overprotektif jika menyangkut istri kecilnya, Liana. Terkadang sifat berlebihan dokter muda itu membuat Liana merasa kesal. Ruang gerakn...