Lima Puluh Enam

291K 15.9K 636
                                    

Sudah dua hari Liana pulang dari rumah sakit pasca ia ambruk tak sadarkan diri lantaran banyak pikiran yang mengganggu kesehatannya bahkan efeknya sampai ke melemahnya janin yang tengah tumbuh dan berkembang dalam rahimnya. Kepulangan Liana menjadi awal bagi Alka untuk menjalankan peran baru sebagai suami yang siap siaga pada istrinya yang tengah menghadapi trimester pertama yang sangat rentan apalagi Liana pernah mengalami keguguran. Tentu saja keguguran membuat Alka semakin berhati-hati agar kejadian semacam itu tidak terjadi lagi.

Sudah dua hari ini Liana benar-benar istirahat total. Alka tidak mengizinkan Liana untuk keluar dari kamar tanpa Alka yang menemaninya. Kemanapun Liana akan pergi, Alka harus ikut serta. Jika Alka tidak ada, maka tugasnya akan digantikan oleh dua perawat yang Alka bayar khusus untuk menjamin keselamatan Liana.

Liana diperlakukan secara berlebihan oleh Alka. Sekedar berjalan saja Alka tidak mengizinkan. Alka terlalu takut Liana kelelahan. Butuh gendongan Alka untuk membawa Liana pergi. Bahkan untuk ke kamar mandi pun Alka melarang keras Liana pergi sendiri. Alka siap membuntuti Liana sampai masuk ke dalam kamar mandi menunggu Liana. Sangat berlebihan memang, namun bukan Alka namanya jika tidak berlebihan jika menyangkut Liana, istri yang paling ia sayangi.

Perlakuan Alka yang demikian semakin mempersempit ruang gerak Liana dan terkadang Liana merasakan seperti tawanan yang dijaga ketat agar tidak meloloskan diri. Alka benar-benar tidak mengizinkan Liana melakukan apapun sebelum Liana sembuh total. Bagi Alka Liana belum sembuh. Beberapa kali keluhan soal pening dan mata berkunang-kunang yang Liana katakan, memperkuat asumsi Alka tentang kesehatan Liana.

Kini Alka berdiri di ruang tamu dengan tangan terlipat di dada menatap Liana yang tengah berlarian mengejar Genta yang berlari membawa robot pemberian Alka kemarin. Melihat pemandangan demikian, tentu saja Alka murka. Terlihat dengan jelas di wajahnya yang dikabuti emosi. Nampaknya Liana belum menyadari kedatangan Alka. Tapi kedatangan Alka sudah diketahui oleh dua perawat yang bertugas menjaga Liana.

Kedua perawat yang seusia dengan Liana, menunduk takut kala Alka seolah membunuh mereka dengan tatapannya yang mematikan. Keduanya menelan salivanya dengan sangat payah. Lidahnya terasa kelu, sulit mengeluarkan kata yang akan menjelaskan keadaan sekarang.

Liana yang kelihatan kelelahan menghentikan pacuan larinya. Ia masih belum menyadari jika Alka kini tepat di belakangnya dengan celah tidak sampai satu meter. Tubuh Liana berputar seratus delapan puluh derajat dan alangkah terkejutnya saat mendapati sosok Alka yang berdiri tegap di hadapannya dengan senyum yang sulit diartikan.

"Alka?"
Satu tangan Alka terulur menarik pinggang Liana hingga tubuh mereka kini menempel. Dengan gerakan tangan, Alka menginstruksikan kepada dua perawat untuk meninggalkan Alka dan Liana serta membawa Genta menjauh.

"Liana---."

"Apa? Mau bilang apa lagi? Udah berani sama suami? Aku bilang apa?! Istirahat total, apa susahnya sih? Gini kelakuan kamu kalau nggak ada aku yang awasin. Kamu malah lari-larian kayak gini. Enak kalau kecapean?" sembur Alka yang tengah memarahi istrinya. Sejujurnya emosi itu meluap bersama dengan tubuhnya yang kelelahan seharian bekerja untuk menafkahi Liana. Dalam keadaan kelelahan, emosi Alka sangat mudah terpancing keluar. Lihat saja Alka sudah lepas kontrol hanya dengan tingkah Liana yang tidak seberapa itu.

"Tadi cuma main sebentar sama Genta. Lagian kalau di kamar terus bosen, pengin main juga," sahut Liana dengan kepala menunduk. Jemarinya menarik-narik kemeja biru yang Alka kenakan.

Emosi Alka lenyap seketika saat melihat wajah murung Liana. Dengan lembut, Alka memeluk Liana lalu mengecup kening Liana penuh sayang.
"Pengin main? Main sama aku gimana? Main dokter-dokteran. Suntik-suntikan gitu?" goda Alka membuat Liana mendengkus pelan. Tawa Alka pecah. Liana mendongak menatap wajah Alka yang tengah tertawa lepas tanpa beban. Melihat tawa suamimu, bibir Liana membentuk lengkungan senyum.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang