Tujuh Belas

384K 20.1K 1.7K
                                    

Perubahan emosi Liana yang cepat berganti hanya dalam hitungan detik saja membuat Alka mengurung niatnya untuk memarahi Liana soal Liana yang mengenakan pakaian yang menurut Alka tidak pantas dipakai itu. Secara tiba-tiba, begitu mereka sampai di rumah, Liana menangis entah karena apa. Saat Alka bertanya, Liana menjawab jika ia hanya ingin menangis lalu dipeluk oleh Alka.

Setelah menangis, biasanya Liana tidur. Tidak dengan kali ini, Liana meminta makan bersama Alka. Makanan yang dibuatkan oleh Alka langsung. Alka bisa, hanya saja tiba-tiba ia mual hebat saat mencium aroma masakannya sendiri. Tubuhnya nyaris pingsan jika bi Surti tidak menggantikannya kemarin.

Dan pagi ini, weekend. Waktu khusus bagi Alka untuk mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya pada Liana. Liana tidak kuliah dan Alka tidak bekerja. Momen yang pas untuk berduaan hingga hari berganti.
Khusus untuk pagi ini, mereka memutuskan untuk masak bersama. Bukan keinginan Alka, itu semua jelas keinginan Liana. Semalam Liana sampai menangis dan pura-pura merajuk agar Alka mengizinkan Liana memasak dibantu oleh Alka. Alka yang tidak bisa melihat istrinya menangis pun langsung menyetujui.

Saat ini, mereka sudah berkutat bersama di dapur. Jangan lupakan Alka yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Sepanjang mereka memasak, Alka selalu saja mencuri ciuman dari kedua pipi berisi milik istrinya membuat Liana kerap dengan dengan kelakuannya.

Dan kini, tangan Alka sibuk melingkari pinggang istrinya dengan kepala bertengger mesra di bahu kanan Liana. Liana sendiri tengah mencuci sayuran sesuai anjuran Alka. Tentu apa yang Alka lakukan sangat menggangu Liana.
"Ka, ganggu aja sih? Ini masaknya kita kacau kalau kayak gini. Dari tadi cium, peluk seenak sendiri. Niat ngajarin masak enggak sih? Kalau enggak iya bilang," gerutu Liana dengan tingkah Alka yang menurutnya menyebalkan.

Alka terkekeh geli, mendaratkan kecupan di leher Liana lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, meracik bumbu. Liana melihat dengan seksama saat Alka menjelaskan bumbu apa saja yang akan ia gunakan untuk masakannya kali ini. Liana mencoba menghafal agar suatu hari nanti jika ia ingin membuatnya sendiri, ia bisa.

Apa yang Liana lakukan sekarang hanyalah menonton. Menonton bagaimana lihai tangan Alka saat menumis, tidak seperti tangannya yang sangat kaku saat bergerak di atas wajan dengan spatula yang ia genggam. Tercium aroma wangi masakan Alka yang membuat Liana membasahi bibirnya yang kering.

"Kayaknya enak deh, aromanya wangi gini," puji Liana yang kini berdiri di samping Alka. Satu tangan Alka meraih pinggang Liana, menarik tubuh mungil itu untuk menempel padanya. Kini posisi Liana berada di hadapan Alka, memunggunginya. Alka menyerahkan spatulanya pada Liana, yang berarti mengalihkan pekerjaan pada istrinya. Bermaksud mengajari. Liana meraih spatula pemberian Alka lalu mengaduk bahan makanan yang ada di wajan.

"Pelan-pelan sayang, kamu lagi masak atau lagi perang sih? Suaranya kenceng banget," ujar Alka terkekeh geli saat mendengar suara yang begitu keras ketika spatula dan wajan bergesekan.

"Ini juga udah pelan, emang dasarnya aja wajannya yang berisik."

Alka tersenyum geli, menundukan kepala untuk mencium puncak kepala istrinya yang selalu wangi menyegarkan. Lantas Alka meletakan kepala di bahu Liana, pipi mereka bersentuhan satu sama lain dan selanjutnya Alka meraih tangan kanan Liana. Tangannya membimbing Liana bagaimana untuk mengaduk yang benar agar suaranya tidak terlalu keras.

"Sekarang ngerti?" tanya Alka berbisik.

"Iya ngerti kok, kalau sering diajarin tanpa modus pasti nanti Liana bakal pinter masak, biar disayang suami dan dipuji suami" ujar Liana membuat Alka mencubit gemas pipinya.

"Nggak perlu pinter masak biar disayang sama aku, orang aku udah sayang kok. Mau gimanapun kamu tetep sayang. Intinya aku nggak nuntut kamu ini itu. Bagiku, kita tetep berkomitmen itu sudah cukup, kesayangannya akoh" bisik Alka sembari mengusap perut Liana. Liana tersenyum menawan, membalikan badan lalu hendak mencium Alka namun gagal karena tingginya yang tidak menjangkau tinggi Alka meski sudah berjinjit.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang