Sejak keluar dari rumah sakit, Azka dan Arsen tidak berhenti mengucapkan sumpah serapahnya yang refleks keluar dari bibir mereka setelah mendengar kabar dari Alka yang sudah membuat mereka pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak? Azka dan Arsen sudah ketakutan setengah mati saat menjumpai ruangan tempat Alka dirawat kosong. Tentu saja saat itu pikiran Azka dan Arsen menjurus pada hal-hal yang buruk. Semisal bunuh diri mengingat kondisi Alka yang memang sedang tidak baik.
Keduanya begitu kompak mencari Alka ke seluruh penjuru rumah sakit bahkan meminta bantuan petugas keamanan rumah sakit untuk menyisir area-area yang memungkinkan untuk melakukan bunuh diri. Seperti rooftop, kamar mandi, gudang, kamar jenazah, dan bahkan Arsen menyisir ke laboratorium siapa tahu Alka meminum cairan kimia atau bahan-bahan lainnya yang Arsen tidak ketahui.
Sialnya, Alka baru memberitahu kabar jika ia tengah bersama Liana setelah Arsen dan Azka dua jam nyaris gila mencari keberadaannya. Kesal, tentu saja. Tapi kekesalannya sedikit terobati oleh kabar kebersamaan putra-putri mereka.
***
"Kita pulang sekarang, gimana? Aku nggak betah di sini. Apalagi ini rumah dokter Varo, bau tikungan tajam" ucap Alka mengusap kepala istrinya yang masih setia menempel di pangkuannya dengan kepala tersembunyi di lekukan lehernya.
"Tapi---"
"Pulang ke rumah ayah kamu gimana? Atau ke rumah papi aku? Aku tahu, kamu nggak mau pulang karena ada nenek di rumah kita, kan?"
Anggukan cepat Liana menjawab pertanyaan Alka. Memang Liana belum bisa pulang ke rumah karena ia menghindari Miranda yang masih menetap di sana. Bukan takut, hanya saja Liana belum siap kembali disakiti oleh cemooh Miranda yang selalu sukses membuat luka Liana kembali menganga lebar. Liana tahu, Alka pasti bimbang. Disatu sisi, Miranda adalah nenek yang sangat Alka hormati, tapi di sisi lain Miranda adalah alasan kuat Liana belum bisa pulang ke rumah. Suaminya itu pasti kehabisan cara halus untuk mengusir keberadaan neneknya yang ngotot ingin bersama Alka."Ke rumah papi aja, kalau ke rumah ayah nanti Liana pasti dimarahi udah gitu pasti nanti dinyinyirin sama lambe turah ayah Arsen," tukas Liana untuk menghindari ocehan Arsen yang mengomentari aksi kaburnya. Bukankah dokter Varo kemarin mengatakan jika semua menyalahkannya? Otomatis sindiran pedas dan tidak kunjung berhenti pasti akan terus diluncurkan oleh ayahnya. Kalau di rumah mertuanya yang sangat memperlakukannya dengan baik, pasti nyinyiran itu tidak akan terdengar.
"Iya udah, kita ke rumah papi aja. Aku telepon papi dulu, takutnya kalau dadakan malah diomelin," ucap Alka.
Posisi Liana yang duduk di pangkuannya dengan tubuh yang menempel di dada bidangnya membuat Alka kesulitan untuk mengambil ponsel di saku celananya."Sayang, ambilin HP aku" pinta Alka.
Liana mengangguk, tangannya menyusup masuk ke dalam saku celana Alka dan mengeluarkan ponsel berwarna hitam milik suaminya.
Tanpa menunggu lama, Alka langsung mendial nomor papinya. Ponsel menempel di telinga kanannya menunggu panggilan terhubung.
Satu tangannya sibuk mengusapi kepala Liana, seolah Liana adalah anak kecil yang akan ia tidurkan."Hallo, assalamualaikum."
Alka mengernyitkan dahi setelah mendengar sapaan yang bukan suara papinya. Alka hafal persis bagaimana suara papinya. Jangan-jangan ia salah menelpon. Setelah dipastikan, benar. Itu nomor papinya. Tapi, kenapa suaranya berbeda?"Waalaikumsalam."
"Ini ayah Arsen, papi kamu alay banget nggak mau ngomong sama kamu. Ngambek gara-gara capek nyariin kamu kirain bunuh diri. Ada apa nelepon?"
"Nggak papa sih yah, tolong bilangin ke papi kalau Alka sama Liana mau tinggal di situ buat beberapa hari."
"Tinggal di rumah bang Azka? Gila?! Nggak! Balik ke habitatmu! Urus rumah tanggamu sendiri! Jadi pemimpin harus tegas dong! Perlu ayah ajarin? Sikat aja siapa yang berani mengusik. Bodo amat, mau nenek, buyut, atau kakek moyang. Kalau parasit ya tetep harus dibuang. Kapan kamu tegasnya ka? Heran deh," ucap Arsen diseberang sana dengan berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
Romance"Aku ingin menjaga, tidak untuk menyakiti" Alka Alfiano Putra Maurer, dokter muda yang begitu possessive dan overprotektif jika menyangkut istri kecilnya, Liana. Terkadang sifat berlebihan dokter muda itu membuat Liana merasa kesal. Ruang gerakn...