Empat Puluh Sembilan

270K 18.1K 1.3K
                                    

Tidur nyenyak Liana terusik tatkala merasakan sesuatu yang basah hingga di pipinya. Tidak hanya di pipi. Kini sesuatu yang basah itu bergerak turun ke lehernya hingga kepalanya otomatis miring untuk memberikan akses pada sentuhan yang basah itu di lehernya. Rasanya Liana begitu mendamba sentuhan basah yang membuat sekujur tubuhnya memanas di pagi hari.

"Sayang," gumam Alka dengan suara parau lalu meraih tangan Liana dan langsung ia kecup punggung tangan istrinya. Beberapa kali giginya menggigit pelan jari-jari lentik Liana.

"Pagi istriku," sapa Alka begitu Liana membuka matanya sempurna. Hal yang pertama kali Liana lihat saat bangun di pagi ini adalah semburat lengkungan senyum di wajah tampan suaminya yang kini tangah menopang kepala dengan satu tangannya.
Tidak hanya senyuman manis Alka yang menyambut pagi Liana. Kecupan penuh kasih sayang tidak lupa Alka berikan di kening. Liana terkekeh pelan saat Alka menggesekkan ujung hidung mancungnya ke ujung hidungnya dan sesekali menekannya. Tidak pernah ketinggalan, gigitan Alka di pipinya membuat Liana kegelian.

"Pagi juga," sahut Liana yang tengah mengalungkan tangannya di leher Alka yang terus saja menatapnya. Tatapannya selalu sama, penuh cinta yang setiap harinya bertambah. Entah apa yang ada dalam diri Liana hingga membuat Alka jatuh cinta padanya sedalam gini. Sampai-sampai Alka nyaris gila hanya dengan memikirkan Liana. Bahkan nyawanya nyaris lepas saat ia tidak ingin istrinya pergi darinya.

"Aku heran deh sama kamu. Kamu masuk ke otak dan hatiku lewat mana? Pagi-pagi udah nangkring aja di sini," ujar Alka membawa telapak tangan Liana ke dadanya yang berdegup begitu kencang.

"Nggak usah mulai gombalnya, masih pagi," ujar Liana menarik tangannya.

Liana menggunakan kedua telapak tangannya untuk menahan Alka yang berada di atasnya agar tidak semakin menghimpit tubuhnya yang kecil jika dibandingkan tubuh kekar Alka. Posisi Alka yang berada di atas tubuh Liana ditopang oleh kedua sikunya untuk menopang beratnya. Karena bisa-bisa Liana mati tidak bisa bernapas jika Alka menindihnya.

"Mumpung sama-sama libur, pacaran mau nggak?" ajak Alka dengan kedua alis yang terus saja naik turun. Telunjuknya menyusuri pipi Liana. Menusuk-nusuk dengan gemas pipi Liana yang menjadi favorit Alka selama ini.

"Pacaran? Ya ampun Alka, kita udah nikah masa kamu ngajak pacaran. Turun kasta deh hubungan kita," kelakar Liana dengan kekehan geli menertawakan ajakan Alka.
Merasa tidak suka ditertawakan oleh Liana, Alka menggigit kuat pipi Liana hingga meninggalkan jejak kemerahan membentuk gigi Alka di pipi Liana.

"Sakit tahu!" protes Liana memukul punggung Alka dengan kesal.

"Rasain. Suruh siapa ngetawain suami. Dasar istri nakal," sahut Alka setengah merajuk.

"Iya lagian kamu aneh. Masa ngajak pacaran sama istri."

"Oh jadi kalau mau ngajak pacaran sama cewek lain baru boleh? Okay" goda Alka membuat Liana mengapit kuat-kuat hidung Alka dengan ibu jari dan telunjuknya penuh tenaga. Dan kini hidung Alka berubah menjadi merah yang mengundang gelak tawa Liana.

"Liana lepasin! Ini nggak bisa napas!" protes Alka yang diabaikan oleh Liana. Nampak Liana semakin bertenaga dalam mengapit hidung suaminya.
Membalas perbuatan Liana, Alka dengan sengaja menekan tubuh bagian bawahnya ke pusat Liana. Sontak Liana melotot ketika merasakan sesuatu yang keras menekan kewanitaannya.

"Alka!!!!" pekik Liana memukuli kepala Alka dengan brutal. Kedua kakinya bergerak-gerak agar Alka segera enyah dari atasnya. Melihat Liana yang bereaksi demikian justru membuat Alka semakin bersemangat menggoda istri kecilnya. Sekali lagi, Alka menekan miliknya yang masih terkurung di sangkar kain ke milik Liana.

"Sayang, aku kangen banget," bisik Alka dengan suara parau tepat di hadapan Liana. Dari sorot matanya, Liana bisa melihat adanya kilatan penuh gairah tertahan yang Alka rasakan.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang