Dua Puluh Lima

315K 21.6K 2.4K
                                    

Hanya Miranda yang terkejut dengan kedatangan Alka yang secara tiba-tiba, beriringan dengan istrinya menuruni tangga perlahan dan tangan kirinya yang tidak lepas dari pinggang Liana. Arsen dan yang lainnya nampak begitu bahagia, akhirnya kebusukan nenek tua itu terbongkar juga.

"Jadi ini yang nenek lakukan pada istri Alka? Maaf nek, selama ini Alka salah kalau nyuruh Liana supaya sabar menghadapi nenek. Kelakuan nenek sudah keterlaluan."

"Nggak Alka, justru nenek di sini belain kamu. Kamu tahu kan kalau selama ini nenek sayang sama kamu. Kamu cucu kebanggaan nenek dan nenek nggak mau kamu menderita. Nenek udah pengalaman, dan nenek tahu kalau Liana tidak pantas bersanding denganmu. Kamu terlalu sempurna buat Liana yang tidak ada artinya, percaya sama nenek"

"Jaga ucapanmu ibu Miranda terhormat! Jangan sampai tangan saya yang merobek mulut anda!" desis Arsen tidak terima dengan ucapan Miranda yang sangat menginjak harga diri Liana.
Liana menunduk, melepaskan lilitan tangan Alka di pinggangnya. Tubuhnya ia geser beberapa langkah menjauh dari Alka.

"Cukup! Alka nggak habis pikir dengan ucapan nenek! Liana itu istri Alka nek! Jaga ucapan nenek!" geram Alka.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Alka mengusap bahu Liana yang tengah memegangi kepalanya. Belum sempat Liana menjawab, Liana sudah terlebih dahulu kehilangan kesadaran. Untung saja Alka sigap menangkap tubuh istrinya sebelum jatuh ke lantai.

Arsen panik, berlari menghampiri Alka dan meminta Alka untuk segera membawa Liana ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa, Alka membopong tubuh Liana keluar rumah, Azka sudah mendahului Alka, menyiapkan mobil. Sharen, Alya dan Livia menyusul tak kalah panik.

"Jangan main-main dengan saya, berani mengganggu lagi saya pastikan masa tua anda tidak bahagia, camkan itu" ancam Arsen sebelum meninggalkan tempatnya menyusul yang lainnya.

Terhitung, tiga mobil melaju berurutan membelah jalanan dengan kecepatan standar. Meskipun dilanda kepanikan, pengemudi masih memiliki keselamatan bersama. Tidak mau terjadi sesuatu buruk pada penumpangnya.
"Jangan bikin aku khawatir, sayang" gumam Alka yang duduk di samping istrinya yang masih tak sadarkan diri di jok belakang. Tangannya enggan lepas genggaman hangat yang ia lakukan di tangan kiri Liana.

"Sayang," bisik Alka merapikan tatanan rambut Liana yang sedikit berantakan. Alka memeluk tubuh Liana yang bersandar di jok, menangisi Liana yang kondisinya membuat Alka merasa sangat gagal menjadi suami yang pantas bagi Liana. Terlalu banyak luka yang Liana rasakan setelah menikah dengannya.

"Tenang Alka, Liana tidak akan kenapa-kenapa, papi yakin itu" ucap Azka yang tengah mengemudi.

Alka memejamkan mata, rasa takut, khawatir, dan paniknya membuatnya kesulitan mengambil oksigen untuk asupan paru-parunya. Dadanya terasa nyeri dan tangannya dingin. Hal ini sering Alka rasakan saat Alka merasakan takut dan khawatir akan seseorang yang sangat ia sayangi, Liana salah satunya setelah orang tuanya.

Saat sudah memiliki Liana, menjadikan Liana menjadi istrinya, saat itu pula Alka sudah memutuskan untuk berhenti mencari kebahagiaan yang lain. Kebahagiaan baginya adalah saat bersama Liana, istrinya.
Cintanya pada Liana bukan persoalan siapa Liana, bagaimana rupa Liana, darimana asal Liana. Tapi cintanya pada Liana adalah tentang apa yang Alka rasakan saat bersama Liana.

Saat bersama Liana, Alka mengerti sebuah perjuangan, pengorbanan, tanggung jawab, kesetiaan dan mengatur emosinya. Alka sudah jatuh cinta, benar-benar merasakan cinta bersama Liana. Dan untuk memberikan segenap hati dan kasih sayangnya untuk Liana bukanlah perkara sulit baginya. Bersama Liana, Alka tidak menginginkan kesempurnaan cinta. Cukup cinta mereka yang menyempurnakan kebahagiaan.

***

"Istri dokter Alka tidak kenapa-kenapa, hanya kecapean dan banyak pikiran. Saya sarankan untuk banyak istirahat dan jangan sampai terlalu stress karena akan membahayakan bagi kesehatan janin istri dokter Alka. Is----"

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang