Tujuh

440K 27.2K 2.5K
                                    

Suara tangis Liana sudah tidak terdengar lagi oleh Alka. Sejenak, Alka memastikan Liana dan ternyata Liana sudah tertidur dengan posisi meringkuk. Perlahan Alka membenarkan posisi tidur istri kecilnya yang sangat ia cintai, diraihnya guling agar bisa dipeluk oleh Liana. Tak lupa, selimut tebal Alka pastikan menutup sempurna tubuh Liana.

Mungkin karena gerah, Liana menyingkirkan selimutnya hingga selimut hanya menutupi sampai pinggangnya saja. Alka menghela napas, tidak berniat untuk menarik selimut itu kembali. Ia duduk di samping Liana. Menciumi pipi dan kening Liana berkali-kali sembari menghilangkan sisa air mata yang masih menggenang di sana.

Pandangannya tertuju pada lantai yang berceceran beling dan pecahan ponsel. Sebelum itu semua melukai istrinya, Alka harus segera membersihkannya sendiri. Dengan penuh kehati-hatian Alka turun dari ranjang dan berjalan ke luar kamar untuk mencari sapu, kain pel, dan serok sampah.
Ruang tengah sudah gelap gulita, mungkin mertuanya sudah tidur. Alka berjalan ke arah dapur, biasanya alat kebersihan ada yang disimpan di dapur.

Setelah mengisi ember dengan air dan cairan pembersih lantai, bergegas Alka kembali menuju kamarnya. Sepanjang kakinya melangkah, perutnya terus saja berbunyi demo meminta diisi. Memang Alka belum makan malam, terakhir ia makan saat siang. Itu saja ia hanya memakan siomay di kantin. Menahan laparnya, Alka memilih untuk membersihkan kamar Liana yang berantakan itu. Setelah urusan kamar Liana beres, baru ia akan merebus mie untuk mengganjal perutnya.

Setelah semua pecahan beling dirasa sudah tidak ada yang tertinggal lagi di lantai, Alka langsung mengepel lantai kamar Liana. Gerakannya mengepel sangat kaku, karena memang ia jarang sekali mengepel. Bisa dihitung dengan jari. Dan terakhir kali ia melakukan pekerjaan ini saja Alka sudah lupa.

Alka berjalan mondar-mandir di atas lantai, memastikan lantai benar-benar bersih dari beling. Setelah semuanya beres, Alka bergegas turun. Namun Alka teringat, Liana tadi menangis hebat dan mungkin sekarang pakaian Liana basah oleh air mata. Alka harus memastikan, tidur dengan pakaian basah bisa membuat Liana demam. Dan benar dugaannya, piyama atas Liana basah di bagian lengan dan dada. Segera Alka mengambil ganti untuk Liana.

"Sayang, bajunya basah ganti sebentar ya?" bisik Alka lembut karena merasa kesulitan jika Liana masih dalam posisi berbaring seperti ini. Tidak ada tanda-tanda Liana akan bangun, Liana masih diam dalam posisinya tidurnya.

"Sayang ganti baju sebentar, aku bantuin" ucap Alka mengguncang bahu Liana pelan. Alka tersenyum tipis saat Liana membuka matanya.

"Baju kamu basah, ganti ya? Aku udah siapin, sini aku bantu" ujar Alka sembari mengulurkan kedua tangannya membantu Liana duduk. Mata Liana kembali menutup, namun tangannya terulur ke atas. Alka meraih tangan dan punggung Liana, membantu Liana untuk duduk.

Kini Liana sudah duduk dengan kelopak mata yang menutup sempurna. Sesekali menguap lebar. Alka memposisikan dirinya di hadapan Liana setelah ia merapikan ikatan rambut istrinya. Satu per satu kancing kemeja Liana dilepaskan oleh Alka. Liana diam tidak melakukan apapun, membiarkan Alka melakukan semuanya.

Dilemparkannya piyama basah Liana ke lantai, lalu Alka memasangkan piyama yang kering. Saat Alka tengah memasang kancing piyamanya, mata Liana membuka. Menatap ke arah wajah Alka yang berkeringat. Telinganya bisa mendengar dengan jelas suara perut Alka sedari tadi.

"Udah selesai, kamu boleh tidur lagi. Maaf udah ganggu tidur kamu, janji deh nggak ganggu lagi" ucap Alka, mengusap bahu istrinya lalu mendaratkan kecupan di kening.

"Udah nggak ngantuk, Liana kalau tidurnya kebangun, susah buat tidur lagi," sahut Liana dengan wajah datarnya.

"Iya udah aku temenin sampai kamu ngantuk lagi, tapi aku mau buang sampah sebentar sama balikin alat-alat itu ke tempatnya. Oh iya em--- pipi kamu nggak papa? Perlu aku kompres, sayang?"

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang