Enam Belas

365K 23.4K 2.5K
                                    

Alka buru-buru menanggalkan jas putih yang melekat di tubuhnya, lalu melempar asal ke sofa yang ada di ruangannya. Pikirannya melayang mengkhawatirkan istrinya. Untung saja hari ini ia hanya praktek sampai jam 10 jadi Alka mempunyai waktu panjang untuk mengintai gerak-gerik istrinya secara langsung karena biasanya ia hanya mengandalkan supirnya yang bisa memanipulasi keadaan karena Liana kerap meminta tolong pada supirnya itu.

Ponsel, dompet, dan kunci mobil  Alka masukan ke dalam saku terpisah. Kemeja yang ia kenakan digulung sampai siku lalu bergegas keluar ruangan. Tidak lupa, ruangannya ia kunci agar tidak ada yang bisa masuk.

"Alka? Mau kemana? Tumben," tanya Fara saat mereka berpapasan di lorong rumah sakit. Alka memang menyuruh Fara untuk memanggilnya tanpa embel-embel dokter saat mereka tengah berdua saja.

"Ada urusan bentar, lagian udah nggak ada jadwal praktek kok"

"Wah sama dong, aku juga udah nggak ada jadwal praktek. Boleh ngikut kah? Bosen nih dan nggak tahu mau ngapain," pinta Fara. Alka berpikir sejenak. Tidak mungkin ia menolak permintaan Fara, karena tidak enak hati. Namun lebih tidak mungkin lagi jika ia menerimanya. Bisa-bisa istrinya ngamuk tujuh hari tujuh malam tanpa melakukan 'itu'. Alka tidak bisa, itu sangat menyiksa.

"Kayaknya dokter Mala udah enggak ada praktek. Lo bisa ajak dokter Mala jalan, lebih cocok sama lo. Gue udah beristri, nggak baik kalau kita berduaan. Lo ngerti, kan Far? Maaf ya gue buru buru, sampai jumpa"
Fara menatap punggung Alka yang menjauh. Dalam hati ia hanya mengucapkan kata sabar, semuanya akan berjalan sesuai rencananya dan nenek Miranda.

Alka yang sudah duduk di kursi kemudi langsung mengarahkan mobilnya ke kampus Liana. Jam segini, Liana masih ada kelas. Kalau tidak molor, jam sebelas nanti Liana baru selesai. Nantinya Alka tidak akan menghampiri istrinya, dari radius jauh ia mengintai semua gerak-gerik istri kecilnya yang sedikit mencurigakan. Kenapa Alka berpikir mencurigakan? Karena saat meminta izin, Liana sedikit gagap dan itu membuat Alka berasumsi ada yang istri kecilnya sembunyikan.

Mata Alka memicing, kini ia sudah sampai di pintu gerbang kampus istrinya dan mendapati Liana tengah berbicara dengan supir pribadinya. Alka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Saat melirik arloji, ada yang aneh. Ini baru jam 10.30 dan Liana sudah berkeliaran, harusnya masih ada kelas. Mencoba berpikir positif, mungkin dosennya membubarkan kelas terlebih dahulu.

Kerutan di kening Alka terlihat begitu kentara saat satu motor matic yang dikendarai oleh cowok yang membonceng cewek, dan satu motor sport yang dikendarai oleh cowok sendirian menepi di samping Liana berdiri. Ada satu sedan juga, kaca belakang turun. Seorang gadis menyembulkan kepalanya.
Mereka nampak tertawa lepas dan entah apa yang mereka bicarakan. Satu yang Alka tampak, pengendara motor sport itu terus menatap ke arah Liana.

Liana masuk ke dalam mobil, tidak lama kemudian mobil Liana melesat diikuti mobil dan motor yang mengekor di belakangnya. Alka mulai menerka-nerka kemana mereka akan pergi dan untuk apa? Apa benar untuk mengerjakan tugas kelompok? Jika iya, Alka tidak mempermasalahkan. Tapi jika ada tujuan lain, Liana tidak akan lepas darinya.

***

"Liana--- suami lo kerja kan?" tanya Arum, teman satu kelompok Liana. Memastikan jika suami Liana yang sangat overprotektif dan over possessive itu tidak tiba-tiba datang dan menyeret Liana.

"Kerja kok, lagian Liana juga udah minta izin mau ngerjain tugas kelompok. Jadi nggak papa," sahut Liana mulai mengeluarkan buku-buku panduan tugas kelompok mereka.

"Santai aja dulu, Liana. Kita makan dulu, pusing kalau langsung ngerjain tugas," ujar Rasya yang duduk di sampingnya. Sebenarnya, Liana sangat risih dan canggung dengan keberadaan Rasya di sampingnya. Tapi mau bagaimana lagi? Teman satu kelompok Liana duduk berjejeran dengan pasangan masing-masing sementara Rasya dan Liana tidak memiliki pasangan.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang