Lima Puluh Delapan

264K 22K 1K
                                    

Mata cokelat terang milik Alka menyipit tatkala melihat sosok perempuan yang tengah ia cari beberapa hari namun tidak kunjung ditemukan. Perempuan itu seolah menghilang. Lebih tepatnya menghindari Alka. Mungkin ia sudah tahu jika Alka akan mencarinya bukan untuk sesuatu yang baik.

Bergegas Alka berlari mengejar perempuan yang tidak lain adalah Fara. Fara sudah berani bermain-main dengan Liana. Dan siapapun yang mencoba bermain dengan Liana maka harus berhadapan dengan Alka. Di barisan paling depan, Alka berdiri untuk istrinya. Jadi, siapapun yang mengusik Liana itu sama saja mengusik Alka.

"Lepasin! Alka lepasin! Kamu apa-apaan sih? Sakit Al" ronta Fara saat pergelangan tangannya di cekal begitu kuat oleh Alka.
Mengabaikan permintaan Fara, Alka menyeret paksa Fara untuk mengikuti langkah kakinya. Beberapa tenaga medis dan pengunjung rumah sakit menatap heran ke arah Alka. Tatapan mereka tidak membuat Alka lantas melepaskan cekalannya. Justru cekalannya semakin kuat, menyalurkan emosinya. Derap langkah kakinya semakin lebar dengan tempo cepat.

"Alka! Apa-apaan kamu? Sakit tahu," gerutu Fara seraya mengusap pergelangan tangannya yang memerah oleh ulah Alka. Keduanya kini berada di ujung lorong rumah sakit, tepatnya di depan pintu gudang yang sepi.

"Lo yang apa-apaan?! Kenapa ganggu istri gue? Lo pikir lo siapa hah?"

"Ganggu gimana? Aku nggak ngapa-ngapain Liana."

"Lo yang kirim video rekaman cctv di rumah Sarah, kan? Dengan lo ngirim video itu, lo udah bikin Liana takut."

"Oh video itu. Iya, gue emang yang ngirim. Gue rasa gue benar. Dengan gue ngirim tuh video, Liana harus sadar kalau Liana melakukan dosa besar. Emang itu kecelakaan, tapi Liana penyebabnya. Kalau saja kaki Liana tidak mendorong kursi roda Sarah, kejadiannya nggak kayak gitu. Sarah pasti masih hidup," ucap Fara dengan santai. Fara tidak sedikit pun merasa takut pada wajah Alka yang sudah memerah diselimuti emosi.

"Al----," ucapan Fara tertahan. Terlalu sulit baginya untuk mengeluarkan suara saat lehernya dicekik begitu kuat oleh Alka. Fara yang semula menatap Alka, kini menunduk tidak berani menatap sosok di hadapannya. Kilatan amarah yang begitu jelas di mata Alka membuat nyali Fara menciut.

"Le-pa-sin," pinta Fara. Bukannya melepaskan cekikannya, Alka semakin memperkuat cekikan di leher Fara. Perempuan itu nampak begitu tersiksa. Kedua bola mata Fara berkaca-kaca. Berkedip sekali saja maka air matanya sudah dipastikan jatuh.

"Jangan ikut campur. Dosa enggaknya Liana, udah ada malaikat Rakib dan Atid yang nyatet. Lo diem aja. Dan gue peringatin ke lo, berani lo ganggu istri gue....gue nggak segan-segan buat mempertemukan lo sama malaikat Izrail. Gue nggak pernah main-main, Fara. Mundur perlahan atau gue bertindak lebih ke lo. Buat nyingkirin spesies kayak lo, gampang bagi gue," bisik Alka serius.

Cekikan di leher Fara sudah terlepas. Nampak dengan jelas bagaimana rakusnya Fara menghirup oksigen untuk mengisi pasokan oksigen di paru-parunya yang sudah hampir habis.

"Lo ngerti, kan? Selama ini gue diem. Tapi untuk kali ini gue nggak bisa diem. Gue nggak mau kehilangan istri dan calon anak gue. Lo bakalan nyesel sampai liang lahat kalau lo masih coba-coba ganggu Liana," ucap Alka menepuk pundak Fara.
Cepat-cepat Fara menepis tangan Alka yang ada di pundaknya.

"Aku nggak ngerti gimana jalan pikiran kamu, Ka. Kamu sama Liana itu bagaikan langit dan bumi. Perbedaan kalian itu terlalu jauh. Apa hebatnya Liana sampai kamu kayak gini. Masih banyak perempuan yang jauh lebih dari Liana."

"Perbedaan ada untuk disatukan. Dan asal lo tahu, gue nggak menilai Liana dari kelebihannya. Tapi gue menilai Liana sebagai satu-satunya perempuan yang harus gue pertahankan karena tanpa Liana gue nggak bisa apa-apa."

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang