Sembilan Belas

307K 17.1K 1.6K
                                    

Liana Queen Arsenia Vernando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liana Queen Arsenia Vernando

Fara dan Livia sudah duduk di sofa ruang tamu menunggu Alka dan Liana menyusul mereka. Koper yang Livia bawa ia mainkan dengan gerakan maju mundur untuk mengusir kejenuhan.
"Liv, lo yakin bakalan diizinin sama Alka kalau kita tinggal di sini?" tanya Fara dengan nada kekhawatiran yang kentara.

Gerakan tangan Livia terhenti, punggungnya kini bersandar di kepala sofa dan segera meraih bantal sofa untuk ia peluk.
"Yakin, kalau pun enggak diizinin sama bang Alka ya udah, Livia kan udah usaha. Soalnya kalau Livia nggak nyoba yang ada nenek bakalan neror Livia terus. Lagian ini kehendak nenek yang sayang sama Livia" sahut Livia dengan memasang wajah polosnya. Gadis itu memang sangat polos dan mudah dipengaruhi oleh sekitar. Manja namun mandiri.

"Kalau enggak diizinin lo harus bujuk Alka, biar nenek nggak khawatir. Kalau lo tinggal sama Alka kan nenek pasti tenang. Kasihan tahu nenek, udah tua. Kebanyakan mikirin lo entar cepet sakit lho" Fara mengusap bahu Livia dengan lembut, mendoktrin dengan cara yang sangat halus.

"Iya, iya, tapi gue yakin bang Alka ngizinin. Soalnya bang Alka itu baik banget sama Livi. Udah gitu istrinya bang Alka juga baik, banget malah."

"Livi, sebaik-baiknya istri kalau cuma ngrepotin suami itu nggak ada gunanya. Apa untungnya Alka nikahin dia kalau ngurusin Alka aja dia nggak bisa."

"Eh jangan salah kak, bang Alka nyari istri bukan nyari pembantu. Dan bang Alka juga mandiri, buat apa minta diurusin. Lagipula kebutuhan bang Alka yang kurang hanya di ranjang haha, selagi kak Liana bisa memuaskan kenapa enggak?" Livia tertawa lepas sementara Fara hanya menghela napas. Bola matanya memutar jengah.

"Wah kak Liana ngrepotin aja, nggak usah repot-repot kali" seru Livia saat melihat Liana dan Alka menghampiri mereka. Tangan Liana sibuk membawa nampan berisi dua gelas minuman yang pasti diperuntukkan khusus pada tamunya.

"Enggak kok liv, lagian ini yang buat bi Irah. Kakak mah cuma bawain aja buat kalian."

Alka duduk di sofa, berhadapan dengan Livia yang tengah tersenyum ke arah Liana.
"Jus alpukat kesukaan Livia," Liana meletakan jus alpukat di hadapan Livia. Setelah itu ia meletakan jus wortel dan langsung diletakan di hadapan Fara.

"Jus wortel biar penglihatan dokter Fara semakin jelas. Buat bedain mana laki-laki bersuami dan single," ucap Liana yang membuat Alka mengerutkan kening tidak percaya dengan ucapan istri kecilnya itu. Darimana datangnya keberanian Liana untuk berkata sedemikian rupa? Padahal yang Alka tahu, Liana sangat lembut tutur katanya dan menjaga perkataan agar tidak menyakiti lawan bicaranya. Dan tadi-- ucapannya sedikit tidak sopan pada Fara. Aneh.

"Makasih kakak, sayang deh sama kak Liana" seru Livia dengan girang sementara Fara mengucapkan terimakasih dengan malas.

Liana duduk bersebelahan di samping Alka. Lengan Alka terulur, memberikan tempat bagi kepala Liana untuk bersandar di lengannya yang berotot. Kecupan penuh mesra dari Alka mendarat di puncak kepala Liana saat Liana sudah menjadikan lengan Alka sebagai bantalan.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang